Oleh Lestari Saiful Mujab
Berita tentang perilaku maksiat maupun tindak kriminal yang marak saat ini, dengan mudah kita saksikan dari berbagai sumber. Begitu banyak terjadi perilaku yang menyimpang dari hukum agama maupun dari tatanan hukum negara. Apakah ini merupakan dampak negatif dari kemajuan informasi, komunikasi dan teknologi? Atau disebabkan oleh pemahaman agama yang dangkal sehingga akal pun dikuasai oleh nafsu?
<>Bila akal sudah dikuasai nafsu, maka hilang akal yang akan terjadi. Dampak dari hilang akal akan dapat mendorong manusia melakukan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Misal, karena ingin motor, membunuh adalah jalan keluarnya. Ingin hidup foya, korupsilah solusinya. Begitu mudahnya manusia mengambil keputusan dalam melakukan sesuatu. Dalam banyak peristiwa yang ada, kadang akal kita tidak dapat menerima kenyataan bahwa hal itu terjadi. Memang iman bukan hanya sekadar retorika, tetapi lebih menuntut pembuktian diri dalam menjalankannya dengan sepenuh hati dan kesadaran. Dan pada bulan Ramadan inilah saat yang paling tepat dalam mengejar segala ketertinggalan kita dalam beribadah.
Alangkah indahnya bila kita dikaruniai akal yang sehat. Karena akal yang sehat merupakan kunci dari segala perilaku dan senjata dalam menapaki kehidupan ini. Sebagaimana mutiara kata Imam Ali RA: “Lidah orang berakal berada di belakang hatinya, dan hati orang bodoh berada di belakang lidahnya”. Hal ini menunjukkan bahwa orang berakal akan selalu berhati-hati dalam berucap dan bertindak.
Tidak dipungkiri bahwa setiap manusia pasti selalu berusaha untuk dapat hidup sempurna, dan tiada satu manusia pun yang mau hidup merana. Namun untuk mencapai kesempurnaan hidup diperlukan akal yang sehat. Dalam satu riwayat, ‘Amr bin Ka’ab dan Abu Hurairah bertanya kepada Rasulullah tentang 3 perkara. Pertama, siapakah orang yang paling berilmu? Kedua, siapakah orang yang paling tekun beribadah? Dan yang ketiga, siapakah orang yang paling utama? Hanya satu jawaban Rasulullah tentang 3 perkara tersebut, yaitu “Orang yang berakal, segala sesuatu mempunyai senjata, dan senjata orang mukmin ialah akal. Dan setiap bangsa mempunyai cita-cita, dan cita-cita manusia ialah akal”.
Dan ‘Aisyah RA berkata: “Akal itu ada 10 bagian, 5 di antaranya nampak dan 5 lainnya tidak nampak”. Adapun bagian-bagian yang nampak, pertama ialah diam sebagaimana Rasulullah bersabda: “Barangsiapa diam, selamat — dan barangsiapa banyak bicaranya, maka sering pula ia terjatuh”. Kedua, santun. Ketiga merendahkan diri, sebagaimana sabda Rasulullah: “Barangsiapa merendahkan diri maka Allah akan mengangkatnya. Dan barangsiapa membesarkan diri maka Allah akan menghinakannya”. Keempat, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah yang munkar. Kelima, beramal salih.
Ada pun bagian-bagian akal yang tidak nampak, pertama ialah berpikir. Kedua, mengambil pelajaran. Ketiga, merasa keberatan dengan dosa-dosa. Keempat, merasa takut kepada Allah SWT. Dan kelima, merasa dirinya hina dina. Begitu pentingnya akal manusia sehingga dalam satu riwayat Imam Ali RA berkata “Tiada kekayaan lebih utama daripada akal”.
Semoga Allah SWT senantiasa menuntun hidup kita semua dengan akal sehat sebagai cahaya kehidupan untuk meraih cahaya kebenaran, kehalusan budi pekerti dan kekuatan akan iman. Yang pada akhirnya kesempurnaan ibadah dalam memanfaatkan bulan Ramadan kita dapatkan. Insya Allah. q-n
*Penulis, Ketua Muslimat NU DIY.
Sumber : kd
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua