Nasional

Saatnya Menjadikan Kepercayaan Nahdliyin untuk Memberdayakan Umat

Sen, 8 Juni 2020 | 08:00 WIB

Saatnya Menjadikan Kepercayaan Nahdliyin untuk Memberdayakan Umat

H Ahmad Sudrajat, Ketua PP NU Care-LAZISNU. (Foto: NU Online/Rof Maulana)

Surabaya, NU Online
Potensi zakat, infak dan sedekah umat Islam sangatlah besar. Warga Nahdlatul Ulama atau Nahdliyin juga mempunyai andil sangat menentukan dalam menebar kebaikan andaikan rela mengeluarkan sebagian harta untuk didermakan. 

 

Yang juga tidak kalah penting adalah memastikan para pengelola dana umat dapat menjalankan amanah sehingga menimbulkan rasa percaya dari sejumlah muzakki dan donatur.

 

Tantangan ini juga yang menjadi pembicaraan pada acara ‘Halal Bihalal dan Ngobrol Filantropi Virtual NU Care-Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) se-Jawa Timur, beberapa waktu berselang. 

 

Ketua PW NU Care-LAZISNU Jatim, A Afif Amrullah memberi apresiasi kepada para pegiat amil zakat di semua tingkatan terutama di kepengurusan ranting dan masjid maupun musala di lingkungan NU. Karena merekalah yang menjadi ujung tombak dalam menghimpun dan melaporkan perolehan zakat infaq dan sedekah. Pada saat yang sama, juga memastikan bahwa dana terdistribusi dan penggunaannya tepat sasaran.

 

"Terima kasih kepada para takmir masjid maupun mushala, pengurus LAZISNU di tingkat desa atas kerja keras menyalurkan dana zakat kepada yang berhak," katanya, Senin (8/6). 

 

Mengutip yang disampaikan H Ahmad Sudrajat bahwa NU Care-LAZISNU di semua tingkatan memiliki tantangan dan peluang yang sama. Untuk menghadapi itu, yang harus dilakukan adalah bergerak bersama, terutama di bidang filantropi. 

 

“Dana zakat memiliki potensi besar untuk menyelamatkan ekonomi umat terlebih di masa pandemi seperti ini,” kata Ketua Pimpinan Pusat (PP) NU Care LAZISNU ini.

 

Dirinya menjelaskan gerakan filantropi di lingkungan NU tidak hanya di dalam negeri, bahkan seluruh dunia semua mengeliat. Hingga kini, tercatat ada 36 Pengurus Cabang Istimewa (PCI) LAZISNU di luar negeri. 

 

"Ini jejaring kita yang sangat besar di dalam maupun di luar negeri," terangnya.

 

Melihat hal tersebut, H Sudrajat mengatakan bahwa LAZISNU punya infrastruktur yang kuat dan besar. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya kepengurusan atau struktur mulai dari tingkat pusat hingga desa bahkan hingga dusun.

 

Pada diskusi yang diikuti sejumlah kepengurusan NU Care-LAZISNU se-Jawa Timur tersebut, H Sudrajat mengemukakan setidaknya ada tiga amanah yang harus dilakukan.

 

“Pertama adalah menjaga amanah, hizbul wathan dan mabadi khai umah,” ungkapnya. 

 

Dijelaskan pula bahwa untuk dapat menjadi jamiyah yang mandiri jangan pernah menunggu pertolongan orang lain di luar NU. Karena tidak sedikit kalangan luar yang justru menginginkan NU hancur sebagaimana pesan yang dikemukakan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. 

 

Karena itu, untuk menjawab sejumlah kepercayaan publik, di PP NU Care-LAZISNU sendiri sudah merumuskan standar operasional prosedur atau SOP yang dibahas pada kegiatan Rapat Koordinasi Nasional atau Rakornas.

 

"Siapa pun yang menjadi ketua LAZISNU, harus memiliki dan melaksanakan SOP itu," tegasnya.

 

Pada kesempatan tersebut, H Sudrajat juga mengingatkan akan potensi yang dapat digali untuk mengelola dana umat. Bahwa NU Care LAZISNU se-Jawa Timur saja telah mengumpulkan dan mendistribusikan 84,9 miliar rupiah. Sehingga ini akan menjadi harapan besar seandainya dapat dilakukan secara merata se-Indonesia. 

 

"Inilah kekuatan kita yang harus diimbangi dengan pengelolaan yang modern. Salah satunya yakni masuk manajemen online dengan tetap mempertahankan tradisi lama seperti gerakan fundraising saat lailatul ijtima dan sejenisnya,” pungkasnya.


Kontributor: Rof Maulana
Editor: Ibnu Nawawi