Nasional

Pesantren, Muara Islam Nusantara

NU Online  ·  Sabtu, 7 Juli 2018 | 14:30 WIB

Tangerang Selatan, NU Online
Penulis buku Masterpiece Islam Nusantara, Zainul Milal Bizawie atau Gus Milal, mengatakan, muara dari Islam Nusantara adalah pesantren. Di sana, praktik-praktik keislaman dan kebudayaan dari ulama-ulama Nusantara terdahulu terwariskan hingga saat ini. 

“Di pesantren, sanad keilmuan dan kebudayaan terwariskan sehingga terus terjaga hingga hari ini,” kata Gus Milal dalam sebuah diskusi di Sekretariat Islam Nusantara Center (INC) Tangerang Selatan, Sabtu (7/7). 

Oleh karenanya, Gus Milal menampik tuduhan bahwa Islam Nusantara adalah Islam liberal. Karena Islam Nusantara merupakan khazanah peradaban yang ada di wilayah Nusantara. Juga sudah dipraktikkan selama berabad-abad di Nusantara.

“(Islam Nusantara) Tidak ada kaitannya dengan Islam liberal, tapi ini upaya kita menggali praktik keislaman kita di Nusantara,” terangnya. 

Dalam sejarahnya, imbuhnya, peran pesantren bukan hanya sebagai tempat pembelajaran, tapi juga sebagai basis perlawanan terhadap penjajah. 

“Pada zaman kolonial, kerajaan dikendalikan penjajah. Tapi pesantren tidak, dia terus menghembuskan semangat antikolonialisme,” jelasnya.

Sementara itu, A Khoirul Anam menjelaskan bahwa Islam Nusantara bukan lah sebagaimana yang dituduhkan selama ini seperti anti Arab, tidak mau kembali kepada Al-Qur’an dan hadist, dan lainnya. 

“Islam Nusantara adalah Islam yang dihayati dan dipraktikkan dan muaranya ada di pesantren. Pesantren yang mana? Pesantren-pesantren yang diorganisir NU,” jelas kandidat doktoral UIN Jakarta ini.

“Kalau mau belajar Islam Nusantara, belajar lah ke pesantren karena di sana adalah muara kebudayaan Islam Nusantara,” tambahnya. (Muchlishon)