Nasional

Peradaban Tak Akan Maju Tanpa Ada Perdamaian

Jum, 10 Maret 2023 | 15:30 WIB

Peradaban Tak Akan Maju Tanpa Ada Perdamaian

Pengakuan yang menjadi rekomendasi dalam fiqih peradaban merupakan manifestasi dari sikap keterbukaan dan kejujuran. Terutama dalam beragama. (Ilustrasi: NU Online)

Jakarta, NU Online

Ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Mahbub Ma'afi mengungkapkan, dalam rekomendasi Fiqih Peradaban, ada pengakuan bahwa relasi antara seorang muslim dengan non-muslim itu akan memunculkan sebuah konflik. Namun peradaban harus bisa memanajemen konflik tersebut dan melahirkan sebuah perdamaian.


"Karena peradaban tidak akan maju tanpa perdamaian," tandasnya dalam acara Deep Talk Indonesia, Selasa lalu.


Menurutnya, pengakuan yang menjadi rekomendasi dalam fiqih peradaban merupakan manifestasi dari sikap keterbukaan dan kejujuran. Selain itu, dapat diasumsikan bahwa NU melalui rekomendasi mengajak seluruh bangsa untuk berdamai.


Dalam kesempatan yang sama, Rektor UIN Syarif Hidayatulloh Jakatya, Prof Asep Saefudin Jahar menyampaikan bahwa formulasi fikih peradaban ini menjadi magnum opus NU di paruh abad kedua dalam merespon perubahan dunia. 


Prof Asep menyebut bahwa, sebagai muslim, kita jangan sampai gagal dalam memahami konteks kemajuan zaman.


"Nilai-nilai kesetaraan, keadilan, kedamaian, dan hidup toleran menjadi hal paling penting. Dalam hal ini, PBB dikatakan berhasil menerjemahkan proses perdamaian internasional melalui perjanjian internasional untuk menghilangkan otoritarianisme. Meskipun tidak semuanya berhasil maksimal," imbuhnya. 


Menurut Prof Asep, kemajuan peradaban muslim ditandai dengan tidak adanya lagi pengelompokan antar umat beragama.


Selain itu, Guru Besar Sosiologi UIN Jakarta, Prof Dzuriyatun Toyibah yang akrab disapa Prof Ibah, menyampaikan pandangannya dalam perspektif keilmuan sosiologi yang terkorelasi dengan praktik muslim dalam berperilaku toleran dan menjunjung tinggi persatuan.


“Dan semakin berkembangnya Islam, seorang Muslim akan semakin toleran kepada sesama manusia,” kata Prof Ibah.


Diskusi tersebut membedah hasil muktamar fiqih internasional NU dengan tema 'Membedah Rekomendasi Muktamar Internasional Fiqih Peradaban I, Islam Untuk Kemaslahatan Dunia' itu juga dihadiri ratusan peserta dari kalangan kyai, akademisi, mahasiswa dan pegiat sosial.


Acara tersebut diselenggarakan atas kerjasama dari Gerakan Indonesia Optimis (GIO), Pengurus Besar Majelis Dzikir Hubbul Wathon (PB MDHW), dan Center of Intellegence and Strategic Studies (CISS). Yakni Sebuah program diskusi mengupas tuntas berbagai tema yang kontekstual dan menarik untuk didiskusikan.


Kontributor: Afina Izzati

Editor: Fathoni Ahmad