Nasional

Perlunya Peningkatan Kapasitas Institusi dan SDM Pesantren

Sel, 13 Oktober 2020 | 22:45 WIB

Perlunya Peningkatan Kapasitas Institusi dan SDM Pesantren

Kementerian juga bisa memfasilitasi kokurikuler dan ekstrakurikuler sehingga santri dan kiainya bisa lebih hebat lagi, terbuka dan santri bisa lebih bersaing di era global ini

Jakarta, NU Online
Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) KH Hilmy Muhammad mengungkapkan bahwa peningkatan kapasitas pesantren perlu dilakukan pada dua sisi, yakni dari sisi institusinya dan sisi sumber daya manusianya (SDM).


Hal tersebut disampaikan saat menjadi narasumber pada Muktamar Pemikiran Santri Nusantara Seri 3 dalam rangka Hari Santri yang mengangkat tema Strategi Pengembangan Pendidikan Pesantren Pasca Lahirnya UU Pesantren Nomor 18 Tahun 2019, pada Selasa (13/10).


Gus Hilmy, sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa penguatan dan pengembangan kapasitas pesantren harus didukung dengan sarana prasarana, baik dari masyarakat maupun pemerintah. kehadiran UU Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren mengamanatkan kepada Kementerian Agama untuk lebih memberikan perhatian kepada pesantren, seperti memberikan insentif kemandirian pesantren.


Kementerian Agama lanjutnya, harus berperan melakukan penguatan jaringan pesantren sebagai tindak lanjut UU tersebut. misalnya, menghubungkan pesantren dengan dunia pertanian dan peternakan.


“Ini harus dilakukan kalau ingin meningkatkan kapasitas pesantren,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Krapyak itu.


Selanjutnya, pesantren juga harus memiliki koperasi sebagai bentuk upaya mewujudkan kesejahteraan seluruh civitas academica pesantren.


Wakil Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Daerah Istimewa Yogyakarta itu mengatakan, peningkatan kapasitas pesantren ini perlu diwujudkan dengan penciptaan klaster pendidikan pesantren khusus. Ia mencontohkan seperti adanya Kopertais. Perguruan tinggi hebat yang mengayomi perguruan tinggi dalam bidang tertentu, atau pengelolaan manajemen pesantren.


Pengembangan SDM


Adapun pengembangan sumber daya manusia di dalam pesantren yang dimaksud tentu saja meliputi kiai, guru, dan santri. Kementerian Agama sebagai institusi pemerintahan, menurutnya, perlu untuk menyekolahkan mereka melalui pemberian beasiswa atau dipondokkan di Ma’had Ali. Hal itu dilakukan sebagai upaya meningkatkan dan memperluas wawasan para santri dan guru. Bisa juga, lanjutnya, dengan memberikan kesempatan studi banding atau tukar menukar tugas mengajar.


Sementara itu, pengembangan sumber daya manusia berbasis santri dapat dilakukan melalui penguatan kegiatan kokurikuler berbasis keilmuan tafaqquh fiddin dengan cara dipraktikkan, studi banding, kunjungan, studi lapangan, study tour, lomba, dan sebagainya.


Hal lain adalah penguatan kegiatan ekstrakurikuler. Memang, menurutnya, hal ini tidak terkait dengan kegiatan pesantren, tetapi sangat kurang ada di pondok pesantren. Padahal ekstrakurikuler penting untuk memperluas pengetahuan. Santri-santri yang sudah menguasai berbagai bidang keilmuan perlu juga dibekali pengetahuan dan keterampilan yang mendukung minat dan bakat mereka dalam hidup bermasyarakat.


Ia mencontohkan Pondok Pesantren Krapyak yang memberikan pilihan ekstrakurikuler yang bisa digeluti para santri, seperti hadrah, drumband, teater, hingga desain grafis untuk bidang kesenian. Pilihan lainnya, pencak silat dan beragam jenis olahraga. Untuk hal tersebut, ia mendatangkan pelatih dan melihat keseriusannya dengan evaluasi dan penilaian.


“Kita berharap kementerian juga bisa memfasilitasi kokurikuler dan ekstrakurikuler sehingga santri dan kiainya bisa lebih hebat lagi, terbuka. Dengan begitu, kita berharap santri bisa lebih bersaing di era global ini,” pungkasnya.


Senada dengan Gus Hilmy, Nyai Hj Badriyah Fayumi juga menyampaikan pentingnya penguatan keterampilan para santri agar dapat memiliki daya saing lebih selepas purna studi. Misalnya, santri yang telah lulus aliyah bisa untuk mengikuti Balai Latihan Kerja (BLK) yang telah didirikan Kementerian Ketenagakerjaan sesuai dengan minat dan bakat yang mereka miliki.


“Selesai (dari pelatihan tersebut), dia memiliki keterampilan hidup yang ini tentunya sangat bermanfaat,” kata Pengasuh Pesantren Mahasina, Jatiwaringin, Bekasi, Jawa Barat itu.


Pewarta: Syakir NF
Editor: Muhammad Faizin