Nasional

Persoalan Sampah Jadi Bahasan untuk Munas-Konbes NU 2019

Kam, 27 Desember 2018 | 14:30 WIB

Jakarta, NU Online
Panitia Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama (Munas-Konbes NU) 2019 menggelar Focus Grup Disscusion (FGD) di Gedung PBNU Kramat Raya Jakarta Pusat, Kamis (27/12). Forum ini membahas persoalan sampah, khususnya sampah plastik yang ada di Indonesia dengan tema Konsep Islam tentang Pemeliharaan Lingkungan: Solusi Pengelolaan Sampah.

Diskusi ini dihadiri Wakil Ketua Umum PBNU H Mochammad Maksum Mahfoedz,Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Novrizal Tahar, Ketua Panitia Pelaksana Munas-Konbes NU 2019 H Eman Suryaman, Wakil Sekjen PBNU H Andi Najmi Fuadi, Ketua LPBI M Ali Yusuf, dan Direktur Bank Sampah Nusantara LPBI Fitria Aryani.

Sekretaris Komisi Bahtsul Masail Panitia Munas H Sarmidi Husna mengemukakan bahwa diskusi tentang persoalan sampah ini sangat penting mengingat sampah tengah menjadi permasalahan global.

"Permasalahan sampah ini sudah menjadi persoalan global karena bahaya' sampah plastik karena luar biasa bahayanya, sehingga PBNU perlu mengangkat isu di Bahstul Masail pada Munas-Konbes," kata Sarmidi.

Sarmidi juga menyebut bahwa hingga kini, dorongan dari sisi keagamaan masih minim dalam upaya menyelesaikan persoalan sampah. Sehingga nantinya, melalui forum Munas-Konbes NU, diharapkan memberikan dorongan tentang pengelolaan sampah yang sesuai dengan aturan yang telah ada dan ramah lingkungan.

"Apakah masalah sampah ini masuk kepada Waqi'iyah yang sifatnya halal haram, boleh tidak boleh atau maudu'iyah yang sifatnya konsepsi tentang pengelolaan sampah yang baik. Atau juga masuk ke qonuniyah, yaitu perlu ada dorongan aturan atau sudah ada aturan yang dijadikan dasar (pengelolaan sampah) di negeri ini," kata Sarmidi.

Direktur Bank Sampah Nusantara LPBI PBNU Fitria Aryani mengapresiasi persoalan sampah menjadi bahasan untuk Munas-Konbes NU 2019. Namun demikian, pada forum tersebut, dirinya mengungkapan bahwa persoalan tentang sampah tidak hanya ada di masyarakat, tetapi juga pada pengelola sampah yang dinilainya mencari profit dan bukan berorientasi pada benefit lingkungan dan sosial.

"Kita menemukan banyak fakta di lapangan, bank sampah - banksampah mencari profit akhirnya banyak melupakan isu-isu lingkungan. Artinya ini persoalan bukan hanya penataan kepada masyarakat, tetapi juga kepada pengelola," kata Fitria.

Sementara perwakilan dari P3M Agus Setia Budi menyatakan bahwa persoalan sampah telah menjadi kasus luar biasa, sehingga penanganannya pun harus dengan cara yang luar biasa.

"Treatment secara radikal tidak cukup dengan cara menakut-nakuti, tapi juga harus ada dorongan paksa dari negara yakni melalui regulasi," kata Agus.

Pembahasan sampah ini akan dilanjutkan pada FGD berikutnya dengan mendatangkan pakar yang menjadi narasumber terkait dengan kesehatan dan kelautan. (Husni Sahal/Kendi Setiawan)