Nasional

Pesantren Didorong Jadi Pusat Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

NU Online  ·  Kamis, 25 Oktober 2018 | 08:00 WIB

Pesantren Didorong Jadi Pusat Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Ketua PBNU Robikin Emhas

Bali, NU Online
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam dan penjaga moral masyarakat, bisa menjadi pusat pemberdayaan ekonomi. Tak sekedar itu, di era digital, kader NU yang lahir dari pesantren juga diharapkan mampu memberikan warna bagi perkembangan dakwah.

“Kader NU harus siap menghadapi dinamika zaman. Di era digital, selain untuk pemberdayaan ekonomi, media sosial harus digunakan sebagai sarana dakwah yang ramah, yang sekaligus mempertahankan nilai-nilai kebangsaan,” kata Ketua PBNU Robikin Emhas saat mengisi Pelatihan Literasi Digital yang digelar di Pondok Pesantren Darunnajah Al Mas'udiyah, Kota Denpasar, Bali, Kamis (25/10).

Robikin Emhas menambahkan komitmen NU dalam menjaga nilai kebangsaan dan keindonesiaan di tengah maraknya isu sektarian dan isu SARA yang kerap dijadikan amunisi untuk memecah belah bangsa. 

Di tempat yang sama, Direktur Informasi, Komunikasi, Perekonomian dan Maritim (IKPM) Kementerian  Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo), Septi Septriana Tangkary, menyatakan pesantren memiliki peran luas dalam menggerakan umat.

"Pesantren selain pusat pendidikan juga bisa menjadi pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, di bidang ekonomi, katalisator dan penggerak pembangunan umat. Melalui pemanfaatan media digital, pesantren bisa mendorong potensi ekonomi masyarakat," ungkapnya

Pemanfaatan media digital, menurut Septi, juga bisa diarahkan untuk jadi ruang promosi potensi wisata daerah, yang menginspirasi, serta konten positif lain yang bermanfaat untuk masyarakat dan bangsa Indonesia.  

"Apalagi Bali sebagai daerah wisata. Pesantren bisa mengajak masyarakat untuk menampilkan sisi positif dari lingkungan masyarakat," imbuhnya.

Septi juga berharap NU dan ormas keagamaan yang ada di Indonesia turut berperan mengedukasi masyarakat agar berhati-hati dalam bersosial media, agar tak terjebak hoaks, fitnah dan ujaran kebencian. "Santri dan para aktivis Ansor, Fatayat, Muslimat dan LTN NU, juga punya peran di sini, bagaimana meningkatkan kesadaran masyarakat agar bersosial media secara positif," ujarnya. (Zunus)