Terkait Muktamar Khilafah, ISNU Sesalkan Keteledoran Kemenag
NU Online · Rabu, 12 Juni 2013 | 06:30 WIB
Jakarta, NU Online
Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) menyesalkan keteledoran Kementerian Agama (Kemenag) yang terkesan membiarkan berbagai aliran keagamaan yang menyimpang dari cita-cita para ulama pendiri bangsa. Jika tidak segera ditangani aliran itu pada gilirannya akan menjelma gerakan politik.<>
Demikian disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat ISNU Ali Masykur Musa terkait pelaksanaan Muktamar Khilafah 2013 di Jakarta awal bulan lalu.
“Ini (Muktamar Khilafah: red) adalah kelemahan dan keteledoran Kementerian Agama,” kata Ali Masykur kepada NU Online di sela acara istighotsah di kediamannya, Jalan Condet, Jakarta Timur, Selasa (11/6) malam.
Menurut Ali Masykur, Kemenag berkewajiban melakukan upaya-upaya ‘menengahkan kembali’ pandangan-pandangan yang tidak sesuai dengan mayoritas umat Islam di Indonesia yang menganut ahlusssunnah wal jamaah.
Lebih dari itu, gerakan khilafah tidak sekedar gerakan keagamaan, namun sudah menjurus kepada gerakan politik. Maka selain Kemenag, aparat aparat keamanan juga perlu waspada.
“Kalau gerakannya selalu ingin mengganti sistem politik berarti ini gerakan politik. Mereka selalu ingin menyusupkan paham ini dalam sistem kenegaraan, dan pada saatnya mereka ingin mengganti sistem kenegaraan kita,” katanya.
Ali Masykur juga menyayangkan kasus penayangan Muktamar Khilafah di Televisi Republik Indonesia (TVRI) beberapa hari setelah kegiatan itu berlangsung. Menurut nya TVRI harus nirpolitik, baik politik kepartaian maupun aliran tertentu.
“Bahkan TVRI harus punya paradigma luruskan Islam yang benar. Sangat disayangkan hanya TVRI menayangkan itu hanya karena ada slot. Tentunya penayangan itu tidak gratis,,” katanya.
Terkait cita-cita mendirikan khilafah islamiyah, menurut Ali Masykur, dalam catatan sejarah sejak masa Nabi Muhammad SAW hingga masa Khulafaur Rasyidin yakni masa kepempimpinan Sahabat Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali, tidak ada sistem kenegaraan yang konsisten dalam Islam.
“Sistem politik dalam Islam tidak dalam posisi terpola. Meminjam istilah Gus Dur, tidak ada sistem politik dalam Islam,” katanya.
Menurutnya, sistem politik Islam berpedoman pada tiga prinsip yakni al-muasawah atau kesederajatan, as-syuro atau permusyawaratan , dan al-‘adl atau keadilan. “Selama sistem pemerintahan mengedepankan tiga prinsip itu ya itulah sistem politik menurut Islam,” tambahnya.
Di lingkungan NU, Muktamar ke-27 NU di Situbondo Jawa Timur telah menegaskan bahwa negara Pancasila sebagai dasar negara adalah upaya final. “Pendirian khilafah di dalam negara Pancasila tidak sejalan dengan prinsip NU,” pungkasnya.
Penulis: A. Khoirul Anam
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Refleksi Akhir Safar, Songsong Datangnya Maulid
2
Gaji dan Tunjangan yang Terlalu Besar Jadi Sorotan, Ketua DPR: Tolong Awasi Kinerja Kami
3
KPK Tetapkan Wamenaker Immanuel Ebenezer dan 10 Orang Lain sebagai Tersangka Dugaan Pemerasan Sertifikat K3
4
LF PBNU Rilis Data Hilal Jelang Rabiul Awal 1447 H
5
Prabowo Minta Proses Hukum Berjalan Sepenuhnya untuk Wamenaker yang Kena OTT KPK
6
Pemerintah Berencana Tambah Utang Rp781,9 Triliun, tapi Abaikan Efisiensi Anggaran
Terkini
Lihat Semua