Nasional

Pertemuan Jokowi dan Prabowo Eratkan Persaudaraan Indonesia

NU Online  ·  Sabtu, 13 Juli 2019 | 05:10 WIB

Jakarta, NU Online
Pilpres sudah usai. Komisi Pemilihan Umum (KPU) juga sudah menetapkan pemenangnya. Dua kompetitor, Joko Widodo dan Prabowo Subianto, pun melakukan pertemuan hari ini, Sabtu (13/7). Stasiun Moda Raya Terpadu (MRT) Lebak Bulus pun menjadi lokasi pertemuan mereka.

Keduanya berjalan menggunakan transportasi publik yang baru diresmikan beberapa bulan lalu itu menuju Senayan. Di dalamnya, dua orang berbaju putih itu terlihat berbincang-bincang begitu akrabnya.

Sampai di stasiun Bundaran Senayan, keduanya menyampaikan konferensi pers. Dalam pernyataannya, keduanya mengakui bahwa kompetisi pilpres berlangsung sangat keras, baik di antara keduanya, maupun di antara para pendukungnya. Namun, hari ini, mereka menegaskan bahwa sudah tidak ada lagi dikotomi 01 dan 01, juga cebong dan kampret.

“Tidak ada lagi yang namanya 01. Tidak ada lagi yang namanya 02,” kata Jokowi yang langsung disambut sorak sorai penumpang MRT, “Tidak ada lagi yang namanya cebong. Tidak ada lagi yang namanya kampret. Yang ada adalah Garuda Pancasila,” lanjutnya.

Hal senada disampaikan oleh Prabowo Subianto. Bedanya, ia menyebut semuanya adalah Merah Putih. “Ya. Jadi, saudara-saudara, saya sangat setuju. Sudahlah gak ada cebong-cebong, gak ada kampret-kampret. Semuanya Merah Putih,” tegasnya.

Eratkan Tali Persaudaraan
Jokowi dan Prabowo berharap bahwa pertemuannya hari ini dapat diikuti oleh para pendukungnya, mengeratkan kembali tali persaudaraannya mengingat tantangan negara Indonesia ke depan semakin berat.

“Kita juga berharap agar para pendukung juga melakukan hal yang sama karena kita adalah saudara sebangsa dan setanah air,” ujar Jokowi.

Ia pun mengajak semuanya untuk kembali bersatu demi negeri tercinta. “Marilah kita rajut, kita gerakkan kembali persatuan kita sebagai sebuah bangsa, karena kompetisi global antarnegara sangat ketat sehingga memerlukan kebersamaan dalam memajukan negara ini, dalam membangun negara yang kita cintai ini,” tegasnya.

Menanggapi hal tersebut, Prabowo mengungkapkan bahwa meskipun persaingan terjadi begitu keras, tetapi ia menyadari bahwa dirinya dan Jokowi serta para pendukung masih dalam satu hubungan kekeluargaan, Indonesia.

“Sesudah berkompetisi, sesudah bertarung dengan keras, tapi kita tetap dalam kerangka keluarga besar Republik Indonesia. Kita sama-sama anak bangsa, kita sama-sama patriot, kita sama-sama ingin berbuat baik untuk rakyat Indonesia,” ujarnya.

Meskipun demikian, Prabowo tidak memungkiri masih banyak yang emosional melihat Pilpres yang telah usai. Tetapi, ia melihat masih banyak hal yang harus segera diperbaiki sehingga jalinan hubungan yang baik di antara pemimpin dapat saling memberi masukan demi kepentingan rakyat Indonesia.

“Jadi, saya mengerti banyak yang mungkin masih emosional. Kita mengerti banyak hal yang harus diperbaiki. Intinya saya berpendapat bahwa antara pemimpin kalau hubungannya baik kita bisa saling mengingatkan. Kalau beliau mau ketemu saya, ya, saya juga akan memanfaatkan untuk menyampaikan hal-hal demi kebaikan bersama,” tandasnya.

Momen yang Ditunggu-tunggu
Melihat pertemuan tersebut, Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H Masduki Baidowi mengemukakan bahwa momen tersebut memang yang sangat dinanti-nanti oleh bangsa Indonesia.

“Itu saya kira pertemuan yang pertama itu diharapkan oleh keluarga seluruh bangsa, sangat mengharapkan adanya pertemuan tersebut karena memang selama ini even itu yang ditunggu-tunggu setelah terjadinya sebuah pertarungan politik yang cukup panas,” katanya.

PBNU juga menyambut pertemuan tersebut dengan gembira karena dapat menyatukan keterbelahan kelompok masyarakat yang selama ini terjadi. “Kedua tentu saja para tokoh yang lain ataupun rakyat pada umumnya gembira dengan pertemuan ini karena harapan besar ke depan tentang rajutan keterbelahan kelompok masyarakat akibat pemilu akan pelan-pelan terurai,” terangnya.

Terlebih, kedua tokoh tersebut mengungkapkannya dengan sangat jelas, bahwa tidak ada lagi 01 dan 02, pun kampret dan cebong. Jokowi menyebut bahwa yang ada hanyalah Garuda Pancasila. “Itu simbol yang kuat. Itu artinya masa depan harus dibangun bersama,” katanya.

Selain itu, Prabowo juga mengungkapkan dukungannya dan empatinya dengan mengatakan akan bertambah rambut putihnya. “Kata-kata yang berempati terhadap apa yang akan dihadapi oleh pemimpin riil,” ujarnya. (Syakir NF/Abdullah Alawi)