Opini

IPNU dan Konflik Internasional

NU Online  ·  Jumat, 23 November 2012 | 00:07 WIB

Oleh Abdurrahman S Fauz 


Isu-isu internasional yang berkaitan dengan kemaslahatan umat Islam di seluruh dunia, hari ini menjadi perhatian penting. Dunia Barat seolah tidak berhenti melakukan kampanye negatif terhadap Islam. Kekejaman zionis Israel terhadap bangsa Palestina, penindasan terhadap etnis muslim Rohingnya di Myanmar, dan kasus lainnya seolah tidak pernah surut. Isu itu mencuat sebagai reaksi atas ketidakadilan terhadap kelompok muslim. Jika kondisi demikian tidak dipahami secara serius, rangkaian itu akan memicu bahaya besar bagi keberlangsungan generasi mendatang yang menyimpan api dendam berkelanjutan. 
<>
Meski kekerasan demi kekerasan terhadap etnis muslim kian mendapat perhatian serius dari dunia internasional, konflik tersebut tidak langsung berakhir, bahkan cenderung meluas. Generasi  muda Islam di seluruh dunia, tanpa terkecuali IPNU yang mewakili generasi muda muslim mayoritas di Indonesia, tampaknya harus memperhatikan secara serius keadaaan tersebut.

Pelbagai kampanye damai dengan jargon pembelaan apapun yang selama ini berkembang, seolah tidak lagi mampu meredam konflik-konflik tersebut. Bahkan terjadi kecenderungan peran-peran dunia luar makin mengecil terhadap kasus tersebut. Terlihat tidak ada lagi kelompok atau negara yang mampu bernegosiasi secara serius untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut dalam skala internasional. Keadaan itu membawa pembelaan dimana isu-isu tersebut memanas hanya ketika muncul konflik. Namun ketegangan diredam di saat konflik mereda. Hal ini memperlihatkan inkonsistensi sebagian besar masyarakat dunia, dalam mengawal pembelaan terhadap konflik internasional. 

Keprihatinan tersebut mengharuskan kita, pelajar NU terutama yang terlibat aktif dalam IPNU, untuk berefleksi lebih dalam terkait peran yang sejauh ini telah dilakukan. Refleksi penting dilakukan mengingat peran IPNU yang mestinya strategis menjembatani kalangan pelajar di seluruh dunia secara aktif dalam penyelesaian jangka panjang konflik-konflik internasional atas nama etnis dan agama.

Tulisan ini setidaknya ingin merefleksikan peran-peran IPNU hingga saat ini dan sejauh mana IPNU akan menggagas peran-peran yang lebih strategis pada masa mendatang.

Konflik Panjang Skala Internasional

Dunia Islam terutama kawasan Timur Tengah, selain dianugerahi kekayaan minyak dan gas, juga merupakan negara-negara dengan basis ideologi muslim yang kuat. Kondisi ini memang sedikit berbeda dengan Indonesia yang cenderung pro pada kepentingan asing dalam hal pengelolaan sumber daya alam. Konsekuensinya Timur Tengah selalu mendapat sorotan dunia sebagai akibat dari dinamika yang berkembang, baik terkait kemanusiaan maupun ekonomi, pertahanan, dan keamanan.

Hari ini, generasi muda Islam di seluruh dunia tentu sepakat untuk menyoroti berbagai tindakan keji yang dilakukan kelompok yang dianggap tidak pro terhadap Islam dan mengindahkan nilai-nilai kemanusiaan. Seperti kekejaman Israel terhadap bangsa Palestina, kekerasan terhadap etnis Rohingnya di Myanmar dan lainya, sesungguhnya sedang memperlihatkan bahwa nilai-nilai kemanusiaan yang dijunjung oleh bangsa di dunia dikhianati. Sehingga secara prinsip, kenyataan sudah sangat tegas menuntut bagaimana seharusnya generasi muslim bertindak dalam menghadapi permasalahan yang mutlak membutuhkan keterlibatan semua pihak.

