Bogor, NU Online
Radio komunitas hadir lebih berperan sebagai media yang mempertemukan segala bentuk suku, aliran kepercayaan, dan kelas sosial secara sehat. Radio komunitas membangun sebuah kesadaran mulitikulturalisme.
<>
Demikian dikatakan Mas’ud Said mewakili Ketua Pengurus Pusat Lakpesdam NU saat membuka acara Semiloka Jurnalisme Multikultural di Bogor, (13/9).
Meski bersemboyan Bhinneka Tunggal Ika, Indonesia masih dihiasi konflik-konflik kecil yang disulut oleh adanya perbedaan. Misalnya, izin Gereja Yasmin Bogor, intimidasi penganut Ahmadiyah, pengusiran pengikut aliran syiah, dan beberapa konflik bernuansa primordial yang terpercik menyebar di beberapa daerah, kata Mas’ud Said.
Masalah ini sebenarnya tidak besar, tapi media punya andil yang signifikan dalam membesar-besarkan, tambah Mas’ud Said.
“Supaya masalah tidak semakin keruh, para jurnalis harus punya perspektif multikultural yang kuat dalam menyajikan siaran,” katanya di hadapan peserta yang berprofesi sebagai jurnalis radio komunitas.
Ini menjadi penting karena fondasi dan pilar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak ditopang oleh monokultur, tapi multikultur.
Karena itu jelas Mas’ud Said, multikulturalisme harus menjadi paradigma kuat yang harus dimiliki para pengelola radio. Peristiwa yang berdarah-darah atau kabar buruk, memang sajian empuk bagi kalangan media. Sebab, dapat meningkatkan rating dan menyedot pemirsa.
Tetapi perlu ditegaskan, media tidak boleh memanfaatkan dan semakin membumbuinya secara berlebihan untuk kepentingan bisnis, imbuhnya.
Kalau jurnalis radio komunitas memiliki perspektif multikultural yang kuat, ia akan menyiarkan ‘kabar buruk’ itu secara proporsional, tidak dilebih-lebihkan, sembari mengedukasi masyarakat agar mengedepankan sikap damai, bahu-membahu, kebersamaan, dan gotong royong, tandas Mas’ud.
Konselor Kedutaan Besar Kanada di Indonesia Jonathan Yendall mengamini fenomena ini. Karenanya, ia memandang penting peran radio komunitas dalam diseminasi dan penguatan multikulturalisme bagi para jurnalisnya.
“Indonesia contoh negara multikultur yang baik. Meski Islam adalah mayoritas, tapi ada banyak agama dan keyakinan lain yang dapat berkembang di sini,” ujarnya saat pembukaan Semiloka yang digelar PP Lakpesdam NU bekerjasama dengan Kedubes Kanada ini.
Radio komunitas, tambah Jonathan, menjadi salah satu agen penting yang dapat merekatkan tali persaudaraan dan kebersamaan bangsa Indonesia. Kedutaan Besar Kanada senang dengan adanya kegiatan ini dan mendukung kerja-kerja sosial para aktivis radio komunitas ini. Ia berharap, dapat terus mendukung dan bekerjasama dalam menjaga dan mengembangkan nilai-nilai multikulturalisme di Indonesia. (Fathuddin/Alhafiz K)
Terpopuler
1
LF PBNU Rilis Data Hilal Jelang Rabiul Awal 1447 H
2
Rais Aam PBNU dan Sejumlah Kiai Terima Penghargaan dari Presiden Prabowo
3
Istikmal, LF PBNU: 1 Rabiul Awal 1447 Jatuh pada Senin, Maulid Nabi 5 September
4
NU Banten Membangkitkan Akar Rumput
5
IPNU-IPPNU dan PCINU Arab Saudi Dorong Tumbuhnya Tradisi Intelektual di Kalangan Pelajar
6
Dirut NU Online Dorong PCNU Kota Bekasi Perkuat Media dengan Ilmu Pengetahuan
Terkini
Lihat Semua