Nasional

Tokoh Lintas Agama Bersatu Cegah Stanting

NU Online  ·  Selasa, 14 November 2017 | 10:00 WIB

Jakarta, NU Online
Para tokoh agama menyampaikan pesan-pesan bagaimana pencegahan stanting dalam forum Dialog Nasional Lintas Agama Cegah Stanting di Hotel Aryaduta, Jakarta, Selasa-Rabu, 14-15 November 2017.

Dalam dialog yang difasilitasi IMA World Health tersebut, para tokoh juga membahas problem penanganan stanting dan pengalaman yang pernah dilakukan di lapangan.

Pelibatan tokoh agama dalam pencegahan stanting, dinilai sangat efektif pada kultur masyarakat Indonesia.

"Diharapkan, para tokoh agama dan organisasi keagamaan akan lebih banyak terlibat lagi dalam ajakan cegah stanting demi masa depan anak negeri," ujar M Ridwan Hasan, team leader Ima World Health.

Ia menekankan bangsa Indonesia akan kehilangan generasi yang cerdas, jika stanting tidak ditangani dengan serius.

"Saat ini, hampir sembilan juta, atau lebih dari sepertiga balita di Indonesia terkena stanting. Di Asia Tenggara, hanya Laos, Kamboja, dan Timor Leste yang memiliki angka stanting lebih tinggi dari Indonesia,"  Ridwan menambahkan.

Di Indonesia, lima provinsi dengan angka stanting tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (51,73 %), Sulawesi Barat (48 %), Nusa Tenggara Barat (45,26 %), Kalimantan Selatan (44,24 %), dan Lampung (42,63 %),

Dalam kesempatan tersebut juga disampaikan Fatayat NU telah mencanangkan Barisan Nasional Cegah Stanting, sementara Nasyiatul Aisyiyah mengukuhkan Keluarga Muda Tangguh Nasyiah serta upaya pembekalan kader dan jejaringnya.

Selain itu telah tercatat pula kolaborasi antara Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) bersama organisasi berbasis Islam: Fatayat dan keluarga besar Nadhlatul Ulama; Nasyiatul Aisyiyah dan keluarga besar Muhammadiyah; serta Pelkesi dan jejaring denominasi Kristen. 

Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat prevalensi stanting pada balita yang tinggi yaitu 37,2% (Riskesdas 2013). Namun untuk menanggulangi itu, Indonesia juga telah menunjukkan komitmen sungguh-sungguh dengan bergabung dalam Scaling Up Nutrition (SUN) Movement serta menerbitkan Peraturan Presiden No. 42 tahun 2013 perihal Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi.

Dalam semangat kerja percepatan itu, Pemerintah Indonesia telah mencanangkan beragam upaya, di antaranya Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK), Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) dan Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM) untuk Cegah Stanting.

Semua upaya itu dilaksanakan melalui pendekatan kerja dengan banyak pihak (pemerintah, swasta dan masyarakat), multitingkat (nasional, provinsi, kabupaten, kecamatan, desa dan rumah tangga) dan multisektor. 

Salah satu hal menarik mengemuka dalam upaya bersama itu adalah peran tokoh agama, tokoh masyarakat serta lembaga agama dalam pendidikan internal kelembagaan, publik serta advokasi kebijakan. Mitra LSM di sebelas kabupaten telah memfasilitasi sesi pembekalan tokoh agama dan tokoh masyarakat. (Kendi Setiawan)