Opini

Lailatul Qadar Malam Ahad Legi?

NU Online  ·  Ahad, 16 November 2003 | 03:32 WIB

Oleh KH Achmad Chalwani    

Ramadhan adalah bulan yang paling mulia dibandingkan bulan-bulan lainnya. Karena Ramadhan merupakan bulan diturunkannya Alquran (Nuzulul Quran) sebagai petunjuk bagi umat manusia. Juga karena adanya satu malam yang mulia yang kita kenal dengan nama Lailatul Qadar sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Qadr ayat 1. Keduanya merupakan peristiwa yang berkaitan karena Nuzulul Quran terjadi pada saat Lailatul Qadar.

<>

Lailatul Qadar adalah suatu malam yang sangat mulia dan senantiasa ditunggu kedatangannya di setiap bulan Ramadhan. Lailatul Qadar merupakan keistimewaan yang hanya dimiliki oleh umat Muhammad SAW di mana kemuliaannya lebih mulia dibanding dengan ibadah 1.000 bulan. Ini merupakan kesempatan emas bagi kita untuk selalu meningkatkan amal dan ibadah pada malam hari, karena sebagaimana dijelaskan oleh Nabi Muhamamd SAW, “Barangsiapa yang beribadah pada malam Lailatul Qadar, maka akan diampuni segala dosa-dosanya” (Al-Hadis).

Lailatul Qadar turun pada setiap tahun, yakni pada 10 hari terakhir dalam bulan Ramadhan, khususnya pada malam-malam ganjil (witir). Namun tepatnya pada tanggal berapa Lailatul Qadar itu turun? Wallahu a’lam. Namun sebagai ciri-ciri Lailatul Qadar adalah pada malam tersebut keadaan langit terang benderang, tidak terasa panas dan juga tidak terasa dingin. Sementara pada pagi harinya keadaan matahari putih bersih tidak bersinar.

Memang datangnya Lailatul Qadar ini dirahasiakan Allah SWT, agar: Pertama, setiap malam bulan Ramadhan senantiasa kita agungkan dengan beribadah dan beramal salih. Kedua, agar kita berusaha secara sungguh-sungguh dalam memperoleh dan menemukannya sehingga kita akan mendapatkan pahala kesungguhan dalam beribadah.

Tersebut di dalam kitab Tanwirul Ma’aly Lis Syaikh Dalhar bin Abdurrohman Al-Watuza’uly (Watucongol) bahwa Syaikh ‘Ali Abi Hasan As-Syadzily pembangun Thoriqoh Syadziliyyah adalah seorang ulama yang kaya raya dan senang bersedekah yang kewaliannya disepakati oleh Jumhurul Ulama (mayoritas ulama) di seluruh dunia dan tidak ada yang membantah atas kewalian beliau, dan merupakan ulama yang selama hidupnya selalu mendapatkan Lailatul Qadar.

Berdasarkan pengalaman tersebut maka beliau berkesimpulan: (1) Bila (awal puasa hari) Ahad, (Lailatul Qadar jatuh pada) malam tanggal 29. (2) Bila Senin, malam tanggal 21. (3) Bila Selasa, malam tanggal 27. (4) Bila Rabu, malam tanggal 19. (5) Bila Kamis, malam tanggal 25. (6) Bila Jumat, malam 17. (7) Bila Sabtu, malam tanggal 23. Karena awal puasa Ramadhan 1424 H hari Senin, maka Lailatul Qadar pada tahun ini akan jatuh pada hari Ahad Legi 21 Ramadhan 1424 H.

Hasil Tajribah ini bukan merupakan acuan pasti yang mesti tepatnya. Hanya karena yang menyimpulkan seorang ulama juga wali besar yang sangat dekat dengan Allah SWT, maka dapat kita jadikan pedoman agar kita dapat menemukan Lailatul Qadar. Karenanya sebaiknya bagi orang yang ingin menemukan Lailatul Qadar agar selalu memperbanyak i’tikaf, beribadah dan berdoa kepada Allah SWT, khususnya pada malam-malam terakhir bulan Ramadhan.

Termasuk memperbanyak zikir/doa yang diajarkan Nabi Muhammad SAW kepada putrinya Dewi Fatimah Al-Zahro’, yang berbunyi Allahumma Innaka ‘Afuwwun Karim Tuhibbul ‘Afwa Fa’fu ‘Anna Ya Karim (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Zat yang Maha Pengampun lagi Maha Mulia. Engkau Zat yang suka memberi maaf/ampunan, maka ampunilah kami Wahai Zat yang Mulia).

Mari dalam kesempatan ini kita tingkatkan ibadah dan amal salih dengan harapan semoga kita semua bisa menemukan Lailatul Qadar sehingga akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda serta diampuni dosa-dosa kita. Amin ya Robbal ‘Alamin. q-z

*Penulis, Mustafadl Jam’iyyah Ahli Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyyah Jawa Tengah.

Sumber :kd