Nasional

Saat Jatuh Cinta, Begini Saran Prof Quraish Shihab

Kam, 14 Oktober 2021 | 03:00 WIB

Jakarta, NU Online
Mencintai dan dicintai adalah fitrah manusia. Perihal cinta, ulama ahli tafsir Al-Qur'an, Profesor Muhammad Quraish Shihab menerangkan bahwa cinta adalah hal yang harus diperjuangkan dan mengungkapkan perasaan kepada yang dicintai adalah sebuah keharusan. 

 

"Anda boleh jadi cinta seseorang, tetapi mitra Anda tidak sadar bahwa Anda mencintainya. Cinta itu ada prosesnya," ungkap Quraish Shihab pada tayangan Shihab & Shihab beberapa waktu lalu.

 

Cinta, menurutnya, tidak dapat terwujud apabila tidak ditemukannya sifat-sifat yang berkenan di hati dari seseorang yang dicintai. Karenanya, apabila cinta yang diharapkan dapat terjalin dengan baik agar disampaikan. 

 

"Nabi Muhammad Saw bersabda: ‘Siapa yang mencintai seseorang, sampaikan kepadanya, aku cinta kepadamu’," jelasnya. 

 

Cinta, sambung dia, adalah permainan antara dua pihak. Cinta juga seperti mengendarai sepeda yang pada mulanya sulit, namun jika sudah mahir, maka akan lancar meski di medan terjal sekalipun. Dalam mencintai terdapat komunikasi kesalingan. Tiada cinta yang saling menekan dan memaksakan.

 

"Cinta adalah dialog antara dua aku; yang memaksakan kehendaknya enggan berdialog, bukan cinta namanya. Karena itu, jangan pernah memaksakan siapa yang Anda cintai untuk menjadi seperti Anda. Karena kalau menjadikannya seperti Anda, dialognya tidak akan terjadi," tutur doktor jebolan Universitas Al-Azhar Kairo Mesir ini.

 

Mahligai cinta tertinggi, ungkap penulis Tafsir Al-Misbah ini, adalah saat cinta itu besumber dari Tuhan. Cinta yang diperoleh melalui proses pendekatan diri kepada Tuhan merupakan sebenar-benarnya cinta. Ketika hendak memilih orang yang dicintai, lihatlah bagaimana hubungannya dengan Tuhan.

 

"Kalau Anda ingin dicintai Tuhan, berdoa pada-Nya: ‘Tuhan luluhkan hatinya agar dia mencintaiku.' Tanpa itu, bukan cinta namanya, tetapi nafsu,” ujarnya.

 

Islam mengajarkan manusia untuk mencintai orang lain sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Maka itu, ia juga menyebutkan bahwa Islam adalah agama cinta. Islam hadir dan membangun peradaban dengan cinta. 

 

"Anda menuntut keadilan, jangan ambil keadilan dari dia. Kalau Anda tidak bisa memuji, jangan maki dia. Kalau Anda tidak bisa memberi dia, jangan ambil haknya," papar Pendiri Pusat Studi Al-Qur'an (PSQ) Jakarta itu.

 

Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Kendi Setiawan