Daerah

Kronologi Bentrok Warga dan Polisi di Kebun Sawit Seruyan, Polisi Klaim Tak Pakai Peluru Tajam

Sen, 9 Oktober 2023 | 15:00 WIB

Kronologi Bentrok Warga dan Polisi di Kebun Sawit Seruyan, Polisi Klaim Tak Pakai Peluru Tajam

Ratusan masyarakat saat melakukan aksi di PT BJAP, Kecamatan Seruyan Tengah Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah, 7 Juli 2023 lalu. (Foto: Antara)

Jakarta, NU Online

Kerusuhan terjadi antara warga dan aparat kepolisian di lokasi perusahaan perkebunan sawit PT Hamparan Masawit Bangun Persada (HMBP) 1 Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah, Sabtu (7/10/2023). Satu orang dilaporkan tewas dalam bentrok antara warga Bangkal dengan kepolisian. Satu warga lainnya juga mengalami luka berat dan dilarikan ke rumah sakit terdekat.


Bentrok berawal dari tuntutan warga kepada PT HMBP 1 sejak 16 September 2023 lalu. Mereka menuntut 20 persen wilayah plasma dan hak atas tanah di luar HGU untuk PT Hamparan Masawit Bangun Persada (HMBP) sesuai perjanjian.

 

Di mana hal ini tidak kunjung terwujud setelah puluhan tahun. Perusahaan hanya ingin memberikan lahan seluas 235 hektar untuk masyarakat. Sementara warga meminta paling tidak 443 hektar lahan dikelola masyarakat. 


Ketidaksepakatan ini membuat warga menggelar demonstrasi berulang kali. Warga juga menggelar unjuk rasa di area pabrik perkebunan sawit milik PT HMPB 1 pada Kamis (21/9/2023) lalu. Bentrok lanjutan antara warga dengan polisi kemudian pecah pada Sabtu (7/10/2023) pukul 12.30 WIB.


Ketua Pelaksana Harian Wilayah Aliansi Masyarakat Adat Nasional (AMAN) Kalteng Ferdi Kurnianto menceritakan kronologi bentrokan warga dengan aparat. Massa aksi awalnya hendak menduduki titik lain di sekitar lokasi kebun sawit.


Namun saat hendak berpindah tempat, muncul suara tembakan. Ferdi mengatakan saat itulah aparat melakukan tindakan represif kepada warga.


"Warga itu ingin bergeser pindah lokasi ke tempat yang baru diduduki. Pada saat itulah kemudian muncul tembakan itu. Pada saat mereka bergeser itulah yang kemudian muncul tindakan represif itu," ujar Ferdi.


Ferdi menyebut warga tak melakukan penyerangan terhadap polisi saat kericuhan. Namun dia mengakui warga memang membawa senjata tajam. 


"Memang ada membawa atribut seperti mandau dan lainnya, tapi kan itu hanya untuk berjaga tidak mereka gunakan. Juga kebutuhan untuk membuat pondok-pondok kayu buat mereka berjaga itu juga," tambahnya.


Respons polisi

Kepala Bidang Humas Polda Kalimantan Tengah (Kalteng) Kombes Pol Erlan Munaji menjelaskan kronologis bentrok antara warga dengan aparat yang menyebabkan satu korban meninggal dan satu korban akibat luka tembak. 


"Terkait kabar adanya korban meninggal dunia, kami sedang melakukan pengecekan di rumah sakit, apakah itu betul ada yang meninggal dan luka. Apabila nanti ada korban meninggal maupun luka, maka kita akan melakukan proses penyelidikan," kata Erlan dilansir Antara.


Erlan menyebut, telah terjadi gesekan antara masyarakat dengan personel gabungan TNI dan Polri yang melakukan pengamanan di PT Hamparan Masawit Bangun Persada. 


Personel gabungan sudah hampir 20 hari melakukan pengamanan di lokasi itu usai terjadi tindakan anarkis sekelompok orang beberapa waktu lalu terkait sejumlah tuntutan warga, salah satunya tuntutan adanya kebun plasma untuk masyarakat setempat. 


Keberadaan personel gabungan di lokasi perkebunan kelapa sawit tersebut untuk melihat situasi dan memastikan semua tetap kondusif sehingga masyarakat bisa melaksanakan kegiatan seperti biasa. 


Dia menjelaskan, saat mediasi sebelumnya telah ada kesepakatan antara masyarakat dengan perusahaan. Proses pun mulai berjalan untuk merealisasikan kesepakatan tersebut. Namun kemudian, ada oknum masyarakat yang tidak terima dengan kesepakatan tersebut. Hal inilah yang kemudian kembali memunculkan permasalahan. 


Erlan menyebutkan, para oknum warga itu mencoba melakukan panen massal di wilayah Pos 3 dan Pos 9 perusahaan tersebut. Ini menjadi perhatian bagi aparat gabungan untuk melakukan pengamanan.


Petugas juga mengajak masyarakat untuk tidak melakukan panen massal. Namun di lapangan mereka tetap bersikeras dan melakukan perlawanan dengan cara melempar dengan batu, ketapel, egreg, dodos, bom molotov dan lainnya. 


Terkait kejadian itu, Erlan menjelaskan, ada sekitar 20 orang sudah diamankan, termasuk mereka yang membawa senjata. Informasi lainnya, dari 20 orang tersebut ada sekitar 5 orang yang terindikasi positif mengonsumsi narkoba. 


Lebih jauh, ia menjelaskan, pasukan personel gabungan TNI dan Polri yang ditugaskan di lapangan tidak dibekali peluru tajam. Mereka dibekali dengan gas air mata, peluru hampa dan peluru karet. 


"Tapi apabila nanti terbukti ada oknum personel anggota yang melakukan penembakan dengan senjata berpeluru tajam, kami akan melakukan investigasi lebih lanjut dalam proses penyelidikan. Kita tunggu hasil investigasi internal dan komparatif dari pihak rumah sakit," tegas Erlan. 


Erlan menambahkan, saat ini situasi kondusif meski masih ada 50 sampai 60 orang warga yang masih bertahan di lokasi kejadian. Pihaknya berharap pemerintah daerah di tingkat provinsi dan kabupaten ikut turun memberi pemahaman dan mengimbau masyarakat agar tidak melakukan kegiatan yang melawan hukum.