Nasional WIRAUSAHA

Ternak Puyuh, Pilihan Bisnis yang Menjanjikan

Sel, 20 Januari 2015 | 02:04 WIB

Subang, NU Online
Salah satu pilihan wirausaha yang cukup menjanjikan pada saat ini adalah berternak puyuh, karena permintaan pasar terhadap telur dan daging puyuh sekarang terbilang tinggi.
<>
Hal ini diungkapkan seorang wirausahawan peternakan puyuh, Ahmad Syadzili (28) kepada NU Online di kediamannya di Kampung Pungangan, Desa Rancabango, Kecamatan Patokbeusi, Subang, Jawa Barat, Senin (19/1)

"Kemarin saya posting puyuh di grup Facebooker Subang, ternyata banyak yang menghubungi saya. Saya jadi kewalahan karena banyak sekali permintaan dari anggota grup itu. Kata saya wah barangnya belum ada kalau segitu," ungkap Ahmad yang sudah punya puyuh sekitar seribu ekor tersebut.

Dari kiriman di grup Facebook itu, Ahmad yang pernah menjadi santri pesantren di Cianjur, Banten, Petuk dan Kewagean Kediri ini menyimpulkan bahwa permintaan pasar terhadap puyuh ini cukup tinggi.

"Setiap hari ada yang bertelur, telur itu dibagi dua, ada yang dijual dalam bentuk telur, ada juga yang dimasukkan ke mesin penetas. Setelah telur itu jadi DOQ (Day Old Quail) diurus sekitar 41 hari, nanti dia sudah bisa bertelur lagi, yang mau beli puyuh itu ada yang berusia satu hari, hingga 41 hari, harganya beragam" Tukasnya

Ahmad menjelaskan, lebih baik menetaskan puyuh dan mengurusnya hingga berusia beberapa hari, karena keuntungan dari penjualan burung puyuh berlipat dari pada penjualan telurnya.

"Hasil dari penjualan telur puyuh sedikit, kalau menjual puyuh untungnya lumayan, yang usia seminggu sekitar seribu rupiah sampai tiga ribu rupiah, yang sudah siap bertelur tujuh ribu rupiah per ekor tinggal dikali berapa ekor misalnya," imbuhnya.

Menurut cucu KH. Mu'tamad, Pengasuh Pesantren Annur Pungangan ini, modal bahan untuk satu kandang puyuh ukuran 40 cm x 160 cm kurang lebih Rp. 160.000, bisa menampung 160 ekor puyuh.

"Dari 160 ekor, setiap hari bertelur sekitar 80%-90%, biaya pakan sekitar dua puluh lima ribu," tambahnya.

Ahmad membandingkan, peternakan puyuh di Subang masih terhitung sedikit, karena di setiap kampung selalu ada orang yang ternak ayam, tapi tidak setiap kampung ada yang ternak puyuh.

"Kalau kita sudah punya banyak, puyuh yang laki-laki bisa dijual ke tukang pecel, sebab dagingnya lezat, tapi harus kontinyu kalau tidak nanti tukang pecelnya komplain," pungkasnya. (Aiz Luthfi/Mahbib)