Nasional

Rais 'Aam PBNU Jelaskan Dua Tantangan Kemajuan Bangsa

NU Online  ·  Kamis, 2 Agustus 2018 | 09:00 WIB

Jakarta, NU Online
Indonesia menghadapi berbagai tantangan yang merintanginya menuju kemajuan. Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ma'ruf Amin membagi tantangan itu menjadi dua, yakni ikhtiyari dan idltirari.

"Ikhtiyari itu artinya sesuatu yang bisa diupayakan, dicarikan solusinya," terangnya saat memberikan sambutan sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada acara Dzikir dan Doa untuk Bangsa di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (1/8).

Lebih lanjut, Kiai Ma'ruf menjelaskan bahwa tantangan ikhtiyari itu ada yang bisa dihilangkan sepenuhnya, ada pula yang hanya bisa diminimalkan dampaknya, tashgiful mafasid.

Sementara itu, tantangan idltirari, kata Kiai Ma'ruf, merupakan tantangan yang berada di luar kemampuan manusia, di luar kekuasaan manusia.

"Pengaruh atau dampak idtirari itulah yang kita mohonkan kepada Allah SWT inayahnya, riayahnya untuk menjaga kita semua," kata Pengasuh Pondok Pesantren An-Nawawi, Tanara, Serang, Banten itu.

Soroti Ekonomi dan Moral

Kiai Ma'ruf menyoroti perekonomian Indonesia saat ini yang terdampak oleh kuatnya ekonomi global. Hal ini, menurutnya, membuat kondisi ekonomi berada di luar jangkauan manusia.

"Sehingga kita bermohon kepada Allah, mohon inayahnya, mohon riayahnya supaya bangsa ini bisa selamat dari bencana dari tsunami ekonomi global yang merusak tatanan kehidupan bangsa dan negara ini," ujar Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Malang itu.

Begitu pun, lanjutnya, gempuran kerusakan akhlak dan moral yang tidak juga usai. Faktor utamanya, kata Kiai Ma'ruf, melalui narkotika yang sulit dibendung kecuali dengan inayah Allah SWT.

"Karena itu, kita berkumpul, kita berdoa, kita ketuk pintu langit," pungkasnya.

Acara Dzikir dan Doa untuk Bangsa itu dihadiri oleh para ulama sepuh, di antaranya KH Maimoen Zubair, KH Abuya Muhtadi Dimyati, TGH Turmudzi Badaruddin, dan Syekh Ali Akbar Marbun.

Kegiatan itu juga dihadiri oleh beberapa menteri Kabinet Kerja, Panglima TNI Mars TNI Hadi Tjahjanto, dan Kapolri Jend Pol Tito Karnavian. (Syakir NF/Fathoni)