Nasional

Soal Ya Lal Wathan, Pergunu Dukung Penanaman Cinta Tanah Air di Kampus

NU Online  ·  Sabtu, 28 Juli 2018 | 08:15 WIB

Soal Ya Lal Wathan, Pergunu Dukung Penanaman Cinta Tanah Air di Kampus

Aris Adi Leksono (di podium)

Jakarta, NU Online
Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) mendukung upaya menanamkan nilai-nilai karakter kebangsaan, nasionalisme, dan cinta tanah air di perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya, dengan pendekatan seni, baik berupa lagu, syair atau lainnya.

Seperti informasi yang beredar, semangat memperkokoh nilai nasionalisme dan kebangsaan, kembali ternoda dengan ulang sebagian oknum yang tidak bisa membedakan antara mars organisasi dan karya seni yang berisi pesan membangkitkan semangat perjuangan di masa mempertahankan kemerdekaan.

Seperti yang terjadi dalam penolakan menyanyikan lagu ya lal wathan dalam beberapa kejadian, dan baru saja terjadi, yaitu rotes yang dilakukan sebagian mahasiswa Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) Riau dalam kegiatan Pengenalan Budaya Akademik Kemahasiswaan (PBAK), Jumat (27/7).

Mahasiswa dengan idealismenya, seharusnya sebagai kelompok intelektual, lebih cerdas untuk bisa membedakan mars dan karya seni kebangsaan. Tapi justru terjebak dalam kotak-kotak golongan, sehingga rentang dimanfaatkan oleh oknum yang tidak ingin nilai nasionalisme dan kebangsaan kokoh di negara Indonesia.

Hal itu, sebagaimana disampaikan wakil ketua Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama, Aris Adi Leksono di sela-sela kunjungan ke UIN Suska Riau.

"Kami sangat prihatin dengan aksi penolakan menyanyikan lagu ya lal wathan di kampus atau di lembaga pendidikan,” ungkap Aris kepada NU Online, Sabtu (28/7).

Syair lagu tersebut, menurut Aris, berisi pesan semangat untuk berjuang untuk bangsa dan negara Indonesia, bukan seperti yang dituduhkan para mahasiswa yang mengataskan Pengurus BEM UIN Suska, bahwa itu lagu milik ormas NU.

“Harusnya mahasiswa sebagai kelompok intelektual bisa membedakan antara karya seni dan mars organisasi. Tidak ada satu pun kalimat NU dalam lagu ya lal wathan," tegasnya.

Lebih lanjut, Aris berpendapat bahwa justru upaya memperkokoh nilai nasionalisme dan semangat juang di Kampus harus didukung oleh mahasiswa. Karena salah tugas mahasiswa untuk menjaga kedaulatan NKRI dari ancaman anti Pancasila dan Nasionalisme.

"Mestinya mahasiswa mendukung upaya yang dilakukan rektor perguruan tinggi untuk menanamkan karakter kebangsaan pada lingkungan kampus,” terang Aris yang juga dosen Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta.

Penguatan nasionalisme dan nilai kebangsaan sudah menjadi agenda nasional, yang mendesak dilakukan, NKRI harga mati, tidak boleh dirongrong kelompok yang tidak ikut berjuang dan tidak paham sejarah perjuangan bangsa, yang di dalamnya ulama memiliki peran penting.

Agar tidak terjadi polemik ke depan menurut Aris, Negara harus hadir dengan menjadikan lagu dengan syair ya ahlal wathon menjadi salah satu lagu nasional, karena merupakan karya seni anak bangsa yang mengandung motivasi untuk gigih berjuang membela bangsa dan negara. 

"Ya lal wathan itu lagu karya seni Mbah Wahab Hasbullah yang juga pahlawan Nasional, yang mampu menggerakkan semangat perjuangan melawan penjajah, maka karya ini harus dihargai, dan dijadikan salah satu lagu nasional. Bukan mars ormas NU, kalau mars NU tentu ada kalimat NU dalam tubuh syair lagu,” imbuh Aris. (Fathoni)