Nasional GUS NIZAM:

"Syi’ir Tanpo Waton" Pernah Dilantunkan di Depan Gus Dur

Selasa, 28 Mei 2013 | 14:41 WIB

Malang, NU Online
Dalam beberapa tahun ini, muncul satu puji-pujian yang populer dengan nama “Syi’ir Tanpo Waton” atau lebih dikenal dengan “syi’iran Gus Dur”, terutama beberapa bulan setelah kewafatan presiden kelima itu. Syi’ir ini melejit dan digemakan di banyak masjid di tanah Jawa.<>

Memang sudah menjadi tradisi warga, menjelang shalat beberapa pujian akan keagungan Tuhan dilantunkan, shalawat, ataupun ajakan untuk berbuat baik digaungkan di masjid-masjid maupun musholla.

Namun belakangan “Syi’ir Gus Dur” itu lebih populer dibanding lainnya. Syi’iran sebenarnya bukanlah karya Gus Dur, namun pengarangnya telah menyetujui kalau syi’iran itu dilestarikan atas nama Gus Dur.

Adalah gus Nizam kerap para santri memanggil sosok kyai yang bernama lengkap KH Moh. Nizam As-Shofa pencipta Syi’ir Tanpo Waton ini.

“Syi’ir ini sudah ada sejak 1987. Saya menciptakan ini berdasarkan catatan ngaji tasuwwuf yang sudah lama saya kumpulkan,” kata Gus Nizam dalam forum forum dialog interaktif, dengan tema “Mengupas Sajak Syi’ir Tanpo Waton” di Jl. Galunggung 116 Malang, Senin (27/5)

Dalam kesempatan itu, lelaki yang juga pengasuh pondok pesantren “Ahlus Shofa wal-Wafa” itu menjelaskan satu persatu makna yang terkandung dalam tiap bait Syi’ir tersebut. 

Seperti; “Duh bolo konco priyo wanito, ojo mung ngaji syari’at bloko, gur pinter ndongeng nulis lan moco, tembe mburine bakal sengsoro.” (Wahai saudara pria dan wanita, jangan mengkaji hukum saja, yang hanya pintar bercerita, menulis, dan membaca, pada ahirnya akan sengsara).

Gus Nizam menjelaskan, dalam syi’irnya tidak ada kata-kata memerintah (amr), namun lebih pada kalam pemberitahuan (khabar). Segala tata budi, amal-amal yang baik dilakukan manusia di beritaukan dalam bentuk sastra jawa, terkait hendak di lakukan atau tidak itu tergantung pada pelantun dan pendengar.

Dalam tiap bait syi’iran tersebut, terdapat banyak sekali wejangan-wejangan terkait  lelakon (prilaku) manusia terhadap dirinya, sesama dan Tuhannya, begitulah yang diajarkan dalam tasawuf, karena Gus Nizam mengaku mengumpulkan syi’ir ini saat belajar tasawuf.

Ketika ditanya kenapa syi’ir ini populer sebagai karya Gus Dur, Gus Nizam memaparkan jika syi’ir ini memang sempat dilantunkan di depan almarhum dan Gus Dur menyukai pun juga beharap syi’ir ini dilestarikan. 

“Hanya saja setelah itu muncul kaset Syi’ir Tanpo Waton dengan gambar Gus Dur dan syi’ir ini langsung melejit terlebih setelah Gus Dur meningal,” ungkap Gus Nizam yang memiliki suara mirip Gus Dur ini.

Sebagai pencipta, Gus Nizam bersyukur jika syi’iran yang melalui perenungan, penyusunan pajang ini diterima oleh masyarakat dan diamalakan isinya.

Acara yang di helat di Masjid UM oleh PMII Sunan Kali Jaga Universitas Negeri Malang tersebut berlangsung khidmat. Para peserta yang terdiri dari mahasiswa, dosen, bahkan warga sekitar itu mendengarkan dengan seksama bahkan sesekali peserta dialog bertanya langsung perihal syi’ir yang sekarang dilantunkan di berbagai masjid.




Redaktur    : A. Khoirul Anam
Kontributor: Diana Manzila