Soal Yel ‘Kafir No’, PB Kopri Sarankan Guru Dibekali Modul Islam Wasathiyah
NU Online · Rabu, 15 Januari 2020 | 07:16 WIB

Ketua Bidang Pendidikan, Budaya dan Olahraga KOPRI PB PMII, Maya Muizatil Lutfillah (baju garis-garis) saat menghadiri salah satu kegiatan di KOPRI PMII. (Foto: Istimewa)
Abdul Rahman Ahdori
Kontributor
Ketua Bidang Pendidikan, Budaya dan Olahraga PB Kopri, Maya Muizatil Lutfillah, mengatakan warga negara Indonesia yang hidup dalam kemajemukan sejak ratusan tahun yang lalu seharusnya sudah sadar terkait toleransi.
PB Kopri menyebut, penyebab masih ditemukannya dewan guru atau pembina pramuka yang menggunakan yel-yel rasis karena tidak memahami agama secara mendalam.
“Cara paling sederhana untuk mengefesienkan program tersebut yakni dengan membuat modul Islam washatiyah khusus untuk guru. Bahkan bisa dibuat buku saku yang setiap harinya bisa dibaca oleh guru-guru tersebut,” kata Alumnus Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini kepada NU Online, Rabu (15/1).
Ia menjelaskan, seorang tenaga pengajar atau pembina ekstrakulikuler harus melihat peserta didiknya, apakah dia TK, SD atau Mahasiswa di Perguruan Tinggi. Artinya, guru dianjurkan menyesuaikan bahan ajar dengan peserta didik yang akan menerima pelajaran. Jangan sampai, isu-isu yang seharusnya belum saatnya dikonsumsi oleh peserta didik justru malah diajarkan melalui ragam pendekatan.
“Ini masalahnya, guru-guru kita terkadang tidak bisa membedakan mana pendekatan dia sebagai guru dan mana pendekatan dia sebagai pemeluk agama,” kata Maya.
Seperti diketahui, salah satu peserta kursus pembina pramuka mahir tingkat lanjutan (KML) membuat geger karena mengajarkan tepuk dan yel-yel pramuka menyinggung kafir, pada Jumat (10/1). Peristiwa itu pun diprotes wali murid karena dinilai rasis.
Peristiwa terungkap setelah tangkapan layar status WhatsApp salah satu wali murid SDN Timuran berinisial K tersebar di WhatsApp Group di Yogya. Dalam tangkapan layar itu, K bercerita mengenai tepuk Pramuka rasis yang diajarkan di sekolah anaknya yang berbunyi, “Islam-islam Yes, Kafir-kafir No”.
Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua