Nasional

Sastra yang Baik Diawali dengan Kepekaan Menjaring Ide

NU Online  ·  Sabtu, 30 Juni 2018 | 12:15 WIB

Jakarta, NU Online
Sastrawan Ahmad Tohari mengungkapkan salah satu faktor penting untuk menghasilkan karya sastra yang baik termasuk cerita pendek (cerpen) adalah kemampuan menjaring ide. Ide yang baik dapat diperoleh hanya jika seorang penulis memiliki kepekaan.

“Satu ketika saya sedang berada di kereta api antara Stasiun Manggarai dan Stasiun Gambir. Saya melihat suasana dan orang-orang di dekat stasiun. Ada ibu-ibu sedang tidur, ada orang sedang mengocok mi instan,” cerita Ahmad Tohari saaat mengisi Kelas Cerpen Kompas, Jumat (29/6) di Jakarta.

Pengalaman itu lalu terhubung dengan perenungannya tentang politisi Setyo Novanti yang kala itu sedang ramai diberitakan terlibat kasus korupsi KTP elektronik. Novanto sebelumnya juga terlibat kasus korupsi, namun dinyatakan tidak bersalah. 

“Kedua ingatan itu membuat saya terinspirasi menulis cerpen Anak Ini Mengencingi Jakarta?,” kata Tohari.

Cerpen tersebut selain menjadi cerpen terbaik Kompas 2015, juga kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dibukukan bersama sejumlah penulis dari Asia.

Menurut Tohari, kepekaan harus terus diasah. Caranya adalah dengan mengamati fenomena maupun sebuah peristiwa yang terjadi di sekitar kita.

Pembicara lainnya dalam forum tersebut, sastrawan Triyanto Triwikromo menegaskan kepekaan harus diolah dengan seluruh indrawi yang dimiliki seorang penulis. Dengan itu, hasil karya pun akan mendeskripsikan pengamatan oleh panca indra.

Triyanto menyebut, novel trilogi Ahmad Tohari, Ronggeng Dukuh Paruk terasa begitu kuat dalam deskripsi. Pembaca dapat merasakan, misalnya suasana alam Dukuh Paruk melalui bunyi-bunyi binatang yang dideskrpisikan pengarangnya.

"Kebanyakan karya sekarang hanya mengandalkan indra penglihatan. Padahal, indra manusia bukan hanya penglihatan (mata)," kata Triyanto. (Kendi Setiawan)