Tasyakuran Pulang Haji, Ini Penjelasan dan Dalilnya
NU Online · Selasa, 19 Juli 2022 | 09:00 WIB
Muhamad Abror
Penulis
Jakarta, NU Online
Sejak beberapa hari lalu, jamaah haji Indonesia mulai kembali ke Tanah Air. Keluarga di rumah sudah siap menyambut dengan penuh rindu. Salah satu tradisi yang berlaku di masyarakat ketika jamaah haji pulang adalah mengadakan acara tasyakuran dengan mengundang saudara dan para tetangga.
Biasanya, dalam acara tasyakuran tersebut para hadirin meminta doa dari jamaah yang baru pulang sekaligus menikmati hidangan yang disiapkan tuan rumah. Tak lupa pula, jamaah akan membagikan oleh-oleh khas haji seperti air Zamzam, sajadah, tasbih, dan lain sebagainya.
Di sejumlah daerah, momen tasyakuran ini memiliki pernak-pernik sesuai tradisi lokal setempat. Lalu, bagaimana pandangan Islam terhadap tradisi tasyakuran dalam rangka menyambut jamaah haji pulang?
Tradisi menyambut kedatangan orang telah bepergian jauh dibenarkan dalam Islam, termasuk dalam rangka menyambut kepulangan jamaah haji ke rumah. Imam Nawawi mengatakan, praktik ini hukumnya sunnah dan menyebutnya sebagai naqi’ah, yaitu hidangan yang dipersembahkan untuk menyambut kedatangan seseorang.
Berikut penjelasan Imam an-Nawawi dalam al-Majmu’ Syarah Muhadzdzab (4/400) menjelaskan:
يستحب النقيعة، وهي طعام يُعمل لقدوم المسافر ، ويطلق على ما يَعمله المسافر القادم ، وعلى ما يعمله غيرُه له
Artinya: “Disunnahkan untuk mengadakan naqi’ah, yaitu hidangan makanan yang digelar sepulang safar. Baik yang menyediakan makanan itu orang yang baru pulang safar atau disediakan orang lain.”
An-Nawawi mendasari penjelasannya itu dari hadis Nabi berikut:
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم لما قدم المدينة من سفره نحر جزوراً أو بقرةً ” رواه البخاري
Artinya, “Sesungguhnya Rasulullah saw ketika tiba dari Madinah sepulang safar, beliau menyembelih onta atau sapi.” (HR Bukhari).
Dalam hadits lain riwayat Imam Bukhari dari Abdullah bin Ja’far juga disebutkan,
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ تُلُقِّيَ بِنَا .فَتُلُقِّيَ بِي وَبِالْحَسَنِ أَوْ بِالْحُسَيْنِ . قَالَ : فَحَمَلَ أَحَدَنَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَالْآخَرَ خَلْفَهُ حَتَّى دَخَلْنَا الْمَدِينَةَ
Artinya, “Jika Nabi saw pulang dari safar, kami menyambutnya. Beliau menghampiriku, Hasan, dan Husain, lalu beliau menggendong salah satu di antara kami di depan, dan yang lain mengikuti di belakang beliau, hingga kami masuk kota Madinah.” (HR Muslim).
Kontributor: Muhamad Abror
Editor: Musthofa Asrori
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua