Opini

Ajengan dan Bahasa Sunda

NU Online  ·  Senin, 27 Agustus 2018 | 21:00 WIB

Ketika waktu memasuki pecat sawed, saya bersilaturahim ke Babakan Tipar, Kabupaten Sukabumi: sowan kepada Pengasuh Pondok Pesantren Assalafiyah Ajengan KH Ahmad Makki, Kamis pekan lalu. Letaknya tak jauh dari Pondok Pesantren Al-Masthuriyah. Hanya terhalang jalan raya.

Ketika sampai di lokasi pesantren, kiai dan santri memasuki akhir pengajian. Kalimat wallahu 'alam bisowab dan doa-doa pun didendangkan bersama.

Sang kiai yang berpakaian putih-putih berjalan perlahan memasuki kediamannya.

Diantar seorang santri, saya bisa ngobrol beberapa menit dengan sang kiai. Kebahagian entah lahir dari mana karena seketika merasakannya. Saya sudah sejak lama menanti mendapatkan kesempatan ini untuk meminta didoakan dan nyantri kilat. Nyantri tentang spirit dari ruang-ruang kecil yang disebut kobong.

Dalam catatan Kang Iip D Yahya, sang kiai berjasa menerjemahkan ratusan kitab kuning ke dalam bahasa Sunda. Masih menurut Kang Iip, buah karyanya ada di toko-toko kitab dari ujung Banten hingga Cirebon.

Dalam obrolan dengan saya, sang kiai menyebutkan ada sekitar 200 kitab yang diterjemahkannya.

Seingat saya, beliau pernah mendapatkan hadiah Rancage, entah tahun berapa.

Semoga beliau sehat selalu dan panjang usia untuk mengasuh santri dan masyarakat yang merasa perlu diasuh. (Abdullah Alawi)