Nasional

Tionghoa Minta Gus Dur Dinobatkan Pahlawan Nasional

NU Online  ·  Sabtu, 29 September 2012 | 21:35 WIB

Jombang, NU Online
Warga Tionghoa dari sejumlah daerah di Jawa Timur ikut turut serta memperingati seribu hari wafatnya KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang dengan menggelar festival liong.
<>
"Kami sengaja ikut memeriahkan acara peringatan ini. Kami sangat mengapresiasi Gus Dur. Beliau adalah sosok Presiden yang sangat menunjung tinggi kemajemukan," kata Candra Iwanto, salah seorang koordinator kesenian liong asal Jombang, Sabtu (29/9).

Ia mengaku, sangat senang dengan kepemimpinan Gus Dur. Gus Dur dinilai sebagai sosok yang tidak membeda-bedakan antara kelompok satu dengan lainnya. Bahkan, pada kelompok minoritas seperti warga Tionghoa pun, sangat diperhatikan.

"Beliau selalu membantu setiap elemen masyarakat, dan tidak pernah membeda-bedakan etnis. Beliau tidak pernah membedakan suku, agama, ras, dan budaya," katanya.

Pihaknya juga mendesak kepada pemerintah agar segera menetapkan status Gus Dur sebagai pahlawan nasional.

Sementara itu, panitia acara peringatan seribu hari wafatnya Gus Dur, Lukman mengaku sangat berterima kasih dengan dukungan dari warga Tionghoa yang ikut memeriahkan acara dengan menggelar festival liong.

"Kami mengucapkan banyak terima kasih dengan bantuan yang diberikan. Hiburan ini tentunya sangat berarti untuk masyarakat dan ini luar biasa," katanya.

Ia mengatakan, sosok Gus Dur masih memiliki arti mendalam di hati seluruh masyarakat. Bukan hanya umat Muslim, melainkan juga warga lain, seperti Tionghoa. Ia berharap, pemikiran Gus Dur, seperti kemajemukan, egaliter dijunjung tinggi. Hal itu sebagai rujukan, agar negara ini semakin baik.

Sejumlah acara telah dilakukan untuk peringatan 1.000 hari wafatnya Gus Dur. Selain acara diskusi ensiklopedi, acara lainnya adalah bakti sosial pemberian bantuan air bersih di daerah yang mengalami kekeringan, pengajian, khataman kitab suci Al-Quran, serta festival liong. Kegiatan ini diselenggarakan di Pesantren Tebuireng, Jombang.


Redaktur : Hamzah Sahal
Sumber : Antara