Risalah Redaksi

Gerakan Mahasiswa di Tengah Disrupsi Pendidikan dan Dunia Kerja

Ahad, 28 Maret 2021 | 11:30 WIB

Gerakan Mahasiswa di Tengah Disrupsi Pendidikan dan Dunia Kerja

Perkembangan baru menuntut perubahan strategi baru bagi PMII dalam merumuskan pergerakannya.

Kongres XX Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang berlangsung pada Maret 2021 ini telah menahbiskan Muhammad Abdullah Syukri sebagai ketua umum PB PMII dan Maya Muizatil Lutfillah sebagai ketua umum PB Korps PMII Putri (Kopri). Mereka akan memimpin gerakan mahasiswa NU di tengah-tengah akselerasi perubahan dunia pendidikan pascapandemi yang situasinya tidak akan sama lagi dengan periode sebelumnya.

 

Mahasiswa selalu mewarnai perkembangan Indonesia. Sejak era kolonial, kelompok mahasiswa telah berperan aktif dalam menginisiasi upaya-upaya kemerdekaan, seperti mereka yang belajar di STOVIA, di antaranya Sutomo dan Wahidin Sudirohusodo; mereka yang belajar di Belanda melalui Perhimpunan Indonesia seperti Tjipto Mangunkusumo, Ki Hajar Dewantoro, atau Bung Hatta; serta para aktivis yang bergerak di lembaga pendidikan lainnya. Mereka telah ikut menggerakkan kemerdekaan Indonesia.

 

Mahasiswa sebagai penyalur aspirasi masyarakat untuk mengontrol kebijakan pemerintah yang tidak sesuai dengan kepentingan rakyat. Perubahan-perubahan besar di Indonesia yang terjadi pada 1966 ketika kehidupan rakyat semakin sulit, atau pada 1998 saat pemerintah tidak dipercaya lagi oleh rakyat, semuanya melibatkan gerakan mahasiswa. Peran-peran tersebut akan terus berlangsung sesuai dengan zamannya.

 

Bagi mahasiswa sendiri, keterlibatan dalam organisasi dapat memberi bekal dalam banyak hal untuk menyiapkan diri ketika mereka lulus kuliah nantinya. Kehidupan dalam masyarakat tidak seperti dalam kelas di kampus yang semuanya terkontrol. Dengan berorganisasi, mereka dapat memahami secara lebih utuh realitas di masyarakat.

 

Memperluas pergaulan dan jaringan sosial merupakan keuntungan lain. Para aktivis mahasiswa selalu berinteraksi dengan banyak orang, baik dengan masyarakat, jejaring mahasiswa di kampus atau kota lain, termasuk dengan para senior yang telah sukses. Tentu hal tersebut akan menjadi modal mereka mewujudkan perubahan dalam masyarakat atau membangun jajaring pribadinya yang nanti akan berpengaruh terhadap kariernya di masa depan.

 

Melatih kepemimpinan merupakan pelajaran penting yang didapat ketika memasuki organisasi mahasiswa. Latihan kepemimpinan tidak dapat diperoleh dari buku, tetapi harus dijalani saat menjalani aktivitas mahasiswa saat mereka menggelar berbagai kegiatan yang melibatkan banyak orang yang harus dikelola dengan baik.

 

Kemampuan lain yang diperoleh menjadi aktivis mahasiswa adalah luasnya wawasan. Umumnya, aktivis mahasiswa memiliki kegiatan diskusi rutin yang di dalamnya membahas berbagai isu sosial kemasyarakatan yang lintas disiplin keilmuan yang ditekuni di dalam kampus. Dengan demikian, mereka melihat sebuah persoalan dari perspektif yang lebih luas karena wawasan yang dimilikinya tidak terbatas atau terkotak-kotak dalam disiplin ilmu yang terbatas.

 

Kemampuan komunikasi personal merupakan ketrampilan penting yang tak akan mampu digantikan oleh teknologi. Kapasitas inilah yang diasah saat menjadi aktivis mahasiswa dengan interaksinya yang luas yang meliputi bermacam-macam orang yang masing-masing memiliki karakter yang berbeda. Keterampilan komunikasi inilah yang nantinya menentukan keberhasilan mereka di masa mendatang. (Achmad Mukafi Niam)

 

Dengan berbagai soft skill yang diperoleh selama menjadi mahasiswa, para aktivis memiliki peluang lebih besar diterima di tempat kerja, memiliki kemungkinan lebih sukses dalam menjalani kariernya di masa depan, atau membangun usahanya sendiri dibandingkan dengan mereka yang hanya berkutat pada kegiatan akademik saja. Dunia kerja selama ini merasa kesulitan mendapatkan tenaga kerja yang memenuhi kualifikasi sementara di sisi lain, lulusan baru juga kesulitan mendapatkan pekerjaan.

 

Perkembangan baru menuntut perubahan strategi untuk menarik minat para mahasiswa baru untuk terlibat di dalamnya. Biaya kuliah yang mahal menuntut mahasiswa untuk selesai tepat waktu sehingga memaksa mereka untuk fokus menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan. Kuliah daring yang sekarang berjalan karena pandemi mungkin akan terus diselenggarakan dalam tingkatan tertentu. Hal ini juga akan mempengaruhi pola gerakan mahasiswa.

 

Mahasiswa baru juga bergeser minatnya dengan menekuni kegiatan mahasiswa yang sesuai dengan minat dan hobinya, atau secara langsung menunjang profesi mereka di masa mendatang tanpa perlu mengikuti kegiatan organisasi ekstra kampus seperti kegiatan pers mahasiswa, mapala, fotografi, pramuka, atau kegiatan lainnya.

 

Untuk terampil dalam bidang profesi tertentu, kini pun tidak harus kuliah mengingat banyak materi yang bisa dipelajari secara gratis di internet atau bisa mengikuti berbagai program sertifikasi yang diakui secara internasional. Sejumlah perusahaan global tidak lagi mensyaratkan punya gelar tertentu, yang penting adalah kompetensinya. Tren seperti ini tentu akan meluas dan akan mempengaruhi gerakan mahasiswa.

 

Selama ini, organisasi ekstra kampus seperti PMII, HMI, IMM, dan lainnya cenderung menjadi tempat berkumpulnya para mahasiswa yang memiliki minat dalam bidang sosial politik. Para senior mereka banyak yang menjadi politisi sukses, namun hal ini membuat mahasiswa yang tidak memiliki minat dalam bidang tersebut kurang tertarik terlibat di dalamnya.

 

Selama menjadi aktivis, para mahasiswa umumnya memiliki sikap kritis terhadap kebijakan pemerintah atau perusahaan yang merugikan rakyat, namun ketika mereka sukses berkarier sebagai pejabat, terdapat aktivis mahasiswa yang kemudian tersandung kasus korupsi. Apa yang mereka pelajari dan perjuangkan ketika menjadi mahasiswa sudah jauh berbeda dengan yang dilakukannya ketika sudah menduduki posisi strategis yang seharusnya memberi peluang melakukan perubahan melalui wewenang yang dimilikinya.

 

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) selama ini telah menjadi tempat belajar, mengembangkan sikap kritis, serta menjadi wadah aktualisasi pembelaan rakyat para mahasiswa NU. Organisasi ini mesti terus beradaptasi dengan situasi baru ketika proses pembelajaran semakin melibatkan teknologi, tuntutan profesionalitas dunia kerja, serta munculnya disrupsi dalam berbagai bidang kerja. (Achmad Mukafi Niam)