Nasional TEKNOLOGI SEBAGAI TRADISI

"Kalau Bukan Kita yang Belajar Ilmu Falak, Siapa Lagi?"

Jum, 5 April 2013 | 13:02 WIB

Sedikitnya tiga puluh orang duduk melingkar, membentuk kelompok-kelompok kecil berjumlah tiga hingga lima orang. Masing-masing terlihat sibuk mengoperasikan kalkulator scientific yang memuat fungsi trigonometri.
<>
Mereka adalah peserta ”Pelatihan Hisab-Rukyat” yang digelar Pengurus Pusat Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU), Rabu (5/4) malam, di gedung PBNU, Jakarta Pusat. Meski sebatas pengantar, antusiasme peserta dalam pelatihan perdana ini tergolong tinggi.

Selain dari Jakarta, peserta pelatihan juga datang dari beberapa penjuru kabupaten dan kota sekitarnya, seperti Bekasi, Bogor, dan Banten. ”Saya datang bersama rombongan dua mobil dari Pandeglang,” kata salah satu peserta, Busairi Abdurrahman (46).

Busairi mengaku sama sekali tak keberatan datang ke Masjid an-Nahdlah yang terletak di lantai dasar gedung PBNU, untuk belajar ilmu falak. Padahal, waktu tempuh dari rumah asalnya mencapai lima jam.

”Niatnya kan thalabul ilmi (menuntut ilmu). Apalagi ilmu falak tergolong sangat langka,” ujar alumni Pesantren Lirboyo Kediri ini yang mengaku baru mengenal ilmu falak secara permukaan.

”Saya penasaran juga, kenapa NU dan Muhammadiyah sering beda (dalam penentuan awal bulan, red). Mudah-mudahan dengan pelatihan ini hal itu tidak menjadi masalah,” imbuhnya.

Sofwan (40), peserta lainnya, menambahkan, di pesantren pun pengajaran ilmu falak secara serius dan mendalam sudah jarang dijumpai. Sebagaimana ilmu faraid (ilmu waris), disiplin yang mempelajari lintasan benda-benda langit ini lebih marginal dibanding gramatika Arab, seperti nahwu dan sharaf.

”Ini ilmu yang langka. Kalau bukan kita yang mempelajari siapa lagi. Anak-anak muda sekarang juga hampir tidak ada yang meminati,” katanya.

Pelatihan hisab-rukyat dipimpin oleh KH Ahmad Izzuddin, Kasubdit Pembinaan Syariah dan Hisab Rukyat Kemenag RI yang juga pengurus Lajnah Falakiyah PBNU, bersama Ismail Fahmi dari Subdit Pembinaan Syariah dan Hisab Rukyat, dan staf Lajnah Falakiyah PBNU, Maftukin.

Selama pelatihan, peserta dikenalkan dengan teknologi dan sejumlah peralatan yang terkait ilmu falak, seperti mizwala qiblat finder (penentu arah qiblat), teodholite (pengukur presisi sudut di bidang horisontal dan vertikal), dan lain-lain.

Sebagai pelaksana sekaligus pemateri, Izzuddin berharap, pelatihan hisab-rukyat ini berjalan secara singkat dan praktis. Pihaknya merencanakan, 11 April nanti peserta dapat studi lapangan di Pelabuhan Ratu untuk menyaksikan kemunculan hilal bulan Jumadi Tsani.

 

Penulis: Mahbib Khoiron

Foto: peserta antusias memperagakan Mizwala Qiblat Finder, perangkat untuk menentukan arah kiblat