Oleh Sheikh Nabil Abdul Jawwad
Segala puji milik Allah SWT semata, sholawat dan salam semoga tercurah untuk Rasulullah SAW.
Al Azhar Asy-Syarif memiliki peran penting dalam menangkal segala bentuk pemikiran menyimpang dari konsep Al-Qur’an dan Sunnah shohehah, serta menangkal semua pemikiran yang keluar dari makna yang diinginkan Rasulullah SAW dari setiap sabda-sabda beliau.
Al Azhar Asy-Syarif, mempunyai posisi terhormat, dan dihormati pada setiap penjuru dan tempat di seantaro dunia ini, karena mata rantai keilmuan dan ulama itu telah muncul dari A- Al Azhar Asy-Syarif, sehingga hadirlah sikap arif dan bijak dalam setiap perkataan dan perbuatan (para ulama), dan dari Al Azhar Asy-Syarif juga datangnya pemahaman yang benar (dalam urusan agama).
Allah SWT, menjelaskan dalam Firman-Nya: ”dan dengan demikian kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan, agar kami menjadi skasi atas (perbuatan) manusia” (QS Al-Baqarah: 143).
Ini juga selaras dengan Firman Allah SWT: ”dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam” (QS Al-Anbiya’ : 107).
Bahkan konsep ini disempurnakan dengan Firman Allah SWT yang berbunyi: ”serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik." (QS An-Nahl: 125)
Inilah cara dan solusi terhadap pemikiran-pemikiran yang menyimpang dari pemahaman agama islam yang benar dan pemikiran yang ingin menghancurkan islam.
Al Azhar Asy-Syarif dengan bijak menyapa dan membuka solusi dialog dengan setiap kelompok, dan Al Azhar Asy-Syarif menerangkan kebenaran hakiki sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah.
Adapun yang dimaksut dengan penyimpangan adalah: pengkultusan, berlebih-lebihan, dan membuat perubahan-perubahan, semua itu adalah ungkapan kalimat yang menunjukkan sesuatu yang tidak baik.
Sedangkan yang dimaksut dengan pengkultusan itu sendiri adalah: melewati batas-batas tertentu, dan keluar dari apa yang dinginkan (secara syar’iy).
Inilah gerakan-gerakan atau kelompok-kelompok yang muncul ke permukaan akhir-akhir ini, seperti kelompok ISIS, jelas bahwa kelompok ini keluar dari kaidah syar’iyyah, tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah hadis-hadis Rasulullah SAW), pemikiran dari kelompok ini berbahaya, karena keluar dari makna islam yang sebenarnya, dan keluar dari prinsip-prinsip yang benar.
Adapun di antara penyebab munculnya pengkultusan kepada sesuatu, pertama, kurangnya pemahaman terhadap agama. Kedua, keinginan untuk menentang semua kebijakan pemerintah (umara), sehingga pemerintah seakan-akan salah dan halal darah mereka untuk di perangi dan dibunuh.
Rasulullah SAW pernah menggambarkan tentang kelompok yang berlebih-lebihan mengkultuskan seseorang, kelompok itu adalah “khawarij”, kelompok yang pertama kali memunculkan alghuluw (pengkultusan) tersebut, baik dari sisi akidah maupun akhlaq sehari-hari.
Hanya cerita mulut kemulut, dan hanya mimpi orang tidur, sehingga mereka berani memahami perkataan Rasulullah SAW: “mereka keluar dari islam, seperti anak panah meninggalkan busurnya, iman mereka hanya sampai di tenggorokan, jika, bertemu dengan merak itu, bunuhlah, karena membunuh mereka mendapatkan pahala pada hari kiamat nanti”. (HR Bukhari Juz 6/619 hadis No. 3611)
Keterangan hadits di atas adalah, hudatsaa’ jamak taktsir dari kata hadits artinya kecil, kata sufahaau’ jamak taktsir dari kata safiih, artinya lemah akal. Kata min qouli basyar adalah sebaik-baik apa yang dikatakan Allah SWT, atau apa yang katakan Al-Qur’an. Yamruquun artinya keluar. Arramyah artinya busur panah, dan laa yujaawizu hanaajirohum, artinya tidak sampai kedalam hati.
