Nasional

Puasa itu Tameng Jiwa dan Zakat Raga

NU Online  ·  Jumat, 10 Juli 2015 | 04:03 WIB

Demak, NU Online
Nilai puasa di sisi Allah sangat bergantung pada niat, tujuan, dan kualitasnya. Semakin ia berkualitas, semakin tinggi nilainya di sisi-Nya. Begitu pula sebaliknya puasa yang kualitasnya sekadar menahan lapar dan dahaga, ia tidak bernilai apa-apa di sisi Allah.
<>
Selain sebagai pemenuhan rukun Islam yang kedua, puasa juga merupakan sarana membentengi jiwa dari berbagai hal yang merugikannya. Puasa adalah tameng. Tameng yang kuat akan mampu menghalau godaan hawa nafsu.

Ash-shaumu Junnatun (puasa itu ibarat tameng), yang namanaya tameng harus yang kuat, terbuat dari baja biar tidak tembus peluru,” ujar KH Zainal Arifin Maksum (Gus Zen), Pengasuh Pesantren Fahul Huda Karangggawang Sidorejo, Sayung, Demak, Jateng, di aula pesantren setempat, Selasa (9/7) pada acara khataman kitab Shahih Bukhari dalam kajian Ramadlan.

Selain sebagai tameng, lanjut Gus Zen, puasa juga merupakan implementasi zakat raga. Menurutnya, puasa selain bisa mengekang nafsu seseorang juga bisa sebagai pembersih dirinya bagaikan dermawan mengeluarkan sebagian hartanya untuk fakir miskin.

Likulli syaiin  zakatun, wa zakatul jasadi ash-shaumu (segala sesuatu itu ada zakatnya dan zakatnya badan itu puasa,” imbuhnya.

Selama 20 hari di bulan Ramadhan tahun ini, Pesantren Fathul Huda mengaji beberapa kitab yang diasuh oleh keluarga kiai dan dewan guru pesantren setempat. Di antaranya KH Zaenal Arifin Makshum mengaji Shahih Bukhari 4 juz, Gus Luthfinnajib mengaji Riyadhush Shalihin, dan Nyai Hj Khiyarotun Nisa Zen mengaji Faraidhul Bahiyyah, dan masih kitab-kitab rujukan NU lainnya. (A Shiddiq Sugiarto/Mahbib)