Nasional

Pembunuhan Syekh al-Buthi, Pelajaran Umat Islam Indonesia

NU Online  ·  Sabtu, 23 Maret 2013 | 08:11 WIB

Jakarta, NU Online
Wakil Rais Aam PBNU KH Mustofa Bisri (Gus Mus) menilai, ledakan bom bunuh diri yang mengakibatkan ulama besar Suriah Syekh Muhammad Said Ramadhan al-Buthi meninggal dunia mencoreng agama dan peradaban.
<>
”Mudah-mudahan FANATISME yang menghilangkan akal sehat dan KEKERASAN yang melawan Agama dan Peradaban semacam itu membuat sadar kaum muslimin di negeri ini, terutama mereka yang dalam beragama hanya mengandalkan semangat keberagamaan belaka,” tulis Gus Mus di diding akun facebooknya, Sabtu (23/3).

Gus Mus memberi judul status facebooknya “Penistaan terhadap Agama dan Peradaban”. Ia juga mengatakan, umat Islam dunia, pasti juga termasuk mereka yang mempunyai nurani di Saudi Arabia dan Qatar, merasa kehilangan seorang 'allamah, ahli agama yang mumpuni; dan mengutuk tindakan biadab yang menewaskan 49 muslim yang sedang mengaji di masjid itu.

Al-Buthi gugur bersama cucunya saat mengisi pengajian di Masjid al-Iman di Damaskus, ibu kota Suriah. Selain dikabarkan memakan korban 49 jiwa, tragedi ini juga membuat sekurangnya 84 orang lainnya terluka.

Rais Syuriyah PBNU KH Ahmad Ishomuddin sebelumnya juga menyesalkan tindak kejahatan ini. Pemikiran Al-Buthi dinilai masih dibutuhkan oleh dunia Islam. Hal ini terbukti dari puluhan karya monumentalnya yang menjadi referensi para ulama dunia.

Ditambahkan, al-Buthi termasuk ulama moderat yang buah pikirannya sering segaris dengan pemahaman NU. Ia dikenal sebagai ulama produktif yang teguh berprinsip pada syari’at dan memiliki wawasan ke depan.


Penulis: Mahbib Khoiron