Lafal Niat Qadha Puasa Ramadhan dan Ketentuannya
NU Online · Kamis, 7 Maret 2024 | 20:00 WIB
Suci Amalia
Kolomnis
Puasa Ramadhan adalah kewajiban bagi setiap muslim. Jika ia meninggalkan puasa Ramadhan baik dikarenakan sakit, haid, maupun melakukan perjalanan jauh, ia harus mengqadha atau mengganti puasanya di lain waktu dengan niat qadha puasa Ramadhan.
Kewajiban mengganti puasa Ramadhan berdasarkan firman Allah:
فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ
Artinya, “Siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan Ramadhan, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.” (QS Al-Baqarah: 185).
Adapun lafal niat qadha puasa Ramadhan adalah sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’i fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ.
Artinya, “Aku berniat untuk mengqadha puasa bulan Ramadhan esok hari karena Allah swt.”
Yang membedakan niat qadha puasa Ramadhan dengan puasa Ramadhan biasa terletak pada kata qadhā dan adā. Penyebutan tersebut bertujuan untuk membedakan puasa yang dikerjakan yang dikerjakan pada waktunya (adā) atau puasa yang dikerjakan di luar waktu (qadhā).
Niat puasa Ramadhan, baik adā maupun qadhā memiliki kesamaan dari segi waktu. Keduanya dilaksanakan ketika malam hari, sebelum waktu fajar tiba. Ketentuan ini senada dengan penjelasan Imam Khatib As-Syirbini dalam kitab Al-Iqna’:
وَيشْترط لفرض الصوْم من رمضان أو غيره كقضاء أو نذر التبييت وهو إِيقَاع النية ليلا لقَوْله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم "مَنْ لَمْ يُبَيِّتْ النِّيَّةَ قَبْلَ الْفجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ" ولا بد من التبييت لكل يوم لظاهر الخبر
Artinya: Disyaratkan berniat di malam hari untuk puasa wajib seperti puasa Ramadhan, puasa qadha, atau puasa nadzar. Ketentuan ini mengacu pada hadits Rasulullah saw., "Siapa yang tidak berniat di malam hari sebelum fajar, maka tiada puasa baginya." Karenanya, tidak ada jalan lain kecuali berniat puasa di waktu malam setiap hari berdasar pada redaksi zahir hadits. (Imam Khatib As-Syirbini, Al-Iqna’ fi Halli Alfazhi Abi Syuja’ , [Beirut, Darul Fikr], juz I, halaman 235).
Demikian lafal dan ketentuan niat qadha puasa Ramadhan. Semoga puasa kita diterima oleh Allah swt. Amin. Wallahu a’lam.
Ustadzah Suci Amalia, Pengajar di Ma’had Al-Jami'ah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Terpopuler
1
Khutbah Jumat HUT Ke-80 RI: 3 Pilar Islami dalam Mewujudkan Indonesia Maju
2
Khutbah Jumat: Kemerdekaan Sejati Lahir dari Keadilan Para Pemimpin
3
5 Poin Maklumat PCNU Pati Jelang Aksi 13 Agustus 2025 Esok
4
Khutbah Jumat: Refleksi Kemerdekaan, Perbaikan Spiritual dan Sosial Menuju Indonesia Emas 2045
5
Ketua PBNU Sebut Demo di Pati sebagai Pembangkangan Sipil, Rakyat Sudah Mengerti Politik
6
Kantor Bupati Pati Dipenuhi 14 Ribu Kardus Air Mineral, Demo Tak Ditunggangi Pihak Manapun
Terkini
Lihat Semua