Nasional

Pesantren Tebuireng-PP Muhammadiyah Garap Film Mbah Hasyim & Kiai Dahlan

Sen, 29 Juli 2019 | 14:15 WIB

Pesantren Tebuireng-PP Muhammadiyah Garap Film Mbah Hasyim & Kiai Dahlan

Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH Salahuddin Wahid (istimewa)

Jakarta, NU Online
Pesantren Tebuireng dan Lembaga Seni, Budaya, dan Olahraga Pimpinan Pusat Muhammadiyah menjalin kerja sama membuat film berjudul “Jejak Langkah 2 Ulama”. Film itu akan mengisahkan perjuangan dua pendiri organisasi keagamaan terbesar di Indonesia, yaitu Hadratussyekh Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan.

“Film ini berisi perjuangan kedua ulama dalam menyebarkan agama Islam, dalam mendirikan lembaga pendidikan, kemudian dalam mendirian organisasi Muhammadiyah dan organisasi NU. Intinya itu,” kata Pengasuh Pesantren Tebuireng Jombang KH Salahuddin Wahid atau Gus Sholah kepada NU Online melalui sambungan telepon, Senin (29/7).

Menurut Gus Sholah, hingga kini kedua belah pihak terus mencari lokasi yang tepat untuk syuting dan rekrutmen casting pemain agar akhir Agustus produksi film sudah bisa dimulai.

“Insyaallah Minggu ketiga Agustus mulai syuting. Yang main itu dari Tebuireng ada dzurriyah (keturunan) Mbah Hasyim yang menjadi pemain. Yang menjadi pemain sebagai Mbah Hasyim itu namanya Riza putranya Pak Yusuf Hasyim, yang satu lagi namanya Fahmi Amrullah cucunya Mbah Hasyim juga yang memerankan Kiai Soleh Darat,” terangnya.

Gus Sholah menerangkan bahwa film ini hanya akan tayang di lembaga-lembaga pendidikan, pesantren, organisasi NU dan Muhammadiyah hingga tingkat bawah, tidak di bioskop. Ia beralasan, selain membutuhkan biaya yang tidak sedikit, memutar film di bioskop juga pesannya tidak sampai kepada masyarakat bawah.

“Karena bioskop mahal biayanya. Bioskop kan hanya di kota-kota besar, di kota-kota kecil gak ada. (Jadi film) Itu hanya bisa dijangkau melalui jangkauan Muhammadiyah dan pesantren. Kita ingin menyampaikan informasi ini kepada masyarakat sampai ke bawah,” ucapnya.

Terakhir, ia berharap, para kru mampu menghasilkan film yang baik. Yaitu menggambarkan dengan baik dan tepat tentang perjuangan dua tokoh Islam itu, sehingga masyarakat bisa belajar banyak kepada mereka berdua.

“Kita (masyarakat) bisa belajar banyak dari tokoh-tokoh itu dalam menyebarkan agama, dalam menggerakan masyarakat di dalam berdakwah. Itu menjadi sesuatu yang perlu disampaikan kepada masyarakat.  Islam Indonesia ya Muhammadiyah dan NU ditambah ormas-ormas yang lain,” jelasnya. (Husni Sahal/Muchlishon)