Opini

Shalawat dan Makam Sunan Ampel Sepenggal Testimoni

NU Online  ·  Jumat, 30 Juni 2017 | 00:05 WIB

Oleh Ajar Edi Wahyono
Awalnya saya dulu tidak begitu perhatian akan shalawat Nabi. Hal itu berubah sejak saya mengalami peristiwa, yang menurut saya, shalawat itu benar adanya. Terlepas dari apakah shalawat itu bidah atau bahkan ada yang mengatakan amalan shalawat itu syirik.

Ketika saya masih kuliah di Unesa Surabaya dan tidak lulus-lulus, hidup ini terasa hancur berkeping-keping. Sudah tidak lulus-lulus, bapak saya meninggal dunia. Teman-teman sudah lulus kuliah, menikah, dan mendapat pekerjaan. Semua itu membuat kecewa dan frustasi. Benar- benar situasi yang sulit bagi saya, waktu itu.

Pagi itu saya sendirian di kamar kost Ketintang Baru, saya jenuh dan sumpek, hingga terbersit keinginan untuk pergi ke Makam Sunan Ampel Surabaya, sendirian, soalnya teman-teman yang suka berziarah sudah lulus.

Dengan naik bis kota turun di Jembatan Merah, saya jalan kaki ke Makam Sunan Ampel. Setiba di sana saya cuma duduk termenung di dekat serambi masjid. Waktu itu sudah ramai peziarahnya, datang dari berbagai daerah.

Di samping saya kala itu juga duduk  seorang peziarah dari Jabar. Sayang sekali nama dan alamat bapak tadi hilang, karena buku memo saya hilang. Saya tanyakan kenapa dia berziarah ke Makam Sunan Ampel.

Bapak itu kemudian bercerita, kejadian fenomenal dalam hidupnya di Makam Sunan Ampel. Dia juga terpuruk dalam hidupnya akibat utang. Dalam judheg dan mumetnya dia kemudian pergi ke makam makam para Wali Jawa. Dalam perjalanannya dia ketemu orang yang menyuruhnya pergi menemui seorang tokoh spiritual di daerah Mojokerto.

Dari tokoh spiritual itu dia disuruh riyadhah/tirakat di makam Sunan Ampel dengan mewiridkan shalawat. Beberapa hari dia tirakat akhirnya pada malam hari ditemui seorang kakek dan memberinya cincin batu akik Yaman hitam dan tas kresek yang berisi uang. Dia sangat terkejut akan kejadian itu, dan ingin minta informasi dari kakek itu. Tapi keberadaan kakek itu sudah hilang bahkan dia cari di sekitar Masjid Ampel juga tidak  menemukan sosok kakek tadi. Setelah  peristiwa itu, dia bergegas menemui tokoh spiritual tadi dan beliau menyatakan kalau uang itu halal dan bisa dia gunakan melunasi utangnya. Bahkan jumlah uang itu lebih dari cukup untuk bayar hutang.

Terinspirasi dari bapak tadi, kemudian saya membaca buku tentang shalawat nabi. Setelah saya baca buku itu, baru saya tahu shalawat dari bapak tadi adalah shalawat alifil ma'luf. Karena tirakatnya sangat berat saya ragu dan tidak  mengambilnya khawatir terjadi apa apa terhadap diri saya.

Setelah saya kaji berhari hari, shalawat apa yang mesti saya ambil dari sekian banyak shalawat dalam buku tadi. Melalui perenungan yang mendalam lalu saya pilih Shalawat Mohon Hajat Dunia dan Akhirat. Redaksinya begini.

"Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala aali Muhammad wa 'alaa ahli baitihi."

Artinya, “Ya Allah limpahkan shalawat rahmat kepada Nabi Muhammad, keluarga Nabi Muhammad, dan kepada ahli rumahnya.”

Bila shalawat ini dibaca 100 kali akan mendapat 100 hajat 30 di dunia dan 70 di akhirat. Puji syukur alhamdulillah, saya bisa lulus kuliah walaupun dengan terseok seok. Nilai akhir yang kurang maksimal dengan ditambah saya lulus kuliah nomor buncit dari mahasiswa seangkatan saya.

Saya baru percaya ada hadist nabi yang menyatakan bahwa nabi sangat terkesima karena ada umatnya yang selamat melewati neraka dengan terseok-seok berkat shalawat yang dia lakukan ketika di dunia.

Bagi yang berpendapat bahwa shalawat-shalawat itu bidah tidak ada dalilnya, memang terserah mereka. Kita hidup di dunia ini memang banyak pendapat dan pilihan.


*) tinggal di Sidoarjo