Puisi ZIDNY ILMA

Sanlat dan Sebuah Sajak

NU Online  ·  Ahad, 1 Desember 2013 | 11:07 WIB

Ketika matahari telah naik dan embun mengering di atas daun

anak-anak dengan riang menjentikkan jari dan melangkahkan kaki

membawa secarik halaman untuk ditulisnya sebuah sajak

dari kepingan harapan yang menari-nari di atas awan.<>

 

huruf-huruf hijaiyyah tampak seperti bunga seroja

lantunan alquran gemanya sampai ke angkasa

kemudian bibir saling sahut-menyahut memintal sajak sunda

dari jejak pena yang diguratkan seorang sepuh yang timpuh.

nian indahnya, tiap rekah kelopak nadanya mengetuk-ngetuk pintu jiwa

meluruhkannya sampai buncah dan gigil.

 

sudah mencapai angka 23, dari sejak tunas itu tumbuh, tahun 1990

dari sebuah biji yang ditanam di atas sebidang tanah sumurkembang

kini telah merupa pohon yang berdiri tegak dengan bijak.

dan kami adalah bagian dari pucuk-pucuk daun rimbun 

semoga tiap helainya, terdapat indah lukisan amaliah.

 

sudah mencapai angka 23, dari sejak tunas itu tumbuh, tahun 1990

sanlat ini berjalan menapaki jejak maklumat bapak aki

menapaki saja-sajak yang menganak di tiap sudut almanak.

semoga keberkahan mendenyarkan cahaya jauza ke pintu-pintu langit surga. 

Bandung, 2013

 


Zidny "Ilma" Musky, lahir dan besar di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Saat ini tergabung dalam organisasi Fatayat NU Bandung Barat dan Komunitas Penulis Perempuan Indonesia (KPPI) Bandung.

Terkait

Puisi Lainnya

Lihat Semua