Jakarta, NU Online
Osama bin Laden dikenal luas di Eropa. Hal itu membuat warna wacana Islam di Barat menjadi negatif. Masyarakat sana hanya mengetahui Islam dengan gambaran yang dilakukan oleh teroris itu.
Â
"Taliban, Boko Haram, dan ISIS hampir tidak ada lawan," kata Pimpinan Bayt Ar-Rahmah Holland Tylor kepada NU Online pada Senin (13/8) di Grand Hyatt, Jakarta.
Â
Hal tersebut tentu menjadi keprihatinan, mengingat wajah Islam sesungguhnya bukan demikian. Mengingat hal itu, ia mengatakan perlunya tokoh istimewa, yakni tokoh spiritual teladan yang dapat dikenal oleh masyarakat Barat.
Â
Holland pun bercerita tentang perjalanannya bersama KH Ahmad Mustofa Bisri di Amerika. Ia melihat air mata mengalir dari para penyimak pidato Gus Mus yang menjelaskan tentang rahmah dengan penuh ketulusan dan tanpa pamrih.
Â
Para audiens, kata Holland, beranggapan bahwa Gus Mus tidak membawakan Islam yang gombal ataupun agenda yang tersembunyi. Mereka melihatnya sebagai orang yang terus terang dan jujur.
Â
"Mereka merasakan tidak harus menjaga diri, tidak harus khawatir. Mereka bisa membuka hati, bahkan membuka negara," kata duta Gerakan Pemuda Ansor untuk Eropa dan Amerika itu.
Â
Penyampaian Gus Mus membuat mereka lega mengingat sebelumnya wacana yang terbangun dalam benaknya bahwa Islam negatif.
Â
Lebih dari itu, Holland menuturkan bahwa Richard Land, seorang Teolog Universitas Oxford, merasa baru mendengar tafsiran yang paling cerdas tentang ayat-ayat jihad yang diklaim oleh Osama sebagai dasar tindakannya itu dari seorang ulama NU.
Â
"Sepanjang hidupnya, penjelasan Bapak Mustofa tentang jihad itu dan konteksnya dan kaitannya dengan Al-Quran sunnah dan kaitannya dengan saat ini adalah tafsir yang paling cerdas, yang paling tepat, yang pernah Richard dengar dari siapapun. Bakan dari teolog nasrani ataupun yahudi," terang pria asal Amerika itu mengutip pernyataan Richard setelah agenda selesai.
Â
Karena itu pula, Gus Mus disebut sebagai pintu antikebakaran. Ia danggap sebagai seseorang yang mampu meredam laju ekstremisme dan radikalisme.
Â
Pengiriman Dai ke Barat
Tidak cukup dengan satu tokoh istimewa untuk meredam laju ekstremisme dan radikalisme yang mewabah. Holland juga mengingatkan perlunya komunikasi yang konsisten untuk terus memberikan paradigma dan wacana baru di depan masyarakat Barat. Hal ini, menurut Holland, bisa dilakukan oleh Nahdlatul Ulama dengan mengirimkan para dainya ke sana.
Â
Selain harus diseleksi dengan sistematis, dai juga sudah harus matang secara keilmuan dan emosionalnya. "Dai sebaiknya yang matan tanpa pamrih," katanya.
Â
Penyaluran dai ini, menurutnya, bisa dilakukan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sendiri dan juga di luar struktur PBNU. Artinya, organisasi yang berafiliasi dengan NU juga bisa melakukan hal tersebut guna memberikan sumbangsih wacana terhadap dunia Islam Barat.
Â
Sementara itu, Sekretaris Pengurus Pusat Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) KH Bukhari Muslim menuturkan bahwa pihaknya sudah mulai melakukan hal tersebut. Menurutnya, LDNU telah mengirimkan dainya ke Jerman dan Belanda.
Â
"Sekarang ada pengurus LDNU yang di Jerman selama sebulan sejak awal Agustus kemarin," ujarnya pada Rabu (15/8).
Â
Hal serupa juga sudah dilakukan oleh Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Maroko. Rais PCINU Maroko terpilih H Aniq Nawawi menuturkan bahwa pihaknya sudah mengirimkan anggotanya sebagai dai dan imam pada bulan Ramadhan di beberapa negara Eropa, seperti Belanda, Belgia, dan Perancis.
Â
"Kita kirim dua orang ke Denhag, ke Belgia satu orang, dan ke Perancis satu orang," ujarnya pada Ahad (12/8).
Â
Aniq mengungkapkan bahwa selain bakal merambah ke negara lain, seperti Italia, ia bersama kepengurusan yang baru juga akan mengusahakan pengiriman ustadzah ke sana.
"Yang belum terealisasi adalah pengiriman ustadzah ke Eropa. Semoga tahun ini bisa kita kirimkan," harapnya.
Â
Konsensus Sosial
Lebih lanjut, Holland menuturkan bahwa jika terkenalnya tokoh spiritual dan konsistensi dakwah dapat terwujud, maka akan membentuk konsensus sosial yang selama ini belum ada di Barat. Ketakutan mereka terhadap Islam muncul karena ketidaktahuannya akan Islam yang sejati.
Â
Sayangnya, Holland belum melihat konstensi NU untuk masuk ke dunia tersebut. "NU belum ada signal konsisten dengan pesan yang kuat," katanya.
Â
Meskipun demikian, ia melihat perkembangan NU cukup baik dalam hal tersebut. "Tuk tuk tuk," katanya sembari tangannya memeragakan tangga.
Â
Hal ini terlihat saat tulisan Katib Am PBNU KH Yahya Cholil Staquf yang viral di berbagai negara, seperti Jerman, Swedia, hingga Amerika Serikat. Holland menceritakan bahwa tulisan Gus Yahya selalu muncul di halaman pertama koran ternama di negara-negara tersebut dan terjual hingga jutaan kopi.
Â
"Bulan Agustus 2017, tulisan Gus Yahya paling banyak dishare," ujarnya.
Â
Selain itu, penyelenggaraan International Summit od Moderate Islamic Leaders (ISOMIL) oleh PBNU dan Humanitarian Islam oleh GP Ansor juga memberi warna positif untuk dunia Islam. (Syakir NF/Abdullah Alawi)