Nasional

Perihal Kerinduan Menyantap Masakan Lezat Ibu di Kampung

NU Online  ·  Senin, 11 Juli 2016 | 07:01 WIB

Malang, NU Online
Saat mudik seperti ini, salah satu yang kita nanti adalah ingin merasakan lezatnya masakan ibu di rumah. Sebagian besar di antara kita mengatakan, masakan ibu adalah masakan terlezat dan membuat kangen untuk terus pulang ke rumah.

Bahkan banyak yang berpendapat masakan ibunya paling lezat dibanding masakan siapapun termasuk masakan koki terkenal di hotel berbintang atau rumah makan yang pernah kita singgahi. Pertanyaannya mengapa anak berpendapat seperti itu?

Menurut ilmu neurologi, di dalam otak manusia ada tempat untuk memori kelezatan makanan (lobus parietalis dan nuclues acumban), rasa lezat yang dirasakan sejak kecil dari makanan yg disajikan ibu akan tersimpan di otak bagian ini sehingga terbentuk memori kelezatan makan permanen di otak kita.

Walaupun kita sudah dewasa, memori itu masih ada dan ketika kita pulang ke rumah seperti saat mudik ini kemudian menyantap makanan masakan ibu, maka memori akan terstimulus lagi dengan cepat. Hal ini terjadi saat kita mulai mengunyah makan tersebut, itulah yang menerangkan kelezatan masakan ibu kita. 

Kedua, suasana hati yang tenang. Saat paling penting ketika bertemu ibu, bapak, saudara dan handai taulan tentunya pikiran kita senang dan tenang. Ketenangan itulah yg memberi kenikmatan saat makan masakan ibu tercinta. Apalagi makan sambil mengenang masa kecil di rumah akan berlipat ganda rasa nikmat masakan ibu di rumah.

Walaupun makanan lezat tapi bila hati tidak tenang rasanya hambar bahkan tidak bisa merasakan. Sebagai contoh  makan di bandara saat pesawat sudah siap berangkat rasanya tidak nikmat walapun sebenarnya makanan itu lezat.

Ketiga, ibu memasak dengan "resep kasih sayang". Bagi seorang ibu, memasakan untuk anak tercinta  bukan hanya menggunakan ramuan tangan, tetapi resep masakan dengan "ramuan hati atau kasih sayang". Dan ini sulit dijabarkan secara ilmiah tetapi memang ada telepati kasih sayang ibu ke anaknya saat memasak dan menyajikan makanan untuk kita. Istilahnya ibu memasak dengan  hati menggunakan resep kasih sayang.

Sudah berbakti?
Begitu besar kasih sayang ibu ke kita (bahkan lewat masakan yang lezat). Pertanyaannya adalah, sudahkah kita tunaikan kewajiban kita kepada orang tua?  

Mumpung masih dalam momen mudik, kita masih bisa ketemu dan mengunjungi mereka berdua. Pastikan kita sudah menunaikan kewajiban kita karena belum tentu ada kesempatan di tahun depan mengingat semakin tuanya usia mereka, maka berikan yang terbaik untuk mereka. Semoga Allah senantiasa menyayangi dan memuliakan ibu dan bapak kita.

Ditulis oleh Badrul Munir, dokter spesialis saraf di RS Saiful Anwar Malang, pemuja masakan ibu.