Yang pertama adalah Gerhana Cincin yang terjadi pada hari Senin Wage, 26 Januari 2009 M bertepatan dengan 29 Muharrom 1430 H. Fenomena gerhana matahari ini tentu punya arti tersendiri bagi warga Tionghoa karena terjadi tepat pada tahun baru Imlek 2560 yakni tahun Kerbau.<>
Gerhana ini meliputi wilayah Asia Tenggara, Australia, India Selatan, Madagaskar dan Afrika Selatan. Dari wilayah tersebut tidak semuanya mengalami gerhana cincin, gerhana cincin hanya bisa disaksikan dari sebagian wilayah Indonesia. Tepatnya dari kota Tanjungredep Kalimantan Timur memanjang ke barat agak serong ke selatan, menuju kota Ketapang Kalimantan Barat dan melintasi kota Bandar Lampung. Gerhana cincin juga bisa disaksikan dari ujung barat pulau Jawa tepatnya daerah Banten dan sekitarnya.
Diantara wilayah Indonesia yang paling banyak dilintasi gerhana cincin ini adalah Kalimantan sedangkan Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, Bali, sebagian besar pulau Jawa dan Sumatera hanya mengalami gerhana sebagian. Adapun Maluku Utara dan Irian tidak bisa menikmati fenomena ini secara utuh karena pada saat tengah gerhana matahari sudah tenggelam di ufuk barat. Berikut ini kronologi gerhana dilihat dari beberapa kota besar di Indonesia.
Kronologi Gerhana Matahari Kota Besar Di Indonesia Dengan Waktu Setempat (local time):
1 AMBON 17:45 18:45 19:44 Parsial 18:46
2 BALIKPAPAN 16:43 17:49 18:55 Parsial 18:31
3 BANDA ACEH 15:41 16:51 18:02 Parsial 18:48
4 BANDAR LAMPUNG 15:29 16:42 17:55 Cincin 18:23
5 BANJARMASIN 16:39 17:47 18:54 Parsial 18:42
6 BENGKULU 15:28 16:43 17:58 Parsial 18:33
7 DENPASAR 15:33 16:40 17:47 Parsial 17:47
8 GORONTALO 16:47 17:50 18:52 Parsial 18:03
9 JAKARTA 5:29 16:42 17:54 Parsial 18:18
10 JAMBI 15:34 16:47 17:59 Parsial 18:23
11 JAYAPURA 17:48 18:44 19:40 Parsial 17:51
12 MANADO 16:48 17:50 18:52 Parsial 17:55
13 MANOKWARI 17:47 18:45 19:43 Parsial 18:22
14 MATARAM 16:34 17:40 18:46 Parsial 18:44
15 MEDAN 15:39 16:51 18:03 Parsial 18:37
16 MERAUKE 17:43 18:35 19:28 Parsial 18:06
17 PADANG 15:32 16:46 18:00 Parsial 18:36
18 PALANGKARAYA 16:40 17:48 18:55 Parsial 18:44
19 PALEMBANG 15:32 16:45 17:58 Parsial 18:21
20 PALU 16:45 17:49 18:52 Parsial 18:18
21 PONTIANAK 16:48 17:50 18:59 Parsial 18:59
22 SAMARINDA 16:44 17:50 18:55 Semi Cnc 18:28
23 SEMARANG 15:31 16:41 17:51 Parsial 18:04
24 SORONG 17:47 18:46 19:45 Parsial 18:33
25 SURABAYA 15:33 16:42 17:50 Parsial 17:55
26 TERNATE 17:49 18:50 19:51 Parsial 18:44
27 UJUNG PANDANG 16:40 17:45 18:49 Parsial 18:26
28 YOGYAKARTA 15:30 16:40 17:50 Parsial 18:06
Adapun gerhana matahari yang kedua yaitu Gerhana Total yang terjadi pada hari Rabu Legi, tanggal 22 Juli 2009 M. bertepatan dengan tanggal 29 Rojab 1430 H.
