Syariah

Rasulullah Jelaskan Shalat Lima Waktu kepada Sekelompok Yahudi

Rab, 25 April 2018 | 15:45 WIB

Sayyidina Ali RA bercerita bahwa ketika berkumpul dengan beberapa orang muhajirin, Rasulullah SAW didatangi sekelompok orang Yahudi. Mereka datang untuk menguji kerasulan Nabi Muhammad SAW. Mereka mengawali percakapannya sebagai berikut:

فقالوا يا محمد جئنا نسئلك عن أشياء لا يعلمها إلا نبي مرسل أو ملك مقرب

Artinya, “Mereka berkata, ‘Wahai Muhammad, kami datang menemuimu untuk menanyakan sejumlah masalah yang hanya diketahui oleh nabi utusan Allah atau malaikat muqarrabin.’”

Mereka meminta penjelasan kepada Rasulullah SAW terkait lima shalat yang diwajibkan Allah kepada umat Islam sehari semalam pada lima waktu berbeda.

Rasulullah SAW kemudian menjawab dengan yakin bahwa terkait zuhur, Allah memiliki lingkaran di langit dunia di mana matahari gelincir bersamanya. Ketika matahari gelincir, semua malaikat bertasbih. Di saat itu Allah memerintahkan shalat, yakni di saat pintu langit dibuka dan takkan ditutup sampai shalat zuhur dilaksanakan. Saat itu doa manusia diterima.

Sementara ashar, Rasulullah SAW, adalah waktu Iblis membisikkan Nabi Adam AS untuk memakan buah yang dilarang. Allah memerintahkanku dan umatku untuk shalat saat ashar itu.

Maghrib adalah waktu Allah menerima pertobatan Nabi Adam. Ketika Nabi Adam menerima pelajaran berupa kalimat pertobatan, Allah kemudian menerima pertobatannya. Allah juga memerintahkanku dan umatku untuk shalat ketika maghrib sebagai bentuk pertobatan atas dosa mereka, kata Rasulullah SAW.

“Isya adalah shalat para rasul sebelumku,” kata Nabi Muhammad SAW.

Adapun subuh, matahari terbit di antara dua tanduk setan. Orang kafir saat itu menyembah apapun selain Allah. Oleh karena itu Allah memerintahkanku dan umatku untuk shalat dua rekaat sebelum orang-orang kafir itu menyembah apapun bentuk berhala mereka.

فقالوا صدقت يا محمد نحن نشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا عبده ورسوله

Artinya, “Mereka berkata, ‘Kau benar wahai Muhammad, kami bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.’”

Cerita ini disarikan dari Kitab Al-Majalisus Saniyah, Syarah Arbain Nawawiyyah karya Syekh Ahmad bin Hijazi Al-Fasyani, (Semarang, Maktabah Al-Munawwir: tanpa catatan tahun), halaman 61-62). Wallahu a‘lam. (Alhafiz K)

Terkait

Syariah Lainnya

Lihat Semua