Nasional

PP IPPNU Ajak Mahasiswa Bimbing Generasi Z Soal Moderasi Beragama

Kam, 30 Juli 2020 | 09:00 WIB

PP IPPNU Ajak Mahasiswa Bimbing Generasi Z Soal Moderasi Beragama

Ketua Umum PP IPPNU Nurul H Ummah (Foto: Dokumen)

Semarang, NU Online
Ketua umum (Ketum) Pimpinan Pusat (PP) Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Nurul H Ummah mengajak para mahasiswa aktivis moderasi beragama untuk membimbing generasi milenial dan generasi Z untuk bisa memahami arti toleransi dan moderasi beragama.

 

“Kehadiran organisasi, kehadiran teman-teman mahasiswa yang menjadi aktivis moderasi beragama ini sangat penting untuk bisa membimbing dan menuntun kaum generasi Z dan generasi milenial untuk bisa memahami arti dari toleransi dan moderasi beragama,” ungkapnya.

 

Hal ini ia sampaikan saat menjadi salah satu pembicara dalam acara webinar (seminar virtual, red) nasional yang diselenggarakan oleh Universitas Islam Negeri (UIN) Wali Songo Semarang dengan tema Warna-warni Moderasi Beragama Kaum Milenial pada Selasa (28/7).

 

Menurut alumnus University of Leicester ini, alasannya mengajak para mahasiswa yang menjadi aktivis moderasi beragama adalah masih labilnya jiwa emosial dari dua generasi tersebut, sehingga masih mudah untuk dipengaruhi oleh oknum yang tidak bertanggungjawab.

 

“Hari ini moderasi beragama tak hanya harus dipahami oleh generasi milenial saja, tapi juga oleh generasi Z yang saat ini masih bersekolah. Ini penting sekali sebab jiwa emosional mereka masih belum stabil,” urainya.

 

Untuk itu, dirinya melalui organisasi yang dipimpinnya, IPPNU mulai dari pusat hingga daerah telah berusaha untuk hadir memberikan nilai positif kepada dua generasi tersebut, khususnya generasi Z yang masih mengenyam pendidikan di bangku sekolah.

 

“Kami di IPPNU memberikan nilai-nilai positif moderasi beragama dari pusat hingga daerah serta mendakwahkan Islam yang Rahmatan lil Alamin dengan sasaran utama adalah mereka yang masa sekolah,” tukasnya.

 

“Sebagaimana disampaikan oleh Rektor UIN Wali Songo, kaum muda ini memiliki jiwa kreativitas yang tinggi dan gagasan-gagasan yang luar biasa. Jika tidak dinaungi oleh hal-hal yang positif, maka ini akan menjadi suatu hal yang kebablasan,” imbuhnya.

 

Dikatakan, dalam moderasi beragama ada beberapa poin yang disampaikan, yakni moderasi beragama itu identik dengan humanis sedangkan humanis identik dengan human right atau hak asasi manusia.

 

“Dalam moderasi beragama tentunya ada beberapa poin yang disampaikan. Moderasi beragama identik dengan humanis. Humanis identik dengan human right. Ini menjadi nilai positif yang harus selalu ada dan dimiliki oleh milenial. Seperti nilai-nilai toleransi, inklusif, dan nilai-nilai yang realistis,” bebernya.

 

“Nilai-nilai tersebut ini sangat relevan dengan moderasi beragama karena memang saat ini banyak sekali paham-paham yang disebarkan oleh para ekstremis yang berusaha memecah belah bangsa,” sambungnya.

 

Sosok asal Lamongan, Jawa Timur ini melanjutkan pemaparannya dengan kebiasaan milenial dan generasi Z yang tidak lepas dari gadget, sosial media, dan internet. Olehnya, kebiasaan seperti ini bisa menjadi pemicu terkikisnya nilai moderat oleh oknum yang berupaya memecah belah bangsa.

 

“Penggunaan internet oleh kaum-kaum muda ini bisa menjadikan nilai-nilai keberagaman atau nilai moderat terkikis oleh oknum-oknum tertentu yang berupaya untuk memecah belah bangsa. Sebagai kaum muda, anak-anak milenial dan generasi Z harus tahu batas-batas penggunaan internet dan sosial media,” ujarnya.

 

Hal itu cukup beralasan lanjutnya, menurut survei yang dilakukan oleh Alvara Research Center pada tahun 2018 silam, adanya fenomena mahasiswa dan pelajar sudah terindikasi paham radikal ini salah satunya adalah disebabkan dari penggunaan gawai yang melebihi batas dan tidak terkontrol oleh kaum-kaum muda.

 

“Maka di sini teman-teman mahasiswa harus bisa menjadi motor penggerak bagi anak-anak muda bagi adik-adik yang masih sekolah bisa dibentengi dengan nilai-nilai keberagaman dan nilai-nilai moderasi serta kebhinekaan,” ajaknya kepada para peserta webinar.

 

“Jadi tunjukkanlah diri sebagai milenial yang memahami keberagaman, karena ini adalah falsafah negara kita yang sangat menghargai keberagaman sehingga kita bisa menjadi bangsa yang satu dengan dasar asas-asas Pancasila,” tutupnya.

 

Ketua Keluarga Alumni (Kalam) UIN Wali Songo H Lukman Khakim menyatakan gagasannya bahwa kelompok Islam media sosial sangat mempengaruhi akhlak serta pemikiran anak muda milenial Indonesia.   

“Maka kita tahu bahwa kecenderungan anak-anak muda hari ini menjadikan medsos sebagai bagian dari kiblat dan referensi mereka dalam memahami keberagaman, dalam memahami sikap beragama,” ungkapnya.   

 

Dikatakan, penggunaan media sosial oleh kelompok Islam moderat pada saat ini dirasa masih kurang, masih sebatas penggunaan pribadi saja. Sedangkan oleh kelompok yang berpaham cenderung keras, mereka bisa memanfaatkannya untuk dakwah versi mereka.   

 

“Ini menjadi bahaya apabila konten di media sosial lebih dominan dengan warna dakwah yang keras, maka bisa jadi kaum milenial di masa mendatang akan menjadi bagian dari mereka,” tukasnya.

 

Kontributor: Ahmad Hanan
Editor: Abdul Muiz