Adapun diantara bahaya penyimpangan mereka, sebagai berikut ini: merongrong keamanan dan ketenangan hidup. Karena makna aman itu adalah ketenangan yang diperoleh manusia pada agama, jiwa, kehormatan, akal, dan harta atau disebut dengan (lima hajat dasar hidup).
Kelompok yang menyimpang ini, sengaja menghilangkan lima hajat dasar hidup orang banyak ini, padahal Allah SWT telah menjamin ketenangan hidup sesorang dalam mencari rezekinya.
Simaklah Firman Allah SWT (melalui lisan Nabi Ibrahim as): ”dan ingatlah ketika Ibrahim berdoa, ‘ya Allah, jadikan negeri ini (Makkah) negeri yang aman, dan berilah penduduknya rezeki buah-buahan” (QS Al-Baqarah: 126).
Simak juga Firman Allah SWT: ”maka, hendaklah mereka menyembah tuhan (pemilik) rumah ini (Ka’bah) - yang telah memberi makanan kepada mereka, untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan." (QS Quraisy: 3-4)
Bahkan Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang setiap hari, merasa aman dirumahnya sendiri, sehat badannya, dan ada makanan pada hari itu, seolah-olah dia mendapatkan dunia dan isinya”. (HR Tirmidzi hadis No. 2346)
Bisakah orang-orang ini menggunakan akal sehatnya? Sehingga mereka bisa memahami kehendak Allah SWT dalam berbagai Firma-Nya itu? Bagaiman bisa mereka membunuh, membakar, bahkan mengkafirkan manusia? seperti apa yang telah dilakukan kelompok ISIS, dan kelompok radikal lainnya.
Tidakkah mereka melihat dan bercermin kepada kelompok yang berdiri lurus dengan azas toleransi, kemudahan, tanpa kekerasan dan permusuhan.
Kelompok-kelopok radikal yang kita saksikan di berbagai siaran televisi, hanya mengatasnamakan agama sebagai tameng mereka (musang berbulu domba), sementara mereka menjajah ketenangan, kedamaian, dan ketentraman hidup orang banyak, dan ini adalah bentuk kebodohan umat hari ini.
Di antara musibah kelompok ini adalah: selalu menggunakan simbol dan alasan agama untuk pembenaran perbuatan mereka, seolah mereka adalah sosok dan contoh model beragama yang benar, sebagai penjaga agama dan penjaga syariat, padahal kenyataannya kehidupan mereka justru jauh dari pesan-pesan agama.
Diantara musibah yang ditimbulkan oleh kelompok-kelompok radikal ini, mereka juga menuding dan menusuk Al Azhar Asy-Syarif, bersalah, baik itu sheikh-sheikh besar, maupun ulama-ulamanya, padahal betapa tsiqoh dan istiqomahnya ulama-ulama Al Azhar Asy-Syarif dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Pesan-pesan ulama-ulama Al-Azhar Asy-Syarif, kepada umat menjadi tuntunan dan contoh sehari-hari, seperti pesan memunculkan suasan tenang, toleran, keseimbangan, moderat, dan sebagainya, karena inilah hakikat seutuhnya dari syariat Islam yang indah.
Akhirnya, Al-Azhar Asy-Syarif, selalu memberi solusi dan membuka kesempatan berdialog dengan semua kelompok demi mengembalikan citra islam seutuhnya. Wallahu’alam bisshowab.
Penulis adalah Mab’uts (Duta) Al-Azhar Asy-Syarif, bertugas di Ma’had al Azhar Asy-Syarif Indonesia di Jakarta Selatan