Baru saja IPNU IPPNU merayakan hari lahir (Harlahnya) yang ke-57 (Untuk IPNU) dan yang ke-56 (Untuk IPPNU). Berbagai acara pun diselenggarakan dalam rangka menyemarakkan acara ini, semua serempak mulai dari tingkatan Pimpinan Ranting, Pimpinan Anak Cabang, Pimpinan Cabang, Pimpinan Wilayah sampai Pimpinan Pusat merayakan dengan caranya sendiri-sendiri.<>
Pimpinan Wilayah IPNU Jawa Timur misalnya merayakan Harlah dengan mengadakan serangkaian perlombaan, yakni festival band pelajar di alun-alun Lamongan, festival drum band di Pasuruan, lomba lalaran kitab Alfiyah Ibn Malik di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, yang terakhir adalah lomba orasi ilmiah di Kota Madiun kemudian acara pucak dari Harlah tersebut ditutup dengan istighotsah di Aula PWNU Jatim yang dihadiri oleh pejabat tingkat daerah/provinsi dan kiai-kiai sepuh NU.
Pimpinan Cabang IPNU Kota Surabaya juga tidak ketinggalan, IPNU tingkatan kota metropolis kedua ini mampu berkoordinasi dengan Dispora dan Diknas Kota Surabaya diantara rangkaian acara untuk menyambut Harlah adalah perlombaan futsal pelajar dan olimpiade matematika kemudian ditutup dengan maulidan di kantor PCNU Kota Surabaya pada tanggal 24 Februari 2011 lalu. Diantara tujuan merayakan Harlah IPNU IPPNU bukanlah untuk berpesta-pora, namun IPNU IPPNU berkomitmen memperjuangkan kader-kader Nahdliyin muda yang memiliki potensi dan yang ingin berkreasi.
IPNU IPPNU berdiri menjelang tahun 1955. Keberadaannya merupakan bagian dari keluarga partai Nahdlatul Ulama. Oleh karena itu, kelahiran IPNU IPPNU memang terkait dengan keberadaan partai Nahdlatul Ulama’ (PNU). Disini tantangan IPNU IPPNU untuk bisa memposisikan diri sebagai organisasi penyatuan sekaligus pengkaderan pelajar NU tanpa harus terintervensi oleh kegiatan-kegiatan politik. Jelasnya, IPNU IPPNU menjadi besar bukan karena keberadaan IPNU IPPNU, karena basis NU memang ada dan cukup kuat, terutama di Jawa, meskipun IPNU IPPNU juga turut membesarkan NU dari sisi kaderisasinya. Tidak mudah mengembangkan organisasi kader yang non politik di saat organisasi induknya menjadi partai politik.
Untuk menegaskan bahwa IPNU IPPNU adalah organisasi kader, maka IPNU IPPNU harus memfokuskan diri pada proses kaderisasi untuk meningktkan kualitas kader. Hal ini karena IPNU IPPNU didirikan sebagai respon atas kebutuhan kaderisasi. Baik sebagai partai politik maupun sebagai organisasi sosial kemasyarakatan, NU dituntut untuk mendiversifkan kader-kadernya.
Dalam sejarah Nahdlatul Ulama, berdirinya IPNU IPPNU jelas merupakan momentum penting. Pendirian IPNU IPPNU merupakan langkah yang sangat monumental bagi perkembangna organisasi terbesar di Indonesia ini. Sejak menyatakan dirinya sebagai partai politik pada tahun 1952 NU tidak mempunyai kader potensial kecuali para santri di pesantren-pesantren dan madrasah. Dengan kata lain, di saat NU tengah menempati posisi menantang, justru belum memiliki peringkat kaderisasi yang dapat menjadi keberlanjutan organisasi. Pada saat yang sama, putra-putra orang NU hampir semuanya terfokus pada pendidikan agama, padahal kebutuhan NU akan sumberdaya pada semua bidang sangat mendesak. IPNU IPPNU didirikan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Pada Muktamar NU ke-20 di Surabaya tanggal 9-14 September 1954 dibawah pimpinan langsung Tolchah Mansoer secara resmi diakui sebagai satu-satunya organisasi pelajar putra yang berdiri di bawah NU (menjadi Banom NU). Seperti NU yang memiliki struktur tingkat kepengurusan yang tertib mulai dari Pengurus Besar (PBNU) sampai Pengurus Ranting (PR), IPNU IPPNU juga demikian struktur tingkat kepengurusannya mulai dari Pimpinan Pusat (PP) sampai pada Pimpinan Ranting (PR). Karena IPNU merupakan organiasasi Pelajar kepengurusan tingkat sekolah juga ada, disebut Pimpinan Komisariat (PK), tak luput juga diperguruan Tinggi juga merupakan lapangan kerja IPNU IPPNU. Tingkat kepengurusan di Perguruan Tinggi disebut Pimpinan Komisariat Perguruan Tinggi (PK PT).
