Nasional

Perhatikan Nasib Rakyat, Pemangku Kebijakan Didorong Amalkan Pancasila

Kam, 20 Agustus 2020 | 01:45 WIB

Perhatikan Nasib Rakyat, Pemangku Kebijakan Didorong Amalkan Pancasila

Ilustrasi pancasila. (NU Online)

Jakarta, NU Online

Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Azyumardi Azra mengungkapkan bahwa bangsa Indonesia saat ini sedang dilanda banyak ujian dan tantangan. Salah satunya adalah soal bagaimana mengaktualisasikan Pancasila ke dalam perilaku sehari-hari terutama untuk mengangkat derajat kehidupan rakyat agar menjadi perhatian penting para pemangku kebijakan.


“Jadi, Pancasila itu jangan sekadar diomongkan. Apalagi kalau sampai ada yang merasa paling Pancasila. Kalau ingin pancasilais itu tidak usah banyak bicara tapi implementasikan nilai-nilai Pancasila itu,” katanya dalam Webinar bertajuk Meneguhkan Pancasila, Moderasi Beragama, dan Bhinneka Tunggal Ika, pada Rabu (19/8).


Ia menyebutkan, jika seseorang sudah mampu mengamalkan Ketuhanan Yang Maha Esa, maka orang tersebut akan benar-benar percaya kepada Tuhan sehingga tidak akan berbuat korupsi. Sebab, ada Tuhan yang menyaksikan.


“Kalau di Islam itu ada malaikat di kiri dan kanan yang mengawasi kita. Sehingga kemudian, karena Tuhan menyaksikan dan kita pun dijaga malaikat, maka kita tidak akan korupsi. Inilah masalah kita,” kata Azyumardi.


Kebanyakan para pemangku kebijakan di Indonesia, lanjutnya, sering mengaku berkemanusiaan yang adil dan beradab. Namun sesungguhnya jika seseorang benar telah adil dan beradab, maka kemudian tidak akan berani untuk mencuri aset negara atau aset publik.

 

“Jadi, kalau kita mau amalkan Pancasila itu, amalkanlah dalam bentuk yang benar,” jelasnya.


Kemudian soal persatuan Indonesia dan demokrasi Pancasila. Azyumardi menyebut, sila ketiga dan keempat ini belum diterapkan dengan baik. Hal itu terbukti dari merebaknya fenomena oligarki dan sekaligus penurunan demokrasi di negeri ini yang kian merosot.


“Nah yang paling berat itu adalah (mewujudkan) sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kita sering berbicara soal Pancasila tapi sebenarnya keadilan masih jauh panggang dari api,” katanya.


Dikatakan Azyumardi, Indonesia merupakan negara yang paling tinggi tingkat kesenjangan ekonominya. Sebab yang sering terjadi dialami negeri ini adalah fenomena yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin.


“Selama corona ini, tadinya ada 26 juta orang miskin di Indonesia. Sekarang meningkat jadi sekitar 40 juta orang. Ini tantangan kita ke depan. Kalau masih bicara Pancasila tapi kesenjangan ekonomi dan kemiskinan masih merajalela, maka tak heran banyak orang yang hilang kepercayaan kepada Pancasila,” pungkasnya.


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahmad