Laptop, notebook atau komputer jinjing mulai marak diminati oleh masyarakat akhir-akhir ini. Banyak keuntungan yang ditawarkan oleh komputer jinjing tersebut yang membuat pengguna semakin terpikat, mulai dari kemampuannya untuk dapat bekerja dengan tidak tergantung pada sumber daya listrik, konsumsi arus daya listrik yang relatif lebih kecil dari pada komputer desktop pada umumnya, kemampuan yang setara atau bahkan mampu menandingi komputer desktop, hingga gengsi bagi si pemiliknya adalah hal-hal yang membuat komputer jinjing semakin diminati.
Sebagai pengguna alangkah lebih bijak apabila dapat menentukan laptop dengan spesifikasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan, apalagi harga laptop relatif lebih mahal dari pada komputer desktop. Walaupun saat ini telah banyak mengalami penurunan harga, namun hal itu juga dikarenakan terjadinya penurunan daya beli masyarakat pada umumnya. Berikut saya akan coba memberikan ilustrasi mengenai spesifikasi laptop secara umum berdasarkan kebutuhan penggunaan dan anggaran dana, dengan harapan agar dapat membantu calon konsumen yang hendak membeli laptop untuk menentukan tipe yang akan dibeli sehingga tidak terjebak oleh trik dagang dan berbagai iklan yang menyesatkan yang tersebar di pasaran.
Sebagai pengg<>una komputer standar atau biasa disebut low end user atau entry level user yang hanya memfungsikan komputernya sebagai sarana keperluan kantor atau lebih sering berkutat dengan aplikasi office, laptop dengan spesifikasi minimal processor Intel Celeron-M atau AMD Turion 64, memori 256 megabyte, kapasitas hard disk 40 gigabyte, DVD drive combo, modem, ethernet dan layar 14 inch sudah mencukupi. Komputer dengan spesifikasi seperti itu saat ini dapat ditebus dengan harga yang relatif terjangkau, berkisar antara 5 juta hingga 5,5 juta rupiah.
Untuk seorang pengguna yang lebih advance atau biasa disebut mid end user dengan tingkat kebutuhan yang lebih tinggi, misalnya membutuhkan fungsi multimedia yang terintegrasi pada laptopnya. Laptop spesifikasi menengah dengan contoh detail sebagai berikut akan mencukupi, processor intel pentium M sampai Core 2 Duo, memori 512 megabyte, kapasitas hard disk mulai dari 80 hingga 120 gigabyte, DVD writer, modem, ethernet dan layar mulai dari 14 inch hingga 15,4 inch dengan kategori wide screen (WXGA) sudah dapat mencukupi kebutuhan multimedia standar. Spesifikasi laptop seperti tersebut diatas dapat ditebus dengan harga berkisar antara 7 juta hingga 15 juta rupiah, tergantung pada berbagai ragam aksesori tambahan yang diberikan oleh pihak vendor.
Sedangkan untuk pengguna tingkat tinggi atau high end user atau power user akan lebih membutuhkan perangkat keras yang lebih canggih, di antaranya processor intel Core2 Duo atau AMD Turion 64 X2, memori minimal 1 gigabyte, hard disk minimal 120 gigabyte, DVD writer, modem, ethernet, jaringan nirkabel (wifi) dan layar 15,4 inch hingga 17 inch dengan format wide screen (WXGA). Perangkat keras seperti tersebut akan sangat banyak membantu pada pengguna yang lebih memanfaatkan komputer sebagai graphic designer, animator film, pemain game kelas berat, dan berbagai program CAD (computer aided design) yang membutuhkan kemampuan rendering gambar 3 dimensi. Untuk spesifikasi laptop seperti tersebut di atas memang harus ditebus dengan harga yang mahal, mulai dari 17 juta hingga 35 juta rupiah tergantung merk dan aksesori tambahan dari penjual.
Dari ilustrasi sederhana di atas kita dapat mengetahui secara garis besar kebutuhan kita pada teknologi laptop, memang realita yang ada pada masyarakat Indonesia laptop identik dengan gengsi yang tinggi. Semakin mahal harganya semakin tinggi gengsinya, tidak jadi soal apakah si pemilik dapat menggunakan seluruh fasilitas yang ada secara maksimal atau tidak. Paradigma seperti ini yang harus diubah, teknologi diciptakan oleh manusia sebagai alat untuk dapat mempermudah kehidupan manusia, bukan mempersulitnya (bagi yang mau belajar).
Kita tengok satu contoh kasus DPR Indonesia yang akan membeli laptop sejumlah 550 unit dengan harga per unit mencapai 21 juta jupiah, hal yang sangat ironis dan tidak mendidik. Bahkan DPRD di suatu daerah telah membeli sejumlah laptop yang harganya lebih mahal dari laptop yang hendak dibeli DPR-RI. Sebab ini dilakukan oleh dewan wakil rakyat yang seharusnya mengerti keadaan rakyat dan juga memberikan edukasi pada masyarakat. Anggota DPR lebih sering berkutat dengan hal-hal yang menyangkut keperluan komputasi sederhana seperti mengetik, membuat tabel dan sebagainya yang mayoritas telah dikerjakan oleh sekretarisnya. Kalau DPR menganggarkan pembelian laptop dengan harga yang luar biasa mahal tersebut hanya untuk membeli gengsi dan pada akhirnya sarat dengan nuansa korupsi, sungguh sangat diagukan kompetensi mereka sebagai dewan wakil rakyat.
Sebaiknya kalau memang perlu memiliki laptop, dapat membeli dengan spesifikasi sederhana tanpa sistem operasi. Karena selain dapat menghemat anggaran negara juga ada sisi positif lainnya dari laptop yang tanpa sistem operasi tersebut. Indonesia sedang mencoba untuk menghargai hak cipta orang lain, sedangkan sistem operasi yang mendominasi dari Microsoft (windows dan office) sangat mahal harganya, saat ini telah ada program yang dikembangkan oleh anak bangsa dan diberi nama IGOS (Indonesia Goes Open Source). Program yang berbasis pada LINUX yang notabene adalah open source atau bebas lisensi. Sehingga tidak dipungut biaya dan selanjutnya dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan oleh siapa saja dan juga disebar luaskan kepada siapa saja.
Mengapa kita tidak mendukung kreativitas positif anak bangsa seperti IGOS tersebut dan mulai tidak lagi tergantung dengan 1 perusahaan piranti lunak saja seperti Microsoft. Bangsa Indonesia seharusnya dapat menjadi produsen, bukan hanya konsumen. Tidak hanya menjadi follower tetapi juga bisa jadi trend setter, pada dasarnya bayak orang yang memiliki kemampuan untuk itu tetapi tidak pernah mendapat dukungan penuh dari pemerintah. Kalaupun ada dukungan pasti setengah hati, seperti halnya dukungan Depkominfo pada komunitas IGOS. (Ardyan Novanto Arnowo)
Terpopuler
1
Saat Jamaah Haji Mengambil Inisiatif Berjalan Kaki dari Muzdalifah ke Mina
2
Belasan Tahun Jadi Petugas Pemotongan Hewan Kurban, Riyadi Bagikan Tips Hadapi Sapi Galak
3
Meski Indonesia Tak Bisa Lolos Langsung, Peluang Piala Dunia Belum Pernah Sedekat Ini
4
Cerpen: Tirakat yang Gagal
5
Jamaah Haji Indonesia Diimbau Tak Buru-buru Thawaf Ifadhah, Kecuali Jamaah Kloter Awal
6
Jamaah Haji Indonesia Bersyukur Tuntaskan Fase Armuzna
Terkini
Lihat Semua