Gerhana meliputi Laut Pasifik, Asia tenggara Jepang, China, Nepal dan India. Adapun wilayah Indonesia yang dilintasi gerhana ialah Irian Jaya, Malauku, Sulawesi bagian utara, Kalimantan bagian tengah dan utara serta Sumatera tengah dan utara. Secara umum gerhana berlangsung mulai pukul 07 WIB sampai 09 WIB. Sementara untuk pula Jawa, Bali, Lombok dan Nusa Tenggara tidak mengalami gerhana. Dari Indonesia gerhana matahari ini hanya bersifat parsial alias tidak total, kurang lebih 20%, sedangkan yang mengalami gerhana total hanyalah China, Banglades dan India.
Ajang Kalibrasi Metode Hisab
Momen gerhana matahari kali ini sangat dinanti-nantikan para pegiat hisab, khususnya yang berkecimpung dengan rukyat hilal di akhir bulan qomariyah. Karena gerhana ini terjadi pada sore hari menjelang maghrib, saat dimana rukyat hilal dilaksanakan.
Baik gerhana matahari maupun bulan adalah momen yang sangat bagus untuk mencocokkan hasil perhitungan hisab dengan kenyataan yang nyata. Akan tetapi dengan gerhana bulan kita sedikit kesulitan karena terjadinya gerhana bulan adalah saat dimana cahaya matahari yang masuk ke bulan terhalang oleh bumi. Jadi kalau dilihat dari bumi, walaupun terjadi gerhana bulan sebenarnya pandangan kita ke bulan tidak terhalang oleh benda apapun. Lebih-lebih jika kita mengamatinya dengan bantuan teleskop optik, batas permukkan bulan yang terkena cahaya matahari dengan permukaan yang terhalang bumi semakin kabur, sehingga kita sangat kesulitan mengidentifikasikan awal gerhana maupun akhir gerhana dalam momen gerhana bulan dengan tepat.
Lain halnya dengan gerhana matahari, karena gerhana matahari adalah saat dimana permukaan matahari benar-benar terhalang oleh bulan. Batas permukaan matahari yang terhalang oleh bulan dengan yang tidak terhalang akan terlihat jelas, dan semakin jelas jika kita menggunakan teleskop optik saat observasi.
Ilmu hisab adalah ilmu eksak yang dibangun berdasarkan observasi yang berkesinambungan dari ratusan tahun yang silam sehingga menghasilkan data empirik yang digunakan sebagia dasar perhitungan hisab. Hisab bukanlah ilmu yang bersifat dogmatis seperti Al-Qur’an dan Al-Hadits, yang tidak bisa diutak-atik.
Dengan observasi gerhana matahari yang cermat dan tepat akan menghasilkan data-data empirik baru yang bisa kita jadikan input dalam perhitungan hisab selanjutnya, sehingga hisab yang kita hitung benar-benar terkalibrasi dan up to date. Dengan bantuan gerhana matahari ini kita bisa menjustifikasi, mana hisab yang akurasinya tinggi dan mana hisab yang akurasinya rendah.
Seringkali kita dihadapkan pada banyaknya perbedaan ahli hisab dalam menentukan ketinggian hilal di akhir bulan qomariyah, terutama menjelang puasa dan hari raya. Dari satu metode dengan metode yang lainnya kadang terdapat perbedaan yang sangat signifikan, 2 sampai 4 derajat. Dan kita sangat kesulitan untuk menjustifikasi sebuah metode hisab karena dari semua metode hisab tentu akan membenarkan metodenya sendiri dengan menafikan metode yang lainnya. Seakan-akan dari semua perhitungan itu benar adanya, seperti permasalah fiqih yang bersifat Ijtihadi.
Pada perhitungan akhir bulan Muharrom 1430 H. ini juga terdapat perbedaan diantara metode-metode hisab. Tinggi hilal pada sore hari tanggal 26 Januari 2009 M. berdasarkan hisab Taqribi (dalam arti tidak menggunakan rumus Trigonometri) berada pada kisaran 2°, bahkan ada yang mencapai 4°. Sedangkan berdasarkan hisab Tahqiqi, berada pada kisaran 1° sampai 1° 30’. Sementara untuk hisab Kontemporer berkisar -0° 50’ sampai 0° 07’.
Semua metode hisab sepakat bahwa Ijtimak akhir bulan Muharrom 1430 H. terjadi pada hari Senin Wage, 26 Januari 2009 M. ba’da zawal/dhuhur dalam jam yang variatif, sedangkan ketingiian hilal saat maghrib juga variatif sebagaimana tabel di bawah ini yang dihitung dengan markas CONDRODIPO GRESIK, Lintang 7° 10' 11,1" LS, Bujur 112° 37' 2,5" BT, Ketinggian 120 meter.
Tinggi Hilal Saat Maghrib (17:56:45) Senin Wage, 26 Januari 2009:
1 Accurate Times 5.1.7 -0° 48' 09''
2 Ascript Astronomy -0° 50' 32''
3 Badi'atul Mitsal 1° 17' 54''
4 Ephimeris DEPAG RI -0° 45' 13''
5 Fathur Roufil Mannan 2° 00' 45''
6 Irsyadul Murid -0° 45' 05''
7 Ittifaqu Dzatil Bainy 1° 19' 37''
8 Ittifaqu Dzatil Bainy Revisi -0° 08' 06''
9 MoonCal 6 -0° 11' 41''
10 Nurul Anwar 0° 07' 40''
11 Red Shift -0° 13' 00''
12 Sulamun Nayyiroiny 2° 15' 21''
13 Tadzkirotul Ihwan 1° 59' 25''
Selisih waktu antara berakhirnya gerhana dengan waktu maghrib di Condrodipo Gresik kurang lebih 7 menit. Azimut bulan saat lepas dari piringan matahari 251° 38' 56'' sedangkan matahari berada pada azimut 251° 17' 01''. Jadi azimut bulan saat lepas dari piringan matahari adalah 00° 21' 55' utara matahari. Dengan demikian maka secara horisontal pada saat bulan terlepas dari piringan matahari, piringan bagian bawah bulan masih lebih rendah dari piringan atas matahari. Mungkinkan 7 menit kemudian (saat tiba waktu maghrib) hilal sudah mencapai 2 derajat ?.
Mari kta tunggu bersama-sama, dari beberapa metode hisab tersebut di atas, metode hisab mana yang mendekati kenyataan dan metode hisab mana yang jauh dari kenyataan. Selanjutnya untuk kedepan, metode hisab apapun yang melenceng jauh dari kenyataan diharapkan tidak dipakai lagi dalam menentukan awal bulan qomariyah sehingga tidak menambah perbedaan yang akan timbul.
Gerhana Matahari Zaman Nabi
Sholat gerhana disyari’atkan pertama kali pada tahun ke-5 hijrah, ketika terjadi gerhana bulan total yaitu malam Rabu 14 Jumadil Akhir 4 H bertepatan dengan 20 Nopember 625 M.
Sebuah riwayat menyebutkan bahwa kesedihan menimpa Rosululloh SAW dikarenakan wafatnya sayyid Ibrohim, putra beliau yang saat itu baru berusia 16 bulan, pada malam Selasa, 10 Robi’ul Awwal tahun 10 hijriyah. Ibrohim adalah putra rosululloh dari Maria Al-Qibtiyah binti Syam’un (Istri Jariyah rosul hadiah dari penguasa Mesir, Juraij bin Mina Al-Mukaukis).
Bersamaan dengan wafatnya sayyid Ibrohim, di hari yang sama terjadi gerhana matahari. Para sahabat pada kasak-kusuk, karena biasanya gerhana matahari terjadi pada akhir bulan qomariyah (penileman), akan tetapi kenapa kok tanggal 10?. Maka para sahabat akhirnya berkesimpulan bahwa terjadinya gerhana matahari tersebut adalah karena wafatnya sayyid Ibrohim.
