Sebar Ujaran Kebencian, Haters Sembunyi di Balik Kelebihan Teknologi
NU Online · Jumat, 16 Maret 2018 | 00:30 WIB
Ditsiber Mabes Polri M Fadil Imran mengatakan bahwa kebebasan di era digital juga menciptakan krisis tanggung jawab. Tidak sedikit dari masyarakat yang melontarkan dan menyebarkan ujaran kebencian dengan menggunakan akun anonim. Mereka bersembunyi di balik teknologi.
Demikian disampaikan Fadil Imran pada diskusi terbatas yang bertema Optimalisasi Peran dan Sinergi Antarpemangku Kepentingan dalam Penanganan Ujaran Kebencian di Hotel Aryaduta Jakarta, Kamis (15/3) siang.
Ruang gelap dalam dunia digital termasuk akun anonim, menurutnya, menjadi salah satu kendala aparat hukum dalam melakukan penindakan. Ini salah satu sifat kejahatan di dunia siber.
“Kalau bicara, harus tanggung jawab. Kalau penonton di stadion mencapai 78.000 orang itu ngomong semua untuk mem-bully satu orang pemain di lapangan, apakah itu bukan ruang gelap? Jangan sembunyi di balik kelebihan teknologi,” kata Fadil Imran membuat ilustrasi.
Ia tidak terlalu setuju dengan “dunia maya” sebagai terjemahan dari “cyber space”. Kata “daring” juga bukan alternatif menurutnya.
“Cyber space jangan diterjemahkan ‘dunia maya’, itu negeri tuyul, dedemit, dan genderuwo. Jangan juga ‘daring,’ orang kampung susah menyebutnya. Sebut saja ‘dunia internet’,” kata Fadil.
Menurutnya, tantangan dunia digital harus didiskusikan tanpa banyak ruang gelap. Demokrasi di ruang internet harus dibangun dengan membuat ruang terang karena hukum kita sulit menjangkau dunia digital dengan ruang gelap.
“Norma dan tanggung jawab dengan ruang terang. Kebebasan hak suara dan hukum,” kata Fadil.
Ia juga menambahkan bahwa sebagian kejahatan siber terorganisasi dengan baik. Ada tim yang membikin opini. Sebagian lainnya memviralkan. Lalu ada yang melapor ke facebook agar men-take down situs yang merugikan kelompoknya.
“Organized cyber crime. Saya sebut ‘Merpati Cyber Army’ untuk MCA kalau tidak boleh sebut identitas. Saracen dan MCA ada di Pilkada DKI kemarin. Aduan masyarakat terkait SARA yang masuk ke kita sudah tidak terhitung,” kata Fadil.
Selain Fadil, hadir sebagai narasumber Rosidi dari Fahmina, Teguh dari Kominfo, Savic Ali dari Gusdurian, dan Deputi Direktur Riset Elsam Wahyudi. (Alhafiz K)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Menyambut Idul Adha dengan Iman dan Syukur
2
Buka Workshop Jurnalistik Filantropi, Savic Ali Ajak Jurnalis Muda Teladani KH Mahfudz Siddiq
3
Lembaga Falakiyah PBNU Rilis Data Rukyatul Hilal Awal Dzulhijjah 1446 H
4
Khutbah Jumat: Relasi Atasan dan Bawahan di Dunia Kerja menurut Islam
5
Khutbah Jumat: Menanamkan Nilai Antikorupsi kepada Anak Sejak Dini
6
Ojol Minta DPR RI Tekan Menhub Revisi Dua Aturan soal Transportasi Online
Terkini
Lihat Semua