Melalui Kongres IPNU XIII di Sukolilo Surabaya pada tahun 2003 merekomendasikan untuk pendirian IPNU IPPNU di Perguruan Tinggi hal ini dimaksudkan agar menakar ideologi-ideologi diluar faham ahlussunnah wal jamaah serta mewadahi kader-kader NU diperguruan tinggi yang dimaksud. Maka saat itu berdirilah IPNU IPPNU di Perguruan Tinggi, sebagai contoh di IAIN Sunan Ampel Surabaya setelah Kongres tersebut didirikan Pimpinan Komisariat Perguruan Tiinggi IPNU IPPNU IAIN Sunan Ampel Surabaya. Kemudian di Unesa, juga di Unsuri.
Namun sayangnya pendirian IPNU IPPNU di Perguruan Tinggi masih belum bisa diterima oleh banyak kalangan termasuk dari organisasi pergerakan mahasiswa yang pernah dependen pada NU, karena dinilai merebut lapangan kaderisasi mereka dan juga tak jarang IPNU IPPNU di Perguruan Tinggi mendapat cercaan karena menyandang kata “pelajar”. Syukurlah IPNU IPPNU tetap konsisten dengan arah perjuangannya yakni kaderisasi dan penakaran faham diluar ahlussunnah wal jamaah IPNU IPPNU tidak terbuai dengan perpolitikan.
Perguruan Tinggi merupakan “pasar bebas” bagi Islam transnasionalis. Aliran Islam yang bergaris keras dan radikal ini dengan bebas bisa menjajakkan ideologinya. Mahasiswa-mahasiswa akan dicuci otaknya menggantikan aswaja menjadi wahhabiah. Inilah sebenarnya peran IPNU IPPNU di Perguruan Tinggi dalam menakar ideologi tersebut. Arah perjuangan IPNU IPPNU Pimpinan Komisariat Perguruan Tinggi sudah jelas, dan saat ini memang peran tesebut harus didukung dari semua pihak terutama PBNU. Dengan adanya organisasi kemahasiswaan NU nantinya sesuai usulan komisi rekomendasi PBNU semoga bisa berjalan beriringan dengan IPNU IPPNU Pimpinan Komisariat Perguruan Tinggi.
* Ketua Umum Pimpinan Komisariat Perguruan Tinggi IPNU IAIN Sunan Ampel Surabaya
Terpopuler
1
Khutbah Idul Adha 2025: Teladan Keluarga Nabi Ibrahim, Membangun Generasi Tangguh di Era Modern
2
Khutbah Idul Adha: Menanamkan Nilai Takwa dalam Ibadah Kurban
3
Bolehkah Tinggalkan Shalat Jumat karena Jadi Panitia Kurban? Ini Penjelasan Ulama
4
Khutbah Idul Adha: Implementasi Nilai-Nilai Ihsan dalam Momentum Lebaran Haji
5
Khutbah Idul Adha Bahasa Jawa 1446 H: Makna Haji lan Kurban minangka Bukti Taat marang Gusti Allah
6
Khutbah Idul Adha: Menyembelih Hawa Nafsu, Meraih Ketakwaan
Terkini
Lihat Semua