Surabaya, NU Online
Nahdlatul Ulama (NU) memiliki tiga pamungkas yang sangat jitu dalam bermasyarakat pada umumnya, ialah Ukhuwah Basyariyah (kemanusiaan), Ukhuwah Wathaniyah (kenegaraan), dan Ukhuwah Diniyah (keagamaan). Dari dalam inti yang paling urgen adalah Ukhuwah Islamiyah atau persaudaraan dalam Islam dan mempunyai cabang persaudaraan seperti tiga pilar di atas.<>
Sedangkan dalam epistemologi Islam, pilar-pilar tersebut telah lama dikenal seolah-olah ukhuwah di atas tenar di dalam kancahnya. Kemanusiaan, kenegaraan, dan keagamaan tidaklah membuat kalangan NU merasa kesulitan dan mengemban amanah yang berat melainkan warga NU sendiri merasa bertambahnya sebuah persaudaraan manakala ukhuwah diperluas asalkan tidak menimbulkan sara yang heterogen.
Implementasi dari ukhuwah yang disematkan oleh NU dan dipublikasikan kepada publik termasuk diantaranya persaudaraan kemanusiaan. Ketika menyangkut kemanusiaan maka tidak lain semua orang yang berada di dunia ini adalah saudara orang NU, tidak lain pula dengan umat non-Islam seperti Kristen. Islam dalam kancah ini adalah firqoh NU memberikan kewenangan umat kristiani untuk beribadah dengan tenang dan penjagaan terhadapnya.
Pemeliharaan lingkungan dan penjagaan yang dilakukan oleh NU adalah sumbangsihnya Barisan Ansor Serbaguna (Banser) dalam pengamanan tatkala hari besar umat kristiani datang yaitu pada hari Natal yang bertepatan pada 25 Desember. Sumbangsih NU yang berwasilahkan Banser inilah menjadi tolok ukur toleransi yang ringan tetapi berbobot karena dalam sisi moral NU telah mengenai sasaran dan sisi kenegaraan adalah saling toleransi bagi umat satu kepada umat yang lain serta memberikan tenaganya untuk ikut serta dalam pengamanan negara pada hari Natal.
Mendegradasi keamanan negara
Pada acara “Agama dan Masyarakat” yang diadakan oleh Kantor Berita Radio 68H (KBR 68H) dan Tempo TV di Institute Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, salah seorang mengungkapkan pertanyaan bahwasanya apakah bukan kategori pelecehan dan pendegredasian terhadap keamanan negara tatkala banser ikut serta dalam pengamanan pra-pasca Natal?
Memang dalam diskusi yang berlangsung ini cukup melibatkan orang-orang besar seperti Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya, pihak Banser NU yang acap kali disebut Cak Heri, pendeta (pastor) Romo Simon Pylantropus, beberapa dosen jargon IAIN Sunan Ampel Surabaya, dan banyak lagi lainnya. Pertanyaan yang menggelitik dari pemerhati di atas langsung ditumpas oleh Cak Heri yang berposisikan mewakili kubu Banser NU Jawa Timur.
Agaknya Banser NU terlihat seperti melecehkan keamanan negara dan tidak percaya dengan eksisnya polisi, tentara, angkatan bersenjata lainnya. Tetapi paradigma tersebut hanya sekelumit saja karena pada dasarnya Banser NU adalah tiang sokongan yang membantu pondasi keamanan negara dalam kancah keamanan pada hari Natal. Banser NU tidak mengambil alih peran keamanan negara melainkan Banser mengikutsertakan untuk membantu keamanan di kubu yang lebih dekat dengan objek (gereja dan umat Kristiani).
Ihwal ini dapat rekomendasi bagus dari pihak kristiani, Romo Simon Pylantropus turut menyatakan lebih tenang ketika Banser NU menjaga keamanan daripada keamanan negara karena terkesan Natal seperti suatu peperangan hebat yang tak kalah dengan maraknya penjajahan. Kesan tersebut muncul karena pihak keamanan negara selalu membawa atribut lengkap dalam pengamanan apapun.
“Jika Banser NU yang menjaga maka kami selaku umat kristiani yang akan melakukan jemaat tidaklah begitu terkesan takut karena senjata dari Banser NU tidak menimbulkan keadaan yang mencekam,” kata Romo Simon Pylantropus.
Acara diskusi bersama dalam Agama dan Masyarakat yang digelar di gedung Salf Acces Center (SCA) IAIN Sunan Ampel Surabaya dengan tema “Toleransi dari Banser NU di Perayaan Natal & Toleransi dan Kebebasan Beragama di Jawa Timur” memang hikmat dan penuh dengan antusias pemerhati. Sesimakan dari pendengar merupakan eksistensi toleransi pada panitia penyelenggara, tamu undangan, narasumber, dan masyarakat sekitar.
Kehikmatan yang dirasakan oleh pemerhati dan semua orang yang berada dalam gedung tersebut, tidak lain dengan Romo Simon Pylantropus. Diskusi yang ramai dengan tepuk tangan serta meriahnya acara tidak mengurangi keyakinan dan konsentrasi sang Romo Simon Pylantropus dalam menyampaikan beberapa patah kata. Tenggang rasa yang tinggi, toleransi yang tiada batas, serta kedamaian pun dirasakan oleh Romo manakala mendatangi undangan dalam acara ini.
Di sisi lain, Romo Simon Pylantropus memiliki keluh kesah yang teramat sebenarnya. Demi kemaslahatan umat kristiani beliau menyampaikan apa yang sesungguhnya terjadi. Manakala sang Romo berucap “jemaat-jemaat yang damai dan sejahtera” hingga akhir, sebenarnya bukan kalimat yang relevan karena keadaan gundah yang ada dalam hati Romo masih menggumpal akibat keamanan yang ketat dan menggunakan atribut lengkap. Seolah-olah hari Natal adalah hari keramat yang sangat membahayakan.
Kemudian daripada itu, pihak kristiani juga merasa sedikit terbebani ketika harus memberikan laporan secara terperinci menyangkut hari raya Natal. Mulai dari struktur, susunan acara, dan rerentetan yang berkepanjangan. Belum lagi ketika harus memberikan surat dari pihak gereja kepada keamanan untuk menjaganya. Sebenarnya umat kristiani tidak membutuhkan hal seperti itu, melainkan hanya kedamaian dan kesejahteraan yang stabil.
Tetapi dari sinilah Romo Simon Pylantropus berpikir, ketika pengamanan dikendalikan oleh aparat negara maka kesan negatif muncul pada jemaat hari raya natal, oleh karenanya beliau setuju dengan keamanan yang dilakukan banser NU dan selalu berpartisipasi hari besar Islam sebagai wujud timbal balik terhadap toleransi NU yang diberikan kepada umat kristiani.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor: Syarifuddin HH
Terpopuler
1
Saat Jamaah Haji Mengambil Inisiatif Berjalan Kaki dari Muzdalifah ke Mina
2
Perempuan Hamil di Luar Nikah menurut Empat Mazhab
3
Pandu Ma’arif NU Agendakan Kemah Internasional di Malang, Usung Tema Kemanusiaan dan Perdamaian
4
360 Kurban, 360 Berhala: Riwayat Gelap di Balik Idul Adha
5
Saat Katib Aam PBNU Pimpin Khotbah Wukuf di Arafah
6
Belasan Tahun Jadi Petugas Pemotongan Hewan Kurban, Riyadi Bagikan Tips Hadapi Sapi Galak
Terkini
Lihat Semua