Pesantren

Tradisi 'Roan' Membangun Karakater Santri

Rab, 12 September 2018 | 23:30 WIB

Tradisi 'Roan' Membangun Karakater Santri

Para santri membersihkan area pesantren dalam kegiatan roan.

Yogyakarta, NU Online
Kegiatan roan yang dilakukan di pondok pesantren-pondok pesantren salafiyah di Yogyakarta menjadi tradisi yang mengakar sangat kuat. Dua pesantren di Yogyakarta,yakni Pesantren Al Munawwir dan Pesantren Ali Maksum, mewajibkan santrinya untuk mengikuti kegiatan ini, dan apabila melanggarnya akan dikenakan sanksi.

Biasanya para santri setiap hari Jumat yang merupakan hari libur pondok, melakukan kegiatan rutin yaitu bersih-bersih pondok pesantren. Ya, nama kegiatan ini biasa dikenal di kalangan pesantren adalah roan, di mana para santri turun langsung membersihkan halaman pondok pesantren dan arena ndalem (rumah kiai).

Setiap santri diberi tugas tertentu, ada yang mencabuti rumput, membersihkan halaman, membuang sampah, menata kitab-kitab. Para santri menyambutnya dengan riang gembira, karena hal ini bagi mereka merupakan upaya ngalap berkah dari kiai.

Pengurus Pondok Pesantren Nailul Ula Center, Plosokuning, Sleman, Muhammad Maftuhan mengatakan kegiatan roan menjadi kebiasaan yang sudah biasa dilakukan oleh para santri-santri sebelumnya dan tetap dipertahankan hingga sekarang.

"Dengan tujuan agar santri-santri disiplin dan peduli dengan diri sendiri dan lingkungan sekitarnya," katanya beberapa waktu lalu.

Dalam kegiatan roan, apabila ada santri yang belum menyelesaikan tugasnya maka santri yang lain akan ikut membantu.  Jika sudah selesai semua, para santri akan membersihkan kamar mereka masing-masing dengan sistem per blok.

"Mereka semua menikmatinya, bahkan dengan diselipin canda tawa yang membuat mereka tidak akan merasakan lelah," tambah Maftuhan.

Kelelahan benar-benar hilang ketika hidangan makanan dihidangkan di hadapan mereka. Bisanya makanan disajikan dalam nampan-nampan, di mana setiap nampan berlaku untuk lima orang.

Walau sederhana, roan nyata bermanfaat bagi pondok pesantren dan bagi santri sendiri. Dengan adanya kegiatan rutin ini diharapkan juga bisa memberikan dampak yang positif untuk kehidupan santri di kemudian hari setelah lulus dari pondok pesantren. Santri mampu mengamalkan hidup disiplin, gotong-royong dan solidaritas antar kawan.

Alumni Nailul Ula Center, Plosokuning, Sleman, Yogyakarta mengatakan roan memiliki makna yang begitu dalam bagi santri.

"Kegitan ini bertujuan membersihkan yang tampak, sekaligus diniati membersihkan hati dari ria, takabur dan dengki,"  ungkapnya. (Galih Maryanuntoro/Kendi Setiawan)

Terkait

Pesantren Lainnya

Lihat Semua