Kasak-kusuk tersebut akhirnya terdengar oleh Rosululloh. Demi mendengar perbincangan para sahabat yang demikian akhirnya Rosululloh mencounter opini tersebut pada saat khutbah setelah sholat gerhana, beliau bersabda :
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua diantara tanda-tanda kekuasaanya Alloh SWT, tidaklah keduanya mengalami gerhana karena mati atau hidupnya seseorang, jika kamu menyaksikan keduanya (gerhana) maka berdo’alah dan dirikanlah sholat gerhana sehingga terbuka (usai gerhana).” HR Bukhari
Wafatnya Sayyid Ibrahim Berdasarkan Hisab
Dari penelusuran hisab, sejak tahun 8 (tahun lahirnya sayyid Ibrohim) sampai 10 hijriyah hanya terjadi satu kali gerhana matahari, yaitu gerhana cincin yang terjadi pada hari Senin Pon, 29 Syawal 10 H. Bertepatan dengan 27 Januari 632 M. Terjadi pada pagi hari jam 07:23 dan berakhir pada jam 10:04. waktu Madinah
Dengan demikian maka kemungkinan besar wafatnya sayyid Ibrohim adalah malam Senin, 29 Syawwal 10 H. Adapun mengenai hadits yang menyebutkan bahwa wafatnya sayyid Ibrohim adalah tanggal 10 Robi’ul Awwal 10 H. tidaklah salah karena saat itu masyarakat arab belum punya kalender baku yang menjadi patokan secara umum. Saat itu system kalender masih sering berubah, kabilah arab seringkali menambah atau mengurangi bilangan bulan dalam setahun untuk kepentingan perang, kadang dalam setahun ada 13 bulan. Kalender qomariyah mulai tertib setelah nabi menyampaikan ayat ke 36 surat At-Taubah. Pada waktu khutbah hari Tasyrik di Mina.
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (At-Taubah 36)
Sebelum dan sa’at berkembangnya Islam di jazirah arab, baik kalender Qomariyah (Lunar Calendar) maupun Syamsiyah (Solar Calendar) sudah dikenal akan tetapi belum ada patokan tahunnya serta kaidah-kaidah yang baku yang menjadi ketetapan kalender sehingga baik awal tahun maupun awal bulan serta jumlah bulan dalam setahun tidak beraturan sehingga seringkali kalender qomariyah diselaraskan dengan peredaran matahari dengan kata lain Luni Solar.
Baru pada masa kholifah Umar bin Khottob beliau mengumpulkan segenap sahabat serta elit-elit pemerintahan pada hari Rabu 20 Jumadil Akhir tahun 17 dari hijrah yang bertepatan dengan 8 Juli 638 M, untuk membahas perlunya sebuah kalender yang baku. Akhirnya disepakati sebuah kalender yang berbasis bulan, Lunar System. Diputuskan bahwa awal tahun hijri dimulai pada sa’at nabi berangkat hijrah ke Madinah yaitu tahun 622 M. sedangkan awal bulannya dimulai dari Muharrom, karena pada sa’at itu berakhirnya aktivitas ibadah haji dan menuju kehidupan yang baru. 1 Muharrom 1 H. bertepatan dengan 16 Juli 622 M. tepat pada hari Jum’at Legi. Wallahu A’lam
Staf Lajnah Falakiyah NU Gresik
Koordinator Rukyat Hilal Indonesia Gresik
http://moeidzahid.site90.net/
Terpopuler
1
Saat Jamaah Haji Mengambil Inisiatif Berjalan Kaki dari Muzdalifah ke Mina
2
Perempuan Hamil di Luar Nikah menurut Empat Mazhab
3
Pandu Ma’arif NU Agendakan Kemah Internasional di Malang, Usung Tema Kemanusiaan dan Perdamaian
4
Saat Katib Aam PBNU Pimpin Khotbah Wukuf di Arafah
5
Belasan Tahun Jadi Petugas Pemotongan Hewan Kurban, Riyadi Bagikan Tips Hadapi Sapi Galak
6
360 Kurban, 360 Berhala: Riwayat Gelap di Balik Idul Adha
Terkini
Lihat Semua