Opini

Masjid Hizbullah-Sabilillah di antara Kiai Masykur dan Kiai Tolchah

NU Online  ·  Kamis, 30 Mei 2019 | 20:30 WIB

Oleh R Ahmad Nur Kholis 

Bagi seluruh warga Nahdlatul Ulama di Nusantara jika saja berkunjung ke Malang Raya, tidaklah sempurna rasanya jikalau tidak berkunjung ke dua masjid bersejarah bagi warga Nahdlatul Ulama. Kedua masjid tersebut adalah masjid Hizbullah yang berada di Singosari, Kabupaten Malang, dan Masjid Sabilillah yang berada di Kecamatan Blimbing Kabupaten Malang.

Dikatakan masjid ini penting bagi warga Nahdlatul Ulama adalah karena keduanya, baik Masjid Hizbullah maupun Sabilillah, didirikan dan menjadi monument sejarah perjuangan Laskar Hizbullah dan Sabilillah utamanya pada peperangan 10 Nopember 1945. 

Masjid Hizbullah merupakan masjid Jami’ pertama yang ada di Singosari Kabupaten Malang. Masjid ini didirikan pada tahun 1907 atas jasa dan prakarsa KH Masykur. Sedangkan Masjid Sabilillah berdiri agak lebih belakangan yaitu dimulai peletakan batu pertamanya pada tahun 1974.

Meskipun berdiri sejak tahun 1907, masjid Hizbullah Singosari pada awalnya tidaklah memakai nama hizbullah pada tahun 1907. Melainkan dinamakan dengan masjid Jami’ Singosari. Hanya saja karena belakangan di sebelah timur masjid sabilillah ini terdapat markaz Hizbullah dan Kiai Masjkur sendiri adalah salah satu komandan Hizbullah region Malang, Singosari pun menjadi pusat kegiatan Laskar Hizbullah. Maka belakangan pengurusan wakaf tanah dan kepengurusan Masjid ini kemudian dipindahtangankan kepada Nahdlatul Ulama. Pada tahun 1996, lima tahun setelah wafatanya Kiai Masjkur sang pendiri, nama masjid jami’ Singosari diganti menjadi: Masjid Besar Hizbullah (Hasan Ishaq, 2017).

Adapaun Masjid Sabilillah di Blimbing Kota Malang adalah beridiri memang untuk mengenang Perjuangan Laskar Sabilillah. Di mana KH Masjkur juga terlibat di dalam laskar itu. Kiai Masjkur kemudian menunjuk menantunya Kiai Tolchah Hasan untuk menjadi ketua panitia pembangunan masjid tersebut. Di mana masyarakat sekitar juga mendukung pembangunannya karena masjid Jami’ Blimbing yang ada sebelumnya sudah tidak mampu menampung jama’ah shalat jum’at.

Dalam pada itu, ketika Kiai Masjkur menunjuk Kiai Tolchah menjadi panitia pembangunan, Ia berpesan kepada menantunya itu:

“Kalau masjid (sabilillah, red) ini tidak kunjung selesai pembangunannya, maka berarti diantara panitia ini ada yang ngentit (korupsi dana).” Kata Kiai Masykur seperti dikisahkan Kiai Tolchah Hasan pada acara halal bihalal masjid Sabilillah pada tahun 2013 silam.

“Jadi jika saja ada pembangunan masjid kok tidak selesai-selesai, berarti panitianya ada yang korupsi.” Lanjut Kiai Tolchah ketika itu.

Adalah menarik pula untuk menilik bagaimana cara meramaikan kedua masjid tersebut ala Kiai Tolchah. Khususnya dengan Masjid Sabilillah di Kecamatan Blimbing Kota Malang, Kiai Tolchah sebagai penerus perjuangan Kiai Masjkur kemudian mengembangkan berbagai unit kegiatan amal di dalamnya. Berbagai kegiatan dan fasilitas untuk kemaslahatan ummat diselenggarakan di sana. Unit-unit Pendidikan mulai tingkat taman kanak-kanak sampai sekolah menengah atas, fasilitas dan kegiatan kesehatan, perpustakaan dan juga Lembaga infaq zakat dan shadaqah yang dikembangkan secara baik. Belakangan ini, bahkan Masjid Sabilillah telah melakukan bedah rumah bagi warga sekitar masjid yang rutin berjama’ah di masjid sabilillah.

Adapun Masjid Hizbullah dalam hal ini, sangat terlihat pesat dengan diselenggarakannya berbagai Lembaga Pendidikan yang ada di sana. Hal mana Lembaga-lembaga Pendidikan tersebut berkembang pesat dibawah sebuah Yayasan Pendidikan Islam Al-Maarif yang juga dipelopori Kiai Masykur dan Kiai Tolchah. Semua Lembaga Pendidikan mulai dari tingkat SD-MI, sampai SMA, MA dan SMK di sana berjalan dan berkembang baik dan maju. Partisipasi masyarakat juga tinggi.

Dalam sebuah kesempatan seminar di Unisma yang penulis ikuti, Kiai Tolchah Hasan secara impilisit mengungkapkan bahwa khususnya konsep pengembangan Masjid Sabilillah yang dia kembangkan adalah meniru Universitas Al-Azhar Mesir. Di mana Universitas tersebut berkembang berasal dari masjid yang kemudian menjadi pusat peradaban Islam.

“Al-Azhar itu bahkan memiliki wakaf tanah yang digunakan untuk rumah sakit dan pusat perbelanjaan.” Kata Kiai Tolchah dalam kesempatan seminar itu. 

Demikianlah, Masjid Hizbullah dan Sabilillah berkembang sebagai masjid yang memakmurkan masyarakat sekitarnya.

Sumber:
1. Penuturan pribadi Kiai Tolchah Hasan
2. Penuturan HM Bibit Suprapto
3. Artikel Hasan Ishaq (2017). Masjid Hizbullah, Monumen Perjuangan Laskar Hizbullah Malang. https://ngalam.co