Namun solidaritas terhadap generasi muda Islam antarnegara maupun antar bangsa hari ini kian mengecil akibat rendahnya rasa solidaritas, kepercayaan, serta rasa kebersamaan sesama generasi muda Islam. Hal ini bisa dipicu akibat rendahnya pemahaman akan pentingnya persatuan dari seluruh elemen muda Islam, atau juga bisa sebagai akibat dari pemahaman yang tidak selaras akan isu yang berkembang. Namun demikian, IPNU hendaknya mengambil bagian pada posisi yang tepat, sesuai dengan landasan, prinsip, serta garis besar perjuangannya dalam membela hak-hak atas kemanusiaannya. 

IPNU dengan segenap kekuatannya sebenarnya realistis untuk menyuarakan hal berbagai kepentingan generasi muda Islam dalam upaya membela hak-hak atas nilai kemanusiaannya. Namun demikian peran-peran sentral IPNU untuk menyuarakan aspirasi generasi muda Islam, tampak belum signifikan. Hal ini dikarenakan rendahnya pemahaman akan kasus, sekaligus rendahnya tingkat konsistensi dalam memperjuangkan aspirasi generasi muda Islam. Gejala tersebut bisa dilihat dari beberapa pokok rekomendasi IPNU yang tidak pernah menyentuh pada poin-poin substansial yang mencerminkan pembelaan IPNU secara nyata pada isu-isu internasional. Dalam konteks ini, IPNU sudah semestinya menerima kritik sebagai bagian dari mandat pelajar muslim mayoritas agar serius mengedepankan pembelaan akan hak-hak kemanusiaan di samping keberanian menyatakan rekomendasi-rekomendasi yang berkaitan dengan isu-isu internasional.

Menjembatani Penyelesaian Konflik Internasional

Jika ditilik dari peluang yang ada, sesungguhnya IPNU berpotensi besar menyuarakan aspirasi pelajar di seluruh penjuru dunia dalam rangka memperteguh eksistensinya. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya menyelamatkan generasi muda Islam di daerah konflik. Jika mengutip pernyataan Gus Dur bahwa kesempatan menegakkan perdamaian abadi di suatu kawasan, bisa dengan menggunakan kesempatan menghadapi kenyataan pahit di kawasan tersebut (Wahid, 2006). Karenanya, IPNU mestinya dapat menggunakan banyak momentum untuk menempatkan pelajar di seluruh dunia untuk bersama terlibat aktif memperjuangkan secara serius generasi muda di kawasan konflik. Tujuannya agar generasi muda di daerah konflik, tidak terlibat pada konflik yang berkepanjangan selain memutus mata rantai konflik. Ini merupakan salah satu sikap yang sangat tepat untuk IPNU beberapa masa mendatang. IPNU terutama bisa masuk dalam penyelesaian konflik-konflik di negara Islam yang sedang kritis membutuhkan perhatian yang serius.

Pada prinsipnya, dalam percaturan internasional, IPNU mesti terlibat dalam upaya perdamaian dunia tanpa kekerasan. IPNU harus berbicara mengenai cara-cara pencapaiannya. Dinamika kehidupan agama yang cenderung berubah, mestinya dapat disikapi secara arif dan berjangka panjang untuk memastikan generasi Islam tidak terlibat konflik baik antaragama, beda aliran maupun antar kelompok agama. Jika hal tersebut capaiannya saat ini, IPNU jelas harus segera membentuk instrumen khusus yang siap menangani isu-isu konflik internasional sehingga perannya dapat difungsikan optimal.

Paling tidak, IPNU harus memiliki pandangan-pandangan yang lebih progresif dibanding generasi lain untuk menunjukkan IPNU sebagai organisasi yang matang secara pemikiran, sebanding dengan usianya. Seperti pandangan Gus Dur mengenai bagaimana konflik Israel bisa redam, Gus Dur secara sederhana menegaskan bahwa perdamaian abadi antara Israel dan Palestina hanya dapat dicapai manakala negara Palestina diperkuat dengan mengembangkan industri dan perdagangannya. Hal ini bisa kita nilai sebagai sebuah pemikiran yang sampai hari ini masih sangat relevan. Pernyataan ini tidak dijumpai pada lain pemikir sebagai akibat dari akumulasi kebencian secara ideologis serta fakta sejarah yang memperlihatkan kebiadaban Israel. Hal ini menunjukkan konsistensi cara pandang dan perjuangan pendahulu NU yang jauh lebih matang dibanding yang lainnya. Dan IPNU mestinya memiliki pandangan yang sama.

IPNU dan Peran Strategisnya

Sejalan dengan komunikasi NU sebagai organisasi induk IPNU, hari ini yang makin menunjukkan peran-perannya secara Internasional, seharusnya manuver NU menjadi referensi penting bagi IPNU untuk turut menggagas ide-ide dalam memainkan peran pelajar secara internasional. Setidaknya, IPNU harus terlibat aktif dalam mewacananakan Islam damai sebagai solusi penyelesaian berbagai konflik di dunia Islam, terutama dalam menghadapi kelompok-kelompok lain. 

Dalam konteks ini, IPNU perlu menunjukkan perannya. Peran-peran tersebut dipandang sebagai bagian dari sikap IPNU dalam menyikapi isu-isu internasional sehingga isu-isu ini tidak mudah diperankan oleh kelompok-kelompok tertentu. Terlebih jika isu-isu ini dipelihara hanya untuk menunjukkan eksistensi kelompok-kelompok tertentu. Tentu saja hal ini mesti dihindari dan ditolak sebagai bagian dari keseriusan sikap penyelesaian masalah.

IPNU selanjutnya bisa menjembatani dialog-dialog internasional dalam upaya membangun pemahaman yang lebih arif terhadap dunia Islam, serta cara pandang yang lebih luruh dari kelompok lain terhadap dunia Islam. Hal ini sesungguhnya telah dilakukan oleh sesepuh NU, seperti Gus Dur. Kampanye yang tidak pernah berhenti, serta konsistensi melakukan pembelaan dengan jalan yang damai, terbukti membuahkan hasil. Ini merupakan keteladanan pendahulu NU tanpa merendahkan prinsip-prinsip agama yang diyakininya. Ini merupakan bagian dari upaya menyelesaikan krisis dan mengubah keadaan secara arif.

Selanjutnya, IPNU juga perlu merumuskan nalar gerak yang lebih arif, yang tidak hanya berorientasi pada paradigma kritis tanpa aksi, tetapi sudah seharusnya mengedepankan aksi untuk turut mendukung secara nyata dalam mengentaskan krisis generasi muslim di negara-negara konflik. IPNU bisa ikut mengambil peran dalam menyelesaikan konflik-konflik tersebut, dengan memilih tindakan preventif, untuk membina generasi muda Islam selanjutnya agar tidak terlibat dalam lingkaran konflik yang mendalam semisal dengan melibatkan generasi-generasi muda Islam di negara-negara potensi konflik, sedang konflik atau pasca konflik. Perlu kiranya IPNU menumbuhkembangkan pemahaman Islam damai sebagai solusi penyelesaian kebencian antar etnis maupun agama.  

Akhirnya, IPNU sebagai bagian dari harapan generasi muslim dunia, tidak cukup hanya mengkampanyekan Islam damai, tetapi harus secara aktif terlibat dalam mengentaskan generasi muda Islam dari berbagai macam persoalan. Kehadiran IPNU diharapkan mampu menjadi solusi dari segudang permasalahan yang dihadapi generasi muda Islam di dunia saat ini, terutama di daerah-daerah konflik internasional.

* Kader IPNU