Nasional

Tiga Perbedaan Antara NU dan Gerakan Ekstrem

NU Online  ·  Senin, 8 September 2014 | 18:04 WIB

Yogyakarta, NU Online
Wakil Ketua PBNU H Asad Said Ali mengajak lebih dari 2000 hadirin pada acara Syawalan dan pelepasan haji untuk waspada terhadap gerakan ekstrem yang mengatasnamakan agama. Asad menyebutkan pemahaman soal kepemimpinan, jihad, dan kafir yang membedakan secara terang antara NU dan gerakan ekstrem.
<>
H Asad di halaman SDNU Yogyakarta, Ahad (7/9) siang, mengatakan, “Ada tiga perbedaan mendasar antara NU dan gerakan Islam radikal seperti ISIS, Al-Qaeda dan kawan-kawannya. Pertama, soal Imamah atau kepemimpinan. Kalau kita Nahdlatul Ulama, terserah memilih bentuk kepemimpinan seperti apa, yang penting cocok. Di Indonesia kita memilih bentuk demokrasi. Kalau mereka, kepemimpinan harus khilafah.”

Untuk soal jihad, mereka memahaminya sekadar perang. Menurut pemahaman mereka, setelah turun surat at-Taubah tentang perintah perang, ayat-ayat tentang jihad dakwah dan jihad melawan hawa nafsu otomatis terhapus.

Sebelum menyebutkan soal ketiga, H Asad mengajak warga untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap gerakan berbahaya. “Namun upaya memberantas gerakan ekstrem Islam di Indonesia tidaklah sulit asalkan pemerintah Indonesia berani bertindak tegas,” kata Asad.

Mereka, Asad melanjutkan, dengan mudah mengafirkan siapa saja yang tidak sejalan dengan pikiran dan idealisme mereka. Siapa yang tidak berjuang mendirikan khilafah Islamiyah seperti mereka, akan dituduh kafir.

Setelah menjelaskan beberapa hal tentang ISIS dan gerakan Islam radikal, H As'ad berpesan kepada para ibu-ibu yang aktif di Muslimat atau Fatayat NU untuk mendidik dan menjaga anak-anak mereka sejak dini. (Nur Rokhim/Alhafiz K)