Risalah Redaksi

Menuju Sekolah Normal Baru dengan Uji Coba Pembelajaran Tatap Muka

Ahad, 5 September 2021 | 10:00 WIB

Menuju Sekolah Normal Baru dengan Uji Coba Pembelajaran Tatap Muka

Uji coba pembelajaran tatap muka (PTM) secara terbatas ini merupakan langkah menuju model pembelajaran normal baru.

Setelah menjalani sekolah dari rumah selama satu tahun lebih, pembelajaran tatap muka (PTM) secara terbatas mulai diujicobakan. Ini merupakan angin segar yang ditunggu-tunggu insan dunia pendidikan yang sudah bosan dan jenuh belajar di hadapan layar gawai atau monitor. Namun ada sejumlah prasyarat yang harus dipenuhi supaya pembelajaran tatap muka di sekolah ini tidak menimbulkan risiko baru penularan Covid-19 di dunia pendidikan.

 

Ketika pertama kali menjalani pembelajaran jarak jauh (PJJ), banyak anak maupun guru yang suka karena tidak perlu datang ke sekolah; bisa belajar tanpa perlu memakai seragam sekolah; hingga tidak perlu persiapan khusus dari rumah ke sekolah yang kadang jaraknya jauh. Semuanya dikerjakan secara daring dan sisa waktunya bisa digunakan untuk apa saja yang menyenangkan.

 

Namun, ternyata pembelajaran daring tidak seindah dan seefektif sebagaimana pembelajaran tatap muka. Siswa stres karena setiap hari selama berjam-jam harus menatap layar; para murid kehilangan teman yang biasa diajak bersenda gurau saat jam istirahat. Sementara itu para guru pusing karena banyak siswa yang tingkat pemahamannya menurun atau tidak menyerahkan tugas. Ada materi-materi tertentu yang susah diajarkan secara daring. Evaluasi juga sulit karena guru tidak tahu siapa yang mengerjakan tugas, apakah murid sendiri atau orang tua.

 

Sementara itu, orang tua juga stres karena harus mengingatkan anak-anak yang tidur sampai siang dan terus-menerus harus didampingi saat mengerjakan tugas. Para murid, terutama jika masih sekolah dasar, yang belum bisa mengatur dirinya sendiri, akan cenderung bermain-main saja dan mengabaikan tugas. Otomatis, waktu orang tua yang seharusnya untuk bekerja atau kesibukan lainnya, tersita.

 

Pembelajaran jarak jauh hanya menekankan aspek akademis yang kualitasnya jauh berkurang dibandingkan dengan pembelajaran tatap muka. Pembelajaran nonakademis yang menjadi bagian dari pembelajaran tatap muka di sekolah menjadi tidak tersentuh. Interaksi antarsiswa merupakan pembelajaran sosial, tugas kelompok memberi pelajaran kerja tim dan kepemimpinan, presentasi di depan mengajarkan siswa berbicara di depan publik.

 

Sebagai makhluk sosial, pembelajaran nonakademis mengajarkan softskill. Ini bahkan jauh lebih penting dibandingkan dengan pengetahuan kognitif yang ke depan akan semakin banyak digantikan oleh artificial intelligent. Keterampilan lunak ini yang nantinya mesti diperkuat dalam pembelajaran di sekolah yang tidak dapat dilakukan secara daring.

 

 

Dalam pelaksanaan pembelajaran tatap muka keselamatan siswa, guru, dan tenaga kependidikan harus menjadi yang utama. Untuk itu, protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19 perlu disiapkan. Sarana dan prasarana untuk mendukung pembelajaran selama pandemi ini mesti disiapkan. Kondisi mental orang tua dan anak juga mesti disiapkan terhadap kemungkinan berbagai risiko yang muncul.

 

Pemerintah telah membuat sejumlah aturan dan petunjuk pelaksanaan pembelajaran tatap muka. Yang menjadi masalah adalah bagaimana implementasinya di lapangan karena kondisi tiap daerah berbeda-beda sementara kemampuan pengawasan secara penuh juga terbatas. Jika tingkat kepatuhan terhadap protokol kesehatan rendah, maka risiko terpapar Covid-19 meningkat.  

 

Covid-19 telah mengubah banyak hal, termasuk dunia pendidikan, yang mungkin akan berubah untuk selamanya. Sekalipun sudah ada vaksinasi, tidak ada jaminan bahwa virus ini akan hilang. Munculnya berbagai varian menunjukkan masih adanya potensi muncul varian lain yang bisa saja memiliki daya rusak lebih kuat. Dengan demikian, dunia pendidikan pun mesti mempersiapkan diri untuk menyelenggarakan proses pembelajaran berdampingan dengan Covid-19. Bisa saja, Covid-19 nanti akan diperlakukan seperti sakit flu.

 

Nilai positif dari belajar daring seperti kebiasaan mengakses berbagai sumber pembelajaran di internet yang jumlahnya tidak terbatas mesti diteruskan. Guru mesti mengarahkan dan memberi tantangan kepada siswa untuk menggunakan internet dengan baik seperti memilih rujukan yang otoritatif, mengakses sumber yang tepat, hingga manajemen waktu, mengingat pilihan yang tak terbatas yang menggoda pengguna sampai akhirnya lupa waktu.

 

Dengan semakin mudahnya akses pengetahuan, yang paling penting bagi para pendidik adalah bagaimana menumbuhkan semangat dan minat untuk belajar siswa. Selanjutnya, mereka akan mengakses sendiri materi-materi yang dengan mudah diakses di internet. Mereka juga bisa belajar sesuatu sesuai kemampuannya; bisa mengulang materi kapan saja dirasa perlu. Dalam kondisi seperti ini dibutuhkan kemampuan menjaga konsistensi dan minat siswa.

 

Hal lain adalah bagaimana mengajarkan cara belajar yang baik, yang efektif dan efisien. Persoalan yang ada saat ini bukan pada kurangnya materi belajar, tetapi bagaimana memilih sekian banyak informasi penting untuk diserap. Konten internet terdiri dari tautan-tautan yang mengajak warnaget untuk menelusuri berbagai informasi lain, yang sebenarnya sudah tidak terlalu relevan dan mengganggu fokus. Pemilik situs web (website) mengajar warganet untuk berlama-lama dan membuka banyak tautan karena mereka memperoleh pendapatan dari iklan yang ditampilkan di halaman situs web. 

 

Uji coba pembelajaran tatap muka (PTM) secara terbatas ini merupakan langkah menuju model pembelajaran normal baru, apakah nanti akan diperlakukan secara hybrid atau sepenuhnya tatap muka. Belum pernah ada rujukan sebelumnya untuk model ini. Dengan demikian, saat ini adalah proses uji coba dengan berbagai model yang mungkin saja tidak sepenuhnya tepat. Namun ini harus tetap dijalani. Akan sulit awalnya, tetapi begitu ditemukan pola yang baik, maka hasilnya bahkan akan lebih baik dibandingkan dengan pendekatan konvensional sebelumnya. (Achmad Mukafi Niam)