Nasional ANJANGSANA ISLAM NUSANTARA

Teriakan Saat Al-Qur’an Dilantunkan dan Tangisan Qari Mesir

Jum, 17 Januari 2020 | 13:30 WIB

Teriakan Saat Al-Qur’an Dilantunkan dan Tangisan Qari Mesir

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah II Nagreg KH Cecep Abdullah Syahid (FOto: NU Online/Syakir NF)

Jakarta, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah II Nagreg, Bandung KH Cecep Abdullah Syahid mengaku prihatin dengan adanya teriakan orang-orang saat para qari-qariah melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an.

Hal itu ia sampaikan kepada para pengajar Fakultas Islam Nusantara Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) sowan ke Pondok Pesantren Al-Falah Cicalengka, Bandung, dalam rangka Anjangsana Pesantren di Tatar Sunda pada Rabu (15/1).

Ia bercerita bahwa suatu ketika seorang qari asal Mesir pernah menangis haru saat melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an di Indonesia. Tangisan itu disebabkan karena khidmatnya masyarakat Indonesia menyimak ayat-ayat yang dilantunkannya. Tidak ada suara sama sekali selain suaranya saja.

Hal itu jauh berbeda dengan apa yang biasa diterimanya di negeri asalnya. Kala ia berhenti melantunkan ayat suci, muncul teriakan dari sana-sini, meskipun berisi pujian dan takbir mengagungkan Ilahi.

Ketua Pimpinan Wilayah Jamiyyatul Qurra wal Huffazh Nahdlatul Ulama (PW JQHNU) Jawa Barat itu menceritakan bahwa hal yang lebih parah terjadi di Pakistan. Qari bukan saja ‘diteriaki’, tetapi juga disaweri uang. Tidak cukup diberikan, diletakkan di hadapannya, ada juga yang menyelipkan uang tersebut ke pecinya.

Mendengar cerita tersebut, salah seorang pengajar FIN Unusia berseloroh, bahwa mungkin jika qari tersebut saat ini kembali mengaji di Indonesia pun akan sama menangisnya sebagaimana dahulu. Bukan karena haru dengan kekhidmatannya, tetapi karena suasananya yang sudah 180 derajat berbeda dengan kali pertama ia tiba.

Pondok Pesantren Al-Falah yang didirikan oleh Ajengan KH Q Ahmad Syahid merupakan salah satu pesantren yang memfokuskan para santrinya untuk memperdalam Al-Qur’an, dari mulai membaca tartil, membaca dengan lagu, menghafalnya, hingga mendalami seluk-beluk perbedaan bacaan di antara para ulama, qiraat sab’ah.

Sanad Al-Qur’an Ayah Syahid diperoleh dari dua jalur, yakni dari ayahnya KH Muhammad Shaleh yang menyambung ke Tubagus Ma’mun Banten dan mertuanya KH Ma’mun Bakri Kudang, Limbangan, Garut yang berlanjut ke Makkah.

Pewarta: Syakir NF
Editor: Fathoni Ahmad