Kebangkitan Pelajar NU: Dari Refleksi Menuju Proyeksi
NU Online · Rabu, 24 Februari 2016 | 00:25 WIB
Oleh W Eka Wahyudi
"Tjita2
daripada Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama ialah membentuk manusia jang berilmu,
tetapi bukan manusia calon kasta elite dalam masyarakat. Tidak. Kita
menginginkan masyarakat jang berilmu. Tetapi jang dekat dengan
masyarakat."
Itulah petikan pidato KH Tolchah Mansoer dalam Muktamar ke-4 IPNU di
Yogjakarta, 11 Februari 1961. Dalam sambutannya, Kiai Tolchah
menegaskan kembali bahwa poin terpenting dari berdirinya
IPNU adalah berorientasi pada dua arus utama; intelektualitas dan
responsibilitas.
Pertama, alasan
intelektulitas merupakan kegelisahan para tokoh NU pada tahun 1950-an. Mereka benar-benar merasakan sulitnya menemukan
orang NU yang mempunyai kadar intelektual matang. Realitas ini pernah dikeluhkan KH Wahid
Hasyim pada tahun 1953 yang menyatakan bahwa mencari seorang akademisi di NU,
ibarat mencari tukang es pada jam 1 malam. Itulah mengapa, pada bulan Februari 1954, Konferensi Besar PB Ma’arif menyusun
draf khusus yang membahas persoalan masa depan pelajar NU dalam salah satu
agenda persidangannya. Ini juga yang menjadi “pembuka
jalan” para pendiri IPNU yang mempunyai inisiatif kuat untuk membentuk
organisasi khusus bagi pelajar NU, yang pada puncaknya lahirlah IPNU pada 24
Februari 1954 di Semarang, di tengah perhelatan Konbes PB LP Ma’arif.
Kedua, alasan
responsiblitas merupakan harapan luhur Kiai Tolchah agar para kader-kader IPNU,
dalam hal ini kalangan mudanya, apabila telah sukses menjadi akademisi dan
sarjanawan, tidak lantas menjadikannya sebagai kasta elit yang hidup terasing
di tengah masyarakat. Sehingga, indikasi keberhasilan
kader IPNU, jika merujuk pada cita-cita Kiai Tolchah adalah mampu hidup membaur
dan melebur dengan segala denyut kehidupan masyarakat, ikut aktif dalam
memberikan konstribusi guna memecahkan masalah bersama yang tengah dihadapi
oleh masyarakat sekitar.
Dua aras utama inilah, jika diimplementasikan IPNU melalui program-program
konkrit yang terukur, terkontrol dan terevaluasi dengan benar, akan
melanggengkan posisi IPNU sebagai organisasi pembelajar (learning
organization) yang pada akhirnya membentuk tatanan masyarakt pembelajar (learning
society).
Harlah: Momentum Refleksi Menuju Proyeksi
IPNU sebagai organisasi yang tidak kedap terhadap gempuran gelombang
peradaban yang terus berkembang, tentu memiliki tantangan yang berbeda dari
waktu ke waktu. Kelestarian IPNU yang telah sukses menginjakkan kaki sejarahnya
selama setengah abad lebih ini, memberikan kita kabar gembira bahwa IPNU mampu
eksis di tengah belukar tantangan dan hambatan.
Momentum hari lahir IPNU yang ke 62 tahun ini, menyeret kita untuk
merefleksikan diri agar IPNU sebagai garda depan kaderisasi NU tetap konsisten
memberikan andilnya dalam pembangunan sumberdaya pelajar yang lebih produktif.
Tantangan-tantangan yang seolah telah siap merobohkan eksistensi IPNU, layaknya
harus dijawab dengan program kerja yang lebih produktif.
Semakin menjalarnya nilai-nilai radikalisme, mengakarnya sifat-sifat
materialistik dan hedonis di
kalangan pelajar, kian pudarnya moral generasi muda, serta semakin ketatnya
daya saing di segala lini kehidupan memberikan sinyalemen bahwa IPNU jika ingin
tetap lestari dan tidak tenggelam di telan zaman, harus mampu menyiapkan
kader-kadrnya dengan pola kaderisasi yang lebih substansial.
Pendalaman ideologi, revitalisasi identitas dan jati diri bangsa, serta
pelatihan-pelatihan untuk mengasah keterampilan individu harus
dijadikan sebagai prioritas dan agenda wajib guna membuktikan bahwa IPNU tetap
menjadi organisasi yang kecintaannya kepada Ulama, dibuktikan dengan kadar
intelektualitas yang tinggi, ideologi yang mumpuni, kuatnya jati diri dan skill yang memadai.
Harapannya, dalam rangka harlah IPNU ke 62 ini, tetap menjaga
konsistensinya dalam mengawal pelajar agar kuat dalam memegang ideologi, tanggap
terhadap kondisi sosial serta mempunyai kecakapan hidup yang lebih baik.
Semoga..!
Wakil Ketua II Bidang Kaderisasi PW IPNU Jawa Timur
Terpopuler
1
Jadwal Puasa Sunnah Sepanjang Agustus 2025, Senin-Kamis dan Ayyamul Bidh
2
Upah Guru Ngaji menurut Tafsir Ayat, Hadits, dan Pandangan Ulama
3
Pakar Linguistik: One Piece Dianggap Representasi Keberanian, Kebebasan, dan Kebersamaan
4
IPK Tinggi, Mutu Runtuh: Darurat Inflasi Nilai Akademik
5
2 Alasan LPBINU Bandung Sosialisasikan Literasi Bencana untuk Penyandang Disabilitas
6
PBNU Minta PPATK Tak Ambil Kebijakan Serampangan soal Pemblokiran Rekening Menganggur
Terkini
Lihat Semua