Kebudayaan : khususnya industri kesenian sebagai instrumen ketahanan nasional
NU Online · Rabu, 23 Februari 2005 | 14:08 WIB
Oleh : Franky Sahilatua*
Intensitas serta otentisitas dialog kebudayaan baru dimulai apabila telah terjadi perbenturan dan pergumulan dua kebudayaan yang berbeda, yang sering disebut oleh banyak orang dengan transformasi kebudayaan. Transformasi tersebut akan berproses baik secara fisik maupun psikis dan saling mempengaruhi di antara keduanya. Oleh karena itu, transformasi harus dilihat dalam kerangka strategi kebudayaan untuk memenangkan masa depan dan oleh karena itu strategi kebudayaan diperlukan untuk memberi arah dinamika kebudayaan itu sendiri.
Salah satu ciri dinamika kebudayaan adalah integrasi dan disintegrasi. Integrasi digambarkan sebagai harmoni maksimal pada masing-masing unsur budaya. Sedangkan disintegrasi 'mengandung pengertian sebaliknya. Dalam kerangka inilah dinamika kebudayaan bukan saja linier melainkan juga memiliki ritme.
Untuk mencapai ketahanan nasional Indonesia dalam kerangka kebudayaan atau khususnya industri kesenian, pertama-tama perlu dibuat 'peta' tentang konteks kebudayaan kontemporer yang sedang dikepung oleh arus globalisasi. Thomas Friedman dalam bukunya The Lexus and the Olive Trree (2000) menyatakan bahwa "ancaman globalisasi saat ini adalah globalisasi itu sendiri ". Ritme cepat globalisasi yang ditentukan oleh negara-negara adidaya pada gilirannya akan menimbulkan dikotomi baru dalam hubungan multilateral, yaitu negara sentrum dan periferi (pinggiran). Negara-negara yang tidak mengikuti irama globalisasi secara 'global' akan dimasukkan ke dalam kategori negara 'primitif dan ini merupakan lahan subur bagi sikap tidak beradab. Ujung dari rasa ketidakberadaban ini adalah pemutarbalikkan nilai-nilai yang selama ini diintroduksikan melalui jaringan teknologi informasi oleh negara-negara sentrum. Kegiatan pembalikan nilai-nilai oleh negara periferi ditranliterasikan oleh politikus menjadi kata teroris.
Salah satu keberhasilan penyebaran kebudayaan Barat ialah meluasnya anggapan bahwa ilmu dan teknologi yang berkembang di Barat merupakan suatu yang universal. Hal ini terlihat dalam beberapa gejala. Pada satu pihak, timbul skeptisisme terhadap masyarakat, sementara di pihak lain timbul antusiasme terhadap ilmu dan teknologi Barat secara signifikan.
Fenomena ini telah membawa implikasi bahwa ilmu dan teknologi (yang dihasilkan dunia Barat) bersifat universal. Celakanya, hal ini merupakan bentuk internalisasi masyarakat Timur dan Indonesia untuk menerima cara produksi dominan. Pada sisi inilah globalisasi telah merasuki berbagai sistem nilai sosial dan budaya Timur (termasuk Indonesia) sehingga terbuka pula konflik nilai antara teknologi dan nlai-nilai ketimuran.
Gencarnya serbuan teknologi disertai nilai-nilai interinsik yang diberlakukan di dalamnya, telah menimbulkan isu mengenai globalisasi dan pada akhirnya menimbulkan nilai baru tentang kesatuan dunia. Radhakrishnan dalam bukunya Eastern Religion and Western Thought (1924) menyatakan "untuk pertama kalinya dalam sejarah umat manusia, kesadaran akan kesatuan dunia telah menghentakkan kita, entah suka atau tidak, Timur dan Barat telah menyatu dan tidak pernah lagi terpisah"
Industri Kesenian Sebagai Palang Pintu Ketahanan Nasional
Dalam arti sempit kesenian sesungguhnya mewakili apa yang sering disebut sebagai unsur kebudayaan suatu bangsa. Kesenian dalam percaturan politik bangsa-bangsa di dunia telah menjadi sarana propaganda sekaligus instrumen ketahanan nasional sebuah bangsa. Maju mundurnya dunia kesenian pada sebuah bangsa menjadi cermin yang merefleksikan wajah bangsa tersebut secara keseluruhan. Infiltrasi melalui media kesenian maupun kebudayaan dalam arti luas dari sebuah bangsa terhadap bangsa lainnya akhir-akhir ini semakin mengemuka melalui gejala yang oleh banyak orang disebut dengan globalisasi. Pertanyaan kritis yang layak diajukan dalam hal ini adalah sejauh mana sebuah bangsa mempersiapkan dirinya menghadapi gejala sosial-politik tersebut?
Hari ini kita menyaksikan fakta bahwa salah satu industri kesenian di Indonesia yaitu industri musik sedang mengalami kelumpuhan total dan sistematis. Hal ini diakibatkan oleh adanya serbuan para produser asing yang semakin lama semakin mendominasi dunia industri musik di tanah air. Kita harus mengakui bahwa sebagai sebuah bangsa yang telah membuka diri terhadap gekala globalisasi dunia, kita tidak memiliki kemampuan untuk membendung masuknya para pemain internasional dalam industri kesenian di tanah air. Karena hal itu adalah konsekuensi yang harus kita hadapi sebagai sebuah bangsa yang terbuka, apalagi bangsa Indonesia juga telah membuat kesepakatan¬kesepakatan terbuka dengan bangsa-bangsa lain di dunia dalam konteks tersebut. Namun eksistensi bangsa Indonesia, khususnya dalam bidang kesenian atau kebudayaan yang pada prakteknya dilakoni oleh para produser nasional tidak begitu saja mudah kita abaikan. Namun kenyataan tersebut di atas diperparah dengan tidak adanya perhatian yang serius dari pemerintah untuk mengimbangi atau merespon perubahan yang sedang terjadi dalam dunia kesenian atau kebudayaan di tanah air. Sehingga kita berani menyimpulkan bahwa praktis hari ini industri kesenian di tanah air kita sedang mengalami mati surf, terutama industri kesenian yang dikomandoi oleh para produser nasional.
Dan ketika sendi-sendi kesenian nasional mengalami kelumpuhan, maka daya tangkal bangsa kita terhadap intervensi kebudayaan asing akan mengalami penurunan yang signifikan. Jika kondisi tersebut dibiarkan seperti itu, tidak menutup kemungkinan bangsa Indonesia akan menjadi rumah tanpa pagar.
Dimana semua budaya asing akan dengan mudahnya masuk ke tanah air tanpa ada sebuah mekanisme pertahanan diri.
Memang kita telah memiliki sebuah departemen tersendiri yang diharapkan mampu memberikan perhatian terhadap kondisi kesenian nasional, yaitu Departemen Pariwisata dan Kesenian. Namun kita juga menyadari bahwa selama ini paradigma yang digunakan oleh aparat